Kamis, 25 Oktober 2007

Motor Butut

Namanya juga motor butut, sudah pasti bodynya butut (sudah gak lengkap di sana sini), plus suara knalpot yang memekakkan telinga. Gmana rasanya, kalo kalian naik / mbonceng motor seperti itu di tengah2 keramaian kota metropolis nan megah ini? Ciee bahasanyee…..

Sampai sekarang, aku memang belum bisa membedakan knalpot ribut karena rusak atau di sengaja dibikin ribut u/ keren-kerenan. Tapi .. kini aku sudah bisa bersikap manis tanpa menggerutu kalau di jalan ada motor yang berisiiiiiikkk dan berasap tebbbaaaallll banget. Kalau dulu…jangan tanya… reaksiku bisa dari Cuma monyong lima centi sampe dengan sumpah2in orang yang naik motor kaya gitu. Bagiku (dulu) orang yang naik motor berisik itu gak ada sopan2nya, gak punya teposeliro, layaknya hidup di hutan, dsb.

Rupanya, kebiasaanku merutuki orang bermotor berisik ini tidak berkenan kepada Tuhan. Aku emang tau, dan sadar, merutuk, mengomel, ngedumel dst itu gak baik, bikin kita najis bibir. Karena bibir ini kan seharusnya memuji Allah, bukan untuk mengutuki manusia yg diciptakan serupa dengan Allah? (Yakobus 3:9) Apalagi kalo ngomelnya dah pake sumpah2 segala.  Dan reaksi Tuhan? Dia punya cara yang cukup extreme untuk mengajar dan menghajar kebiasaan buruk itu.

Ketika aku pertama kali bertemu dengan mantan pacarku (yang kini suamiku), kendaraan yang dipunyainya adalah motor butut. Semula aku cuek abis dengan keadaan itu, pikirku suatu benda itu bernilai kalau dia berfungsi. Jadi menurutku (waktu itu) selama motor tua itu masih bisa membawa kami kemana2 yaa ga papa. Apalagi aku dan mantan ku itu bukan type orang yang ngoyo berhutang u/ sesuatu yang pembeliannya bisa kami tunda. Tapi …. Saudara-saudara sekaliaan…rupanya keadaan motor itu tambah paraahhh….dan kalau naik motor itu rasanya maluuuuuuuuuuuuu banget, karena semua orang akan menoleh (saking berisiknya). Eng ing eeengggg…..waktu hal itu terjadi…kebiasaanku ngomel2 dan mengutuki pengendara motor berisik di jalanan seolah seperti di Flash Back. Ada rasa bersalah, ada rasa berdosa, hati gue berdebar abis…rupanya Tuhan sedang menatap aku tajam waktu itu tapi aku gak peka. Dan lebih asyik dengan standart penghakiman ku sendiri terhadap orang2 yang tak aku kenal.

Kenapa? Karena mungkin mereka yang bermotor berisik itu belum ada uang u/ sekedar beli knalpot yang baru..belum ada uang u/ servis total motornya..apalagi u/ beli baru. Penghakiman atas para pemotor berisik dulu aku standarkan pada etika. Sekarang? Berubah menjadi pengertian.

Rupanya hal itu memberikan pembelajaran berharga bagiku. Agar tidak mudah menghakimi orang lain sesuai dengan pemikiranku (yang seringkali salah)

Matius 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

. Agar aku tidak mudah mengutuki orang yang berperilaku ‘aneh’ atau nyeleneh. Karena ternyata hidup manusia itu complex. Banyak hal yang melatarbelakangi suatu peristiwa dalam idup manusia. Sejarah idup manusia juga mempengaruhi pola hidupnya yang sekarang. Agar aku tetap melakukan yang terbaik bagi orang lain sama seperti aku berharap diperlakukan baik oleh orang lain.

Mt 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.


Jakarta, 10 November 2006
Jika TUHAN rela menghajar kita dengan extreme u/ hal yang (menurut kita) sepele, maka sesungguhnya DIA tengah berusaha menyelamatkan kita dari MurkaNYA sendiri.

Tidak ada komentar: