Rabu, 30 Desember 2009

Mzm 121 : 8

Tahun 2009 sebentar lagi akan berlalu berganti datangnya tahun baru 2010. Banyak jejak peristiwa dalam hidup saya di sepanjang tahun ini. Ada suka, duka, bahkan duka yang sangat mendalam. Namun semua bisa saya lalui bersama dengan Tuhan yang perkasa.

Dan bersama Tuhan pulalah saya akan memulai Tahun yang baru dengan harapan yang baru pula.

Teman-teman,

Selamat menyongsong tahun 2010

Jangan takut, jangan kuatir tentang masa depan, karena Tuhan yang sudah membuat kita mampu memenangkan banyak masalah di tahun 2009, Tuhan yang sama akan tetap ada dan menyertai kita semua.

Mzm 121:8 TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Senin, 21 Desember 2009

Karena Kita

Tahukah kamu, bahwa Natal ada karena kita?
Bahwa Natal ada sebagai bukti Cinta Tuhan bagi umat manusia yang berdosa?
Bahwa Natal direncanakan karena Tuhan tidak menginginkan kebinasaan manusia?
Bahwa Natal adalah jalan pembuka bagi karya terbesar Tuhan, yaitu Penebusan?
Bahwa Natal adalah bukti betapa berharganya manusia di mata Tuhan?

Jika kita tahu, begitu dalamnya makna Natal bagi kita
Masihkah kita merasa sedih ketika di rumah tidak bisa memasang pohon Natal?
Ketika Natal dirayakan dalam kesederhanaan?
Tak ada baju dan sepatu baru?
Tak ada kue-kue kering yang lezat?
Bahkan mungkin…kita merayakan seorang diri?
Karena jauh dari sanak keluarga?

Natal… memiliki makna yang begitu dalam
Bahwa Sang Khalik berkenan manunggal dengan manusia ciptaan-NYA
Bahwa DIA yang maha kaya memilih untuk menjadi miskin sejenak
Supaya kita yang kekurangan bisa berkata : “Aku kaya”
Bahwa DIA yang maha suci memilih untuk mereguk cawan murka
Supaya kita yang berdosa layak untuk menjadi bagian dari segala kekudusan-nya
Supaya kita yang lemah menjadi kuat, di dalam kuat kuasa-NYA

Jika semua orang tahu..makna Natal yang dalam ini..
Mestinya tak ada orang yang berputus harap ketika kesulitan datang mendera
Tak ada orang yang berkecil hati ketika melihat kekurangannya
Karena Tuhan peduli dengan segala hal kita hadapi
Harusnya….tak ada yang bunuh diri karena merasa hina, papa, dan kesepian

Natal adalah kabar baik….yang harusnya diketahui maknanya oleh semua orang
Sudahkan kita menjadi pemberita kabar baik itu?

***
Temanku,
Dari hati yang paling dalam aku ingin mengucapkan:
Selamat Natal 2009
Dan
Tahun baru 2010
Kiranya kita semua bisa memaknai Natal.. dalam suasana yang hangat dan penuh kasih dengan sesama kita, sebagai bukti kasih kita kepada Tuhan

***
Joh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Saya selipkan lagu Natal sendu sarat makna karya David Meece yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Yuk, kita nyanyi sama-sama..

waktu kecil kita merindukan natal
hadiah yang indah dan menawan
namun tak menyadari seorang bayi t'lah lahir
bawa keselamatan 'tuk manusia

waktu pun berlalu dan kita pun tahu
anugerah yang ajaib dari Bapa
yang relakan anak-Nya disiksa dan disalibkan
di bukit kalvari kar'na kasih

t'lah kudapati arti kehidupan
tatkala kubukakan hatiku bagi-Nya
dalam ucapanku, dalam segalanya
ku ingin memuji DIA... puji DIA...

reff:
karena kita Dia menderita
karena kita Dia disalibkan
agar dunia yang hilang diselamatkan
dari hukuman kekal



Jakarta, 21 Desember 2009

Jumat, 11 Desember 2009

MERINDUMU

Tuhan,
Aku sedang merindu-MU
Mencium wangi Jubah-MU
Menikmati kilau cahaya-MU
Mendengar suara-MU

Maaf,
Jika aku sudah bergerak menjauh
Bukan melupakan
Pula tak mempedulikan

Sungguh,
Batinku berderak-derak tak menentu
Bertarikan
Bertolakan

Rohku merindu menjamah punca jubah-MU
Tubuhku ditarik putaran waktu dan kelelahan
Hingga waktuku berlutut
Ganti mendengkur..ooh….

Tuhan,
Jika ada tempat yang sangat ingin aku kunjungi saat ini
Tempat itu adalah…
Ruang sepi….dan waktu luang
Hanya ada aku dan KAU

Sungguh ku rindu
Untuk bersandar di bahu-MU
Mencurahkan seluruh perasaanku
Ketakutanku
Kegalauanku
Kegagalanku
Harapan-harapanku
Bahkan …. Keluhan terkonyolku

Yaah….aku sedang ingin mengadu
Dalam bahasa ibuku
Hingga hilang segala penat di kepalaku
Hingga tersampaikan keluhan ku yg tak terucap
Dalam sedu sedanku di pangkuan-MU

Terlalu banyak, Tuhan…terlalu banyak…
Dan aku tak sanggup lagi menanggungnya
Aku sedih…sepi…sendiri…
Lara…terhilang..

Aku ingin bersandar di bahu-Mu
Curahkan segara laraku
Hingga…henti segala keluh kesahku
Hingga KAU ubah kepenatanku jadi kelegaan
Hingga KAU ubah duka ku menjadi tarian
Hingga aku bisa menyanyikan lagu untuk-MU
Dari dasar hatiku yang bersuka cita..

Sebab…hanya KAU..sahabat sejatiku
Yang mengerti aku…yang tahu bagaimana harus menolongku

Rabu, 09 Desember 2009

Catatan Kecil Saat Sakit

Tiga pekan terakhir ini kami sekeluarga bergiliran sakit. Dimulai dari suami saya yang sedikit bermasalah dengan tekanan darahnya berbarengan dengan saya yang terserang demam.

Berhubung suami sakit, maka untuk urusan membuat susu bagi kedua batita kami terpaksa saya kerjakan sendiri kendatipun sedang demam tinggi. Dua hari istirahat di rumah, keadaan saya mulai pulih walaupun belum segar betul.

Belum lagi bernapas lega si Bungsu sakit disusul si Sulung. Waah..praktis saya sama sekali tidak pernah beristirahat dalam arti yang sebenarnya. Dan akhirnya, setelah semua kembali sehat, saya malah jatuh sakit lagi sampai ambruk berhari-hari.

Terkapar, sakit, terpaksa menyendiri dari anak-anak untuk memperkecil kemungkinan kembali tertularnya virus flu membuat saya sedih. Apalagi kalau si kecil mulai mengangkat tangannya minta gendong…waduuh..saya benar-benar mengatakan “maaf ya Dik! Mama sedang tidak bisa gendong kamu” dari hati yang sedikit hancur 

Saya yang ingin bersungut-sungut sontak teringat dengan tekad diri sendiri…yaitu belajar bersyukur dalam segala perkara. Tak mudah memang, dalam keadaan lelah, sakit, dan rindu bersenda gurau dengan anak-anak lantas saya mau bersyukur??? Tapi yang namanya sudah bertekad ya harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pula, bukan?

Berhubung saya tidak tahu bagaimana saya mesti bersyukur di tengah keadaan yang tidak memberi saya alasan untuk bersyukur, maka saya hanya berbisik kepada Tuhan,”Tuhan, apa yang harus aku syukuri dari keadaan ini? Ajari aku bersyukur di dalam keadaan yang sulit..di dalam keadaan yang membuatku sedih seperti ini.” Amin

Perlahan hati mulai menghangat. Lupa dengan untaian kalimat sungutan, pikiran saya mulai dialihkan ketika di halaman rumah terdengar gelak tawa Joshua anak kami yang kedua.. di susul kakaknya yang tengah sibuk berusaha menangkap burung-burung gereja yang sedang bermain. Tingkah polah mereka membuat saya terkikik sendirian di kamar.

Herannya burung-burung gereja itu seperti mengerti bahwa anak-anak tidak bermaksud menyakiti, mereka hanya terbang rendah menghindar lalu hinggap lagi di tanah yang sudah ditaburi sedikit beras dan remah biskuit. Seperti tahu saya perhatikan, burung-burung itu pun hinggap di pot-pot gantung dekat kamar saya ikut berayun ketika sang bayu berhembus.

Tiba-tiba saja saya merasakan kegembiraan yang tidak biasanya. Menyaksikan kegembiraan anak-anak dengan alam sekitarnya, burung-burung gereja yang tidak takut bercengkerama dengan anak-anak, matahari merayap turun berganti shift dengan rembulan dan bintang-bintang. Sungguh, hal-hal ini tidak pernah saya dapati atau nikmati ketika saya sehat.

Merasakan keindahan-keindahan yang tidak biasanya saya dapati, membuat rasa syukur saya mengalir dengan tulus. Sungguh, kendatipun sakit bukan lah hal yang menyenangkan, namun masa istirahat saya telah memberikan pengalaman yang lebih dari sekedar mencari uang, blogwalking, facebooking. Kegembiraan yang dikerjakan karena kesadaran, bahwa dalam sakitpun ada berkat yang Tuhan sediakan.

Entah karena kegembiraan atau rasa syukur, atau Karena sudah waktunya sembuh, yang jelas tiba-tiba saja saya merasa begitu segar…yang jelas pemazmur pernah menuliskan hubungan antara kegembiraan dan kesehatan :

Pro 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Mudah-mudahan setelah ini tidak ada lagi yang sakit, sehingga saya bisa menjalani hidup lebih normal lagi. Menikmati hal-hal yang luar biasa dalam keadaan sehat. Bisa menggarap beberapa draft tulisan untuk blog, sehingga tulisan blog saya tidak berisi curhatan seperti ini. Doakan ya?

Rabu, 25 November 2009

Sayaaang, Mamaa !!

Sabtu sore yang digelayuti mendung, kami dengan formasi lengkap bercengkerama di kamar tidur. Tingkah polah dan celoteh anak-anak membuat kami sering terbahak-bahak. Hal yang seringkali membuat suami saya cemburu adalah jika anak-anak sedang berebutan untuk memeluk saya sampai berkelahi, sementara memilih untuk menyueki (halah) mengabaikan papanya.

“Farrel, kamu sayang Mama tidak?” tanya suami saya menginterupsi keasyikan Farrel (si Sulung) yang tengah mengacak-acak flashcard nya

“Enggak !” jawab Farrel dengan gaya cadelnya

Suami saya langsung terbahak-bahak dan berseru,”Wah, mamamu bisa patah hati tuh cintanya tak kau balas!”

Berhubung lelah mengamankan si Bungsu, Joshua yang tidak bisa diam saya hanya tersenyum terus duduk leyeh-leyeh (duduk setengah rebahan). Entah Farrel yang baru dua tahun itu menyadari bahwa jawabannya bisa saja melukai perasaan saya atau hanya suatu kebetulan dia menatap saya sambil tersenyum, lalu duduk di atas pangkuan saya dan memeluk erat. Saya membalasnya dengan usapan lembut di punggungnya…dia lalu mengangkat wajahnya menatap tepat ke mata saya. Kedua tangan mungilnya membelai lembut pipi saya sambil berkata,”Sayaaang mamaa! Muaaahh!” Lalu dia memeluk saya lagi lebih erat dari sebelumnya, saya pun membalas,”Mama juga sayang Farrel !”

Sekali lagi dia menepuk pipi saya, mengerling nakal dan memberikan kecupan kilat..Muaach..dan kembali meneruskan bermainnya.

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Farrel memang masih terbatas. Bahkan kadang-kadang saya perlu waktu untuk menterjemahkan bahasa bayinya. Tapi pelukan dan kecupan nya mewakili banyak kata yang belum bisa dia ungkapkan dengan jelas. Bahkan kalau boleh jujur, getaran cintanya terus terbawa kemana pun saya pergi.

Betapa perbuatan dan sikap nyata jauh bermakna daripada kata-kata. Di sekeliling kita, banyak yang terbuai kata cinta hingga buta melihat suatu kenyataan yang sebaliknya. Banyak pula yang akhirnya menyadari ketika semuanya terlambat dan ada harga yang terlalu mahal untuk menebusnya.

Bagaimana dengan kita? Apakah perbuatan kita relevan dengan apa yang kita ucapkan? Ataukah jauh bumi dengan langit?

Apakah kita adalah orang yang membiarkan pasangan kita kesepian karena lebih asyik mengurusi hobi kita.. padahal mungkin di menit yang baru saja berlalu, kita mengucapkan,”I Love You?”

Apakah kita adalah orang yang gemar mengecewakan pasangan kita karena mengingkari janji, namun di saat yang sama mengucapkan betapa kita setia kepadanya?

Apakah kita orangtua yang gemar membohongi anak-anak kita, namun di saat yang sama mengajari mereka untuk jujur dan terbuka?..hati-hati, kejernihan hati dan kepolosan mereka tetap bisa menangkap ketidakjujuran kita lho

Apakah kita orangtua yang selalu menghimbau anak-anak untuk rajin beribadah, sementara kita sendiri enggan untuk melakukannya?

Masih banyak hal bertolak belakang yang tak mudah disebutkan satu per satu di sini, namun saya yakin…kita sudah sama-sama dewasa untuk bisa menelaahnya, bukan? Bahwa kita dituntut bukan hanya handal berbicara tapi tak mampu berbuat dengan baik. Karena perbuatan kita adalah bukti dari pengertian yang kita ucapkan.

^^^
Duh, sakit dua hari membuatku tak mampu merangkai kata-kata dengan baik, mudah-mudahan bisa ditangkap maknanya, ya?

Jakarta, 23 November 2009

^^^

Selasa, 17 November 2009

Mengenal bukan Mengira-Ngira

Suatu hari di peradilan Negeri kekekalan, terjadilah percakapan antara Manusia (Terdakwa) Iblis (Pendakwa) dan Tuhan (Hakim Sekaligus Pembela) :

Iblis : “Tuhan seru sekalian alam, saya menuntut manusia ini menjadi teman abadi saya di Neraka. Karena selama hidupnya telah melakukan penyembahan berhala dengan cara meminta pertolongan kepada dukun dan dewa-dewa asing!” Bukankah tertulis :

Ephesus 5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

Demikian tuntutan yang dia bacakan bagi arwah manusia yang sedang di meja peradilan Negeri kekekalan.

Lalu diputar-Nya lah video rekaman kehidupan. Benar di sana manusia tersebut memang melakukan dosa yang didakwakan Iblis kepadanya.

Tuhan : “Melihat rekaman hidupnya yang tidak sempat mengakui dosanya dan bertobat, AKU mengabulkan tuntutanmu, Iblis!”

Manusia : “Tunggu dulu, Tuhan !! Jangan sampai ANDA salah memutuskan, rasanya ada yang terlewat dalam menilai video rekaman hidupku ini!”

Tuhan : “Pembelaan apa yang ingin kau ajukan, Manusia?”

Manusia : “Tuhan, semasa hidupsaya memang sering ke dukun untuk meminta pertolongan. Saya juga sering mengunjungi dewa-dewa asing tak dikenal. Karena menurut saya itu tidak salah.”
“Menurut pendapat saya, Tuhan bisa memakai siapa saja untuk memberikan pertolongan termasuk para dukun dan dewa-dewa asing itu”
“Jadi menurut saya (lagi menurutnya) apa yang saya perbuat tadi tidak bisa dikategorikan sebagai dosa yang membawa saya kepada kebinasaan. Tidak bisa, Tuhan!! Mohon ditinjau ulang!”

Tuhan : “Lho, apa kamu tidak mendengar pasal dan ayat yang dituntutkan Iblis tadi?”

Manusia : ”Iya, saya mendengarnya. Tapi kan saya tidak tahu kalau ada ayat yang menuliskan demikian? Saya bertindak berdasarkan perasaan dan keyakinan saya seperti yang saya sebutkan di atas!”

Tuhan : “Mengapa kamu sampai tidak tahu bukankah semua sudah tertulis dalam kitab suci, dan bukankah seringkali sudah didengungkan oleh hamba-hambaku di atas mimbar? Duhai manusia, hokum-Ku bersifat Mutlak dan Kekal tidak ada satupun yang bisa membatalkannya. Sekarang, enyahlah kamu dari hadapan-Ku!”

~ ! ~
Ilustrasi di atas hanyalah mewakili satu dari sekian banyak dosa yang tampaknya bukan dosa. Sesuatu yang tampaknya abu-abu karena menurut nalar atau pemikiran kita bisa dibenarkan.

Masih banyak hal lain yang tampak begitu rancu, sampai-sampai ada pernyataan seperti ini,”Dosa itu hanya TUHAN yang bisa menilainya. Kamu tidak bisa menilai apakah perbuatanku DOSA atau tidak bukan!”

Jika pernyataan tersebut adalah untuk menyatakan bahwa hanya Tuhan yang berhak menghakimi, maka saya setuju. Namun jika manusia sampai tidak tahu apakah yang diperbuatnya itu berdosa atau tidak. Maka sesungguhnya dia sedang mengira-ngira sebuah jalan untuk suatu tujuan yang masih semu juga.

Pendapat, perasaan dan keyakinan kita bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Bersifat subyektif dan tidak bisa dijadikan suatu pembelaan jika kelak kita ada di hadapan tahta-Nya..

Namun sayang sekali, seringkali kita memilih untuk berjalan berdasarkan pendapat, keyakinan dan perasaan kita tentang kebenaran tanpa mencari dasar yang menjadi pijakannya yaitu Firman Tuhan dalam terang pimpinan Roh Kudus.

Ketika kita mengira-ngira apakah sesuatu itu berkenan atau tidak berkenan kepada Tuhan, sebenarnya kita sedang berjalan dengan kebenaran yang kita ciptakan sendiri dan belum tentu sesuai dengan kehendak Allah. Dan kita tentunya tahu, jika kita berjalan di jalan yang tidak dikehendaki-NYA maka akhir dari perjalanan hidup kita adalah di dalam penghukuman

Pro 14:12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

Itulah sebabnya, perlu bagi kita untuk mengenal siapa TUHAN yang sebenarnya. Bukan dari kata orang, bukan dari hasil analisa kita (yang belum tentu benar), bukan pula dari penciptaan karakter Tuhan yang kita buat berdasarkan pendapat pribadi. Anda tahu, ini bisa berakhir kepada kebinasaan.

Hos 4:6 Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.

Kenali – lah TUHAN dari surat-surat cinta-NYA…di dalam Alkitab. Kenalilah DIA dalam persekutuan pribadi dan persekutuan jemaat raya. Kenalilah DIA ketika masa sukar datang menindis kita. Juga dimasa suka ketika hidup terasa ringan bersayap.

Pengenalan akan Tuhan itu sebuah proses yang berlangsung terus menerus. Dan diperlukan sikap yang konsisten didalam membangun hubungan pribadi dengan-NYA. Dibutuhkan kerelaan menyisihkan waktu terbaik untuk berdoa, kesediaan untuk menyediakan waktu terbaik untuk menyelidik Firman-NYA, dan ketaatan yang penuh di bawah pimpinan Roh Kudus.

Jika hidup manusia adalah sebuah perjalanan menuju kepada kekekalan, maka :
• Doa kita adalah sarana komunikasi untuk mendapatkan petunjuk dari Sang Pemilik Kekekalan itu.
• Alkitab adalah PETA yang menunjukkan jalan mana yang mesti kita tempuh, juga pelita bagi hati kita.
• Roh Kudus adalah Penolong bagi kita agar kita senantiasa berkemenangan

Semakin kita intens dalam berdoa, menyelidik Firman, dan akrab bergaul dengan Roh Kudus percayalah bahwa kita akan mengenali TUHAN melalui kacamata yang benar. Dan kita akan dipimpin-NYA melalui jalan-jalan yang benar bukan sesat.

Tuhan dan Firman-NYA adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita mencintai Tuhan tapi tidak mencintai Firman-NYA. Karena Tuhan dan Firman-NYA dalah SATU

Joh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Perhatikan kalimat ini : dan Firman itu adalah Allah. Firman = Allah, Allah = Firman. Saya tidak mengatakan Alkitab itu adalah Allah, saya mengatakan FIRMAN itu adalah ALLAH (mohon koreksi jika penafsiran saya salah – khususnya kepada yang berkompeten di bidangnya)

Mungkin seorang pembaca akan bertanya di dalam hatinya,”Ris, kamu sudah sukses mengenal Allah?’

Saya akan menjawab dengan jujur,”Belum sepenuhnya mengenal. Bahkan seringkali saya terkaget-kaget jika mendapati karakter-NYA yang di luar dugaan saya sebagai manusia. Masih sering terkaget-kaget ketika mendapati bahwa apa yang selama ini saya anggap benar, ternyata salah besar!”

Ketika saya menulis ini pun, ada seruan lembut di hati saya,”Masihkah kamu bergairah menyelidiki Firman itu, Riris?”

Ketika saya menulis ini..ada pertanyaan lembut di hati saya,”Masihkah kamu memiliki hati yang rela untuk dididik, diajar, dan dipimpin oleh Roh Kudus?”

Ketika menulis ini sebenarnya saya pun sedang diajar untuk seperti yang saya tulis. Saya menyadari siapa saya. Bahwa saya manusia yang masih dalam proses penyempurnaan namun masih jauuh dari sempurna. Dan setiap ayat Firman Tuhan yang saya pakai dalam tulisan saya ibaratnya pedang bermata dua…bukan hanya untuk teman-teman pembaca, tapi juga untuk saya yang menulis :

Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Dan saya rasa setiap umat-NYA yang belajar melayani DIA akan bertekad seperti Rasul Paulus :

1Co 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Mudah-mudahan sedikit “latihan” menulis saya kali ini bermanfaat bagi teman-teman semua. Sehingga kita makin mengenal Allah secara pribadi bukan mengira-ngira atau berpijak dari pendapat orang lain, melainkan menyelidik dan mengalami kehadiran Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ayub 42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Mudah-mudahan kita tidak lagi mengira-ngira kebenaran, tapi menemukan kebenaran yang sesungguhnya .. hidup dan menghidupi kebenaran itu senantiasa.

Roh Kudus kiranya memberikan pencerahan dan penerangan ini lebih jauh kepada kita semua, melebihi segala akal, daya dan kemampuan saya untuk menyampaikan maksud dalam tulisan ini. Amin

Sabtu, 14 November 2009

Ini tentang mimpi, kawan !

Ini tentang mimpi, kawan
yang berserak di kotak maya
terhambur dalam buaian waktu

aku tengah memungutinya, seperti berlian
lalu menguntainya dalam benang harapan
ku menguncinya dengan doa
meyakininya menjadi nyata

ini tentang mimpi
sedari kecil
yang pernah kandas dihempas ketidakberdayaan
seolah sirna bagai uap

mimpi-mimpi itu datang lagi
mengusik kenyamananku
tidak membiarkan aku diam
membiarkannya musnah lagi

ini tentang mimpi
yang ku tak tahu hendak dimulai dari mana
untuk membangunnya
menjadi jembatan di alam nyata

ini tentang mimpi
yang seperti api di bawah tungku air
membuat darahku mendidih dan meletup-letup
membuat gelembung semangatku membuncah
dan napasku sengal

mimpi...mimpi yang kubangun dan pernah kandas
kini datang lagi
------
November 14, 2009
-----"

Senin, 09 November 2009

Bu Guru

“Sedang membuat apa, Bu?” tanyaku ketika melihat Ibuku sedang asyik memotong-motong kertas manila warna merah muda.

“Ibu sedang membuat kartu bermain untuk kita berdua. Kamu mau kan bermain bersama ibu?”

“Waah?? Kartu bermain? Untuk kita bermain, Bu? Tentu aku mau bermain bersama Ibu. Aku kan senang bersama-sama Ibu!”

“Baik kalau begitu, kamu jangan ngerusuhi (mengganggu) ibu dulu, supaya kartunya bisa segera selesai, ya? Sana gih, kamu main bersama mbak Alis dan Dik Guntur di rumahnya!”

Saya pun segera pergi meninggalkan ibu bermain bersama tetangga saya dengan harapan kartu bermain yang ibu buat bisa segera dipakai bermain.

Minggu pagi, setelah saya selesai mandi dan sarapan ibu pun mengajak saya bermain kartu buatannya.

“Hari ini, Ibu akan mengajakmu bermain membaca kartu. Kamu hapalkan ya? Ini A..yang ini I..U..E..dan O!”

Setelah berkali-kali diminta menghapalkan, Ibu pun menguji ingatan saya dengan cara mengacak susunan kartu-kartu yang bertuliskan huruf-huruf vokal tersebut. Lalu pelan-pelan ibu menuntun tangan saya untuk berlatih menulis.

Keesokan harinya kartu-kartu tersebut dipasangkan dengan huruf konsonan (huruf mati) dan beginilah cara ibu mengajar. Beliau tidak pernah menyebutkan huruf konsonan dengan cara Be, Ce, De…melainkan Beh..Ceh..Deh..

“Riris, kalau ‘Beh’ digabungkan dengan huruf ‘A’, maka bunyinya ‘Ba’, jika digabungkan dengan huruf ‘I’ maka bunyinya ‘Bi’…dan seterusnya”

Demikianlah cara Ibu mengajar saya membaca waktu itu, hingga akhirnya sebelum TK, saya sudah lancar membaca dan menulis.

Seingat saya, Ibu tidak pernah memaksa saya untuk belajar beliau selalu mengajak belajar sambil bermain. Sehingga proses belajar berlangsung begitu menggembirakan tidak menekan perasaan. Alat-alat peraganya pun hasil kerja tangannya sendiri. Bukan hasil browsing di intenet dan belanja online (karena waktu itu internet belum ada di daerah kami), juga tidak membeli di toko. Begitu sederhana, namun ilmu yang diturunkannya mudah sekali diserap. Jika saya mulai tidak focus biasanya ibu menyudahi acara belajar sambil bermain itu

Ibu saya seorang guru SD, sekalipun pada akhir jabatannya beliau adalah seorang Kepala Sekolah SD, namun saya lebih senang menyebut beliau seorang guru. Di lingkungan tempat saya tinggal beliau dikenal sebagai orang yang sabar dalam menghadapi murid-muridnya. Tak jarang jika mendapati murid yang tertinggal karena daya tangkapnya yang kurang, maka tak segan memberikan pelajaran tambahan Cuma-Cuma di rumah kami..…kata ibu bayaran yang sangat tak ternilai adalah ketika anak-anak yang diajar bisa menjadi lebih mengerti, lebih bisa menangkap pelajaran dan lebih percaya diri.

Mengingat di era 80an di lingkungan kami banyak anak yang terlahir dari orang tua yang buta huruf, rasanya tak mengherankan jika banyak muridnya yang membutuhkan tambahan pelajaran di rumah khusus untuk membaca dan menulis. Suasana rumah kami waktu itu seringkali ramai dengan tingkah polah murid Ibu yang begitu antusias belajar membaca. Dan biasanya seusai memberikan pelajaran tambahan Cuma-Cuma itu wajah ibu kelihatan lebih berseri karena puas. Puas karena para murid sudah bisa membaca dan menulis, puas karena pengorbanannya tidak sia-sia.

Tak terhitung betapa banyak muridnya yang sudah menjadi orang penting di dalam jawatan pemerintahan.

Juga tak jarang ibu mendapatkan diskon yang lumayan besar jika berbelanja. Pernah beliau bertanya,”Kok diskonnya akeh emen, mengko sampeyan rugi lho! Wis sak mene wae!!” (kok diskonnya banyak banget, nanti kamu rugi lho..sudah segini saja..) kata ibu sambil menambahkan sejumlah harga.

Sang pemilik toko atau kios pun menjawab,”Bu, apa ibu lupa dengan saya? Saya kan yang dulu ibu ajar di SD 04? Itu lho bu, yang tidak bisa membaca dengan lancar, tetapi karena ibu telateni di rumah saya jadi lancar membaca dan menulis. Biarlah bu, izinkan saya memberikan diskon segitu sebagai tanda hormat saya!”

Begitu selalu..jika bertemu dengan murid-muridnya beliau selalu mendapatkan perlakuan khusus.

Ibu tak segan mencemplungkan kami ke dalam wadah-wadah kesenian untuk mengasah bakat tersembunyi yang kami miliki. Minimal, kelima anaknya mengalami les tari tradisional. Khusus saya, ibu gemar sekali menjajal saya dalam banyak bidang. Mulai dari menari, menyanyi, mengarang, bahkan teater. Jadi saya pun sempat mencicipi les tari tradisional, les menyanyi keroncong, dan teater.

Banyak hal baik yang beliau wariskan kepada kami anak-anaknya. Juga kepada lingkungan yang disentuh oleh kehadirannya.

Yang membuat saya heran sampai saat ini adalah, jika saya pulang kampung. Banyak yang masih mengenali saya sebagai puteri ibu guru lho! Saya tidak yakin mereka mengingat dan mengenal saya..mungkin mereka mengira-ngira karena garis wajah dan suara saya yang mirip dengan ibu.

Karena mereka selalu bertanya demikian,”Mbak ini apa puterinya Bu Guru?”

Dan ketika saya menjawab “Iya, benar! Saya puterinya Bu Guru!” maka fasilitas yang mereka berikan kepada ibu otomatis saya nikmati..heheh..(sering-sering aja, saya dikasih diskon gede hehe)

Yang membuat saya terharu adalah mereka selalu menceritakan perbuatan baik ibu yang mana saja yang mereka ingat dan kenang. Yang membuat saya bangga jika saya bertemu dengan mantan atasan-atasan ibu adalah ketika mereka mengatakan bahwa ibu adalah bendahara yang jujur dan teliti; tidak ada satu sen pun yang terlewat dari catatan pembukuannya. Bahkan tim pemeriksa keuangan dari P&K (Pendidikan dan Kebudayaan) waktu itu sering dibuat berdecak kagum atas kelengkapan dokumen transaksi yang beliau bukukan.

Well, benar kata ibu,”Baik-baiklah kamu menjadi orang berlakulah jujur dan senantiasa menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga! Karena hal-hal itulah yang akan kamu bawa ke Surga. Hal-hal itulah yang akan membuatmu dikenang sepanjang masa”

Pro 22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

Ibu memang tidak tercatat sebagai seorang Pahlawan Nasional ataupun pejuang dengan berderet-deret tanda jasa. Namun semangat juangnya untuk mengentaskan murid-muridnya dari buta huruf dan kebodohan telah mengukir sejarah tersendiri di hati mereka yang pernah diajarnya. Dan kemurahan hatinya untuk berbagi telah membuat orang-orang yang ditolongnya merasa memiliki teman dan merasa berharga.

Saya pribadi bangga memiliki ibu sepertinya. Jujur, seringkali saya bertanya dalam hati, sanggupkah saya menjadi wanita sepertinya? Yang mengasihi dan menghormati suaminya begitu rupa dan berbuat baik di sepanjang hidupnya? Yang menjadi kebanggaan anak dan cucunya? Sanggupkah saya menyerap nilai-nilai indah yang ingin sekali dia wariskan?

Pro 17:6 Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.

(Mengenang enam tahun kepergian ibu ke pangkuan Bapa di Surga. Di tulis dengan cucuran air mata sedih, haru dan bangga…..2 Nop 2009 – 2 Nop 2003)

Senin, 02 November 2009

Mama Dei

Dia bukanlah seorang wanita karier, bukan pula seorang wanita yang menggondol gelar kesarjanaan apalagi master ini dan itu. Mama Dei, demikian sapaan akrabnya, adalah wanita biasa seorang ibu rumah tangga dan oma dari cucu-cucunya. Dia adalah mama mertua saya.

Sekalipun beliau bukanlah wanita karier dengan segala titelnya, tapi ada banyak hal unik dan penting yang bisa aku pelajari dari pribadinya. Sebagai seorang ibu, sangat menyayangi putra-putranya. Terasa sekali bahwasanya dalam berbagai kesempatan berusaha adil dengan kedua putranya. Sebagai seorang istri, beliau adalah wanita yang sungguh-sungguh melayani dan mengabdi kepada suami. Sebagai seorang oma, beliau adalah oma yang cerdas untuk cucu-cucunya. Sebagai anggota majelis gereja, beliau tetap menempatkan posisinya sebagai hamba yang siap sedia melaksanakan tugasnya.

Ketika pertama berjumpa (sebelum kami menikah), sama sekali tidak tampak usaha nya untuk membuat jarak. Bahkan sebaliknya, sebagai calon mertua Mama Dei terasa sangat hangat dan bisa menerima saya apa adanya. Rasanya adeeem getoo. Ketakutan, kejaiman, bahkan jarak musnah begitu saja ketika kami ketemu. Langsung klik dan klop. Seperti teman asyik untuk diajak ngerumpi, belanja, sampai dengan curhat.

Ketika kami menikah, dan beliau sempat tinggal bersama kami ketika kelahiran anak kami yang pertama, tentunya beliau banyak melihat kekurangan saya sebagai menantu. Tapi sama sekali tidak memihak kepada anaknya jika kami berselilisih paham. Bahkan seringkali beliau memberikan pandangan2 yang mendamaikan. Ketika saya tersudut dengan pola pikir suami yang salah, beliau tampil sebagai pembela dengan cara yang lembut dan penuh damai.

Pokoknya jauh deh dari image2 mertua yang seram. Usut punya usut ternyata beliau itu memelihara saat teduh dengan cara yang simpel. Berdoa, baca firman, menghapal ayat dan praktek.

Pantaslah kalau beliau menjadi wanita kecintaan banyak orang, paling tidak : suaminya, anak-anak, mantu-mantu, juga cucu-cucunya. Pantaslah kalau roh yang lemah lembut itu makin tampak nyata dan membuat kami-kami ini segan untuk membangkang, karena beliau selalu bernaung dalam otoritas Allah. Sebelum bicara, sebelum menasihati, sebelum bertindak, beliau senantiasa menyertakan TUHAN. Tidak mengandalkan kepintaran yang pas-pasan. Tapi sungguh merupakan contoh nyata kehidupan yang mengandalkan Tuhan.

Saya berharap, bisa seperti beliau. Menjadi Istri dengan roh yang lemah lembut dan perkasa. Dimana hati dan pikiran dipenuhi hikmat untuk berkata-kata, entah itu menasihati, menghibur, ataupun mendorong orang lain. Saya juga rindu memiliki kehidupan yang menjadi suratan terbuka bagi banyak orang. Suratan yang menuliskan banyak hal yang baik dan patut dijadikan teladan

Mama Dei tetaplah manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Tapi keseriusannya memenuhi panggilan sebagai wanita bijak, cukup memberikan energi dan pengaruh yang positif bagi saya seorang aktivis gereja... untuk terus menerus melakukan koreksi atas kekurangan karakter saya.

Tuhan Yesus, terima kasih, Kau berikan aku mama mertua yang bisa menjadi alat pengajaranMU menjadi wanita yang Engkau kehendaki. Berkati beliau, supaya terus hidup dalam naungan kasihMU dan tinggal dalam otoritasmu dalam setiap jam dan waktu. Supaya bukan hanya kami2 yang merasakan dampak dari kehadiran Mu atas nya, tapi setiap orang yang dia sentuh boleh semakin mengenal kehendakMU dalam suratanMU yang terbuka

Mama Dei, terima kasih : sudah mau terima saya sebagai menantu, dan mau mengajari saya banyak hal tanpa mama ajari. Doakan saya, supaya saya benar-benar menjadi Kristen seperti mama. Hidup untuk Kristus dimanapun dan apapun panggilan saya

I Petrus 3 : 1-5
1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, 4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,


***

Senin, 26 Oktober 2009

Liputan Tentang Diri Sendiri, 10 Oktober

Mestinya tulisan ini diposting ketika kalender masih mendekati angka 10 Oktober 2009 yang lalu. Namun berhubung belum menemukan “mood” saya memilih untuk menundanya, hingga akhirnya saya tersadar ketika teman saya Donny Verdian menerima ucapan selamat atas kemenangannya di Pesta Blogger, dari salah seorang pembacanya; bahwa saya punya utang kepada diri sendiri untuk mencatat peristiwa yang agak penting itu. Hehehe..narsis sedikit yaa..

Tanggal 10 Oktober 2009 yang lalu, blog yang saya kelola memenangkan perlombaan di Christian Indonesian Blogger 2009 untuk kriteria “The Most Creative Blog Based On Writing Competition” adapun tema dari tulisan yang dilombakan adalah tentang kelahiran baru. Setelah melalui revisi tiga kali, maka terbitlah tulisan yang dilombakan dengan judul “Pencarian Pintu Surga” yang atas kehendak Tuhan, dewan juri memutuskan untuk memberikan kursi pemenang kepada saya. Hadiahnya cukup membuat terpesona..hahaha..hari giniii…tahu-tahu saya mendapat rejeki nomplok sebesar Rp. 5.000.000,- apa tidak terpesona?

Besarnya hadiah mungkin bagi banyak orang memang tidak terlalu material. Tapi bagi saya, penghargaan itu memacu semangat saya untuk terus kreativ dalam dunia tulis menulis. Penghargaan yang diberikan ini memberikan motivasi baru bagi saya yang menjadikan blog ini sebagai “mimbar maya” pelayanan saya.

Jika saya diminta mengucapkan terima kasih, maka :

Pertama-tama tentunya kepada Tuhan Yesus, yang di malam terakhir sebelum saya up load tulisan itu seolah-olah duduk di dekat saya dan mendikte kata demi kata, menciptakan scenario sehingga tulisan itu layak dianggap memenangkan kontes blogger Kristen.

Yang kedua, kepada Almarhumah Ibu saya yang pada tanggal 10 Oktober yang lalu (andai beliau masih ada) tepat berulangtahun yang ke 79. Happy B;day ya Bu! Aku tahu, engkau jadi salah satu cheer leader bersama para Malaikat yang menyemangati aku yang hampir putus asa malam itu…kemenangan ini adalah kemenanganmu juga, yang sedari kecil menggembleng aku untuk menemukan talentaku sesungguhnya…masih dalam pencarian, Bu, baru ketemu sedikit.. Terima kasih, sudah menjadi guru yang sangat baik buatku dan murid-muridmu. Aku beruntung menjadi anakmu, Bu! Miss you, Bu!

Yang ketiga, kepada teman-teman Blogger yang sudi mampir, meninggalkan atau tidak meninggalkan jejak di blogku. Tanpa kehadiran kalian aku pasti merasa pelayanan “mimbar maya” ini sia-sia belaka.

Yang keempat, kepada para Voter…sekalipun blog saya tidak memenangkan The Most Favorit Blog, kesediaan kalian untuk mendukung sangatlah berarti bagiku.

Yang kelima, kepada Pak Sahala Napitupulu, yang tidak segan memberikan kritikan tegas tapi halus, sehingga membangun kedewasaan saya dalam menulis. Terima kasih Tuhan memberkati. Juga Sister Nancy yang mendorongku untuk berani bermimpi membuat buku rohani!! Keyakinanmu terhadap kemampuanku lebih besar daripada keyakinanku pada diriku sendiri, Sis, tapi aku akan berjuang untuk meraih mimpi itu. Dan aku yakin, jika ini kehendak-Nya pasti ada jalan. Amin

Yang ke enam, kepada semua pihak termasuk CBN (Cahaya Bagi Negeri) yang menaungi Jawaban(dot)Com yang sudah memberikan kesempatan untuk para bloger Kristen unjuk Kreativitas. Terima kasih pula…hadiahnya menyegarkan. Maju terus ya CBN, banyak kalangan yang butuh sentuhan “CAHAYA” dari kalian semua.

Juga kepada seluruh teman dan pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang mau ikut bergembira atas kemenangan ini. Tanpa kegembiraan kalian, kemenangan ini pasti terasa sepi, kawan!

Jika ingin melihat acara puncak CIB FEST 2009 tersebut, bisa dilihat di sini. Pada link tersebut dilengkapi dengan photo-photo liputan..(biar gak berat buka blog ku..hehehe..

Kamis, 15 Oktober 2009

IKAN ASIN

Sebelum menikah, saya bukanlah penggemar ikan. Meskipun mengetahui kandungan gizi dan manfaatnya yang begitu bagus untuk kesehatan, saya tetap saja tidak mau menyantapnya. Alasannya? Karena enggan ketulangan, maka biasanya jika ‘terpaksa’ menyantap ikan saya menggunakan tangan kosong alias nyeker, dan bagi saya ini sangat merepotkan.

Setelah menikah, ikan menjadi santapan hari-hari keluarga kami. Pasalnya suami berasal dari Manado, dan terbiasa menyajikan menu ikan dalam hariannya. Mau tidak mau saya melakukan koreksi selera, bahkan mulai belajar mengolahnya. Ikan yang saya sukai adalah ikan Tuna, selain tanpa duri, rasanya seperti daging sapi.

Untuk urusan memasak ikan – ikan itu, saya banyak belajar dari suami yang lebih piawai memasak masakan Manado. Mulai dari persiapannya untuk menghilangkan bau amis, hingga cara pengolahannya supaya tidak hancur ataupun terlalu mentah.

Ada kejadian yang cukup membuat pipi saya memerah ketika belajar memasak ikan laut. Sewaktu makanan sudah tersaji di meja dan suami menjadi jurinya, alisnya sempat mengerut, terus dia bertanya,”Gak pakai garem ya? Kok hambar?”

“Loh? Emang harus pakai garam? Bukannya semua ikan laut itu asin?” Jawab saya

“Kok bisa kamu berpendapat kalau semua ikan laut itu asin?” tanya suami

Dan saya pun menjawab dengan PeDe nya..”Lha, kan air laut itu asin, makanya semua yang dari laut pasti asin!”

Dan….meledaklah tawa suamiku waktu itu. Yah, saya baru tau kalau tidak semua ikan laut otomatis menjadi ikan asin. Hanya ikan laut yang melalui proses penggaraman sajalah yang menjadi ikan asin.

Ya .. ya.. pada akhirnya saya tahu, bahwa ternyata tidak semua telah saya ketahui..hehehe…
Seperti ikan laut yang tidak otomatis menjadi ikan asin, demikian jugalah manusia tidak bisa otomatis mengalami perubahan. Entah perubahan ke arah yang lebih baik ataupun ke arah yang lebih buruk. Semua tergantung pada pribadi masing-masing, apakah mau terpengaruh atau tidak.

Apakah kita mau menjadi pribadi yang “mati” untuk hal yang buruk atau hal yang baik. Jika kita menyadari bahwa perubahan pribadi itu tidak datang tiba-tiba, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga hati dan pikiran kita dengan penuh kewaspadaan.

Pro 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Sehingga kita bukan menjadi pribadi yang mudah hanyut dan tersesat, tetapi menjadi pribadi yang kuat dan membawa pengaruh yang baik. Bukan menjadi pribadi yang mudah diracuni, tapi pembawa penawar bagi yang keracunan. Bukan menjadi ikan mati yang diasinin, tetapi menjadi garam yang mencegah atau memperlambat proses pembusukan. Bukan orang yang mudah terseret dalam godaan malam, tapi menjadi terang bagi yang sedang tersesat.

Mat 5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Mat 5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Mat 5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Kamis, 08 Oktober 2009

Bencana Vs Murka Tuhan

“Dosa besar apa yang sudah mereka perbuat hingga membangkitkan murka Tuhan?” pertanyaan retorik itu keluar dari mulut teman saya ketika kami menyaksikan proses pencarian jenasah dan evakuasi korban gempa di Padang

Berhubung saya sedang larut dalam perasaan duka, dan sibuk dengan tissue dan airmata yang ikut jatuh, saya jadi tidak terlalu berminat berdiskusi atau menanggapi grenengan taman saya itu.

Benarkah bencana alam ini terjadi karena amuk murka-Nya? Begitu mudah marahkah DIA sehingga DIA membinasakan apa yang sudah DIA ciptakan? Hm…saya kok jadi punya analisa berdasarkan sedikiiiiiit pengetahuan saya tentang Alkitab yang berkaitan dengan hal ini.

Ketika manusia pertama jatuh dalam dosa, maka sifat kekekalannya berubah menjadi kefanaan. Begitu juga tanah atau bumi yang ditingali mereka dan anak cucu mereka (termasuk kita) mewarisi kefanaan itu. Itulah sebabnya semua manusia akan mengalami kematian, dan segala yang ada dunia ini akan mengalami kebinasaan.

Jadi bencana, penderitaan, peperangan, adalah sesuatu yang sudah tertulis beribu abad yang lalu. Sekarang ini tinggal penggenapannya. Bahwa semua itu terjadi sebagai awal dari penderitaan zaman akhir.

Mat 24:6b sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

Kalau boleh meminjam istilah bengkel, bencana alam itu seperti awal dari kerusakan mesin. Baru awal menuju kebinasaan yang sesungguhnya (baca : awal dari sekian banyak tanda kiamat)

Ketika kekekalan berubah menjadi kefanaan, maka berlakulah tanggal kedaluwarsa. Dan saya sangat meyakini bahwa segala sesuatunya sudah tercatat dalam buku-NYA. Bahwa di Padang akan terjadi gempa pada tanggal 30 Sept 2009 pukul 17.16 WIB sudah tercatat dalam buku-NYA sebagai tanggal kerusakan bumi di daerah Sumatera Barat. Dan jiwa-jiwa yang melayang bersamaan di tanggal tersebut juga sudah digariskan-NYA sebagai hari akhir perjalanan para musafir itu di bumi ini. Terbukti ada banyak cerita tentang orang-orang yang terselamatkan dari gempa tersebut melalui hal-hal kecil seperti yang tertulis di sini

Saya masih sangat meyakini bahwa kelahiran, jodoh, dan kematian seseorang adalah misteri Ilahi yang hanya diketahui oleh DIA dan para staff-Nya. Mengapa ada banyak orang di Sumatera Barat pada waktu itu di jam yang sama meninggal dunia serentak? Hanya DIA yang mengetahuinya..dan mengapa masih banyak orang yang hidup lolos dari jerat maut yang dibentangkan oleh gempa itu, tentunya Dimaksudkan-Nya untuk sesuatu hal yang baik.


Kalaupun pada akhirnya bencana itu memberikan kesempatan bagi para korban yang masih hidup untuk mengintrospeksi diri; saya menyebut hal ini adalah kebijasanaan yang diberikan TUHAN kepada manusia dalam menyikapi hal-hal buruk yang terjadi dalam hidupnya untuk kebaikan hidup selanjutnya.

Rom 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah

Saudaraku,
Lempengan bumi boleh saja meregangkan ototnya
Dan daya yang dihasilkannya boleh saja memporakporandakan segala yang hidup dan yang mati di permukaan ranah Minang
Kerentaan dunia ini boleh saja menyebabkan aus-nya poros bumi
Namun ketahuilah…semua ini sudah di gariskan sejak awalnya
Bukan karena Tuhan marah
Bukan karena Tuhan bosan dengan kita
Bukan…
Lihat lah dengan mata hatimu
Bahwa DIA tengah membentangkan tangan-Nya untuk memelukmu, menghiburmu, membebat luka dan trauma di hatimu
Lihatlah dengan keyakinanmu
Bahwa DIA pun ikut menangis bersamamu
Ikut merasakan dukamu
Ikut merasakan perih di hatimu
Atas kehilangan sanak keluarga
Atas terseraknya susunan impian-impianmu

DIA tahu ada ibu yang patah hatinya karena kehilangan anak dan suami
DIA tahu ada calon pengantin yang kehilangan mempelai lelaki atau perempuannya
DIA tahu..bahkan peduli dengan apa yang kalian rasakan
DIA tahu banyak anak yang harus menjadi yatim piatu
DIA tahu..tapi tak kan berdiam membiarkan kalian menjadi yatim piatu

Aku Cuma bisa berdoa, kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan-Nya yang maha dahsyat bagi kalian
Sehingga kalian tetap sanggup tersenyum dan tegap menyongsong masa depan cerah yang sudah dipersiapkan-Nya bagi kita.

Amin.

Jumat, 02 Oktober 2009

Jakarta Bertabur Batik

Pagi ini ketika berjalan menuju tempat pangkalan angkot tercinta, mata saya menangkap batik-batik cantik ikut berjalan. Mereka seolah adibusana yang sedang diperagakan para peragawati dan peragawan di atas catwalk. Hanya saja yang menjadi panggung peragaan busana kali ini adalah jalan raya di Jakarta.

Aneka rupa motif batik yang dikenakan dari yang sesuai pakem hingga yang sudah dimoderenisasi. Batik sesuai pakem yang saya maksud adalah batik-batik yang saya kenali, seperti : sido luhur, sido mukti, klawung, barongan, kembang jeruk, cirebonan, dan batik encim. Warna-warna yang dikenakanpun macam-macam dari yang original hingga yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain motif batik jawa, banyak juga yang melenggang dengan motif daerah yang tak kalah cantik, seperti motif ulos, songket palembang, dayak, kupang, dan lain sebagainya.

Jika dulu Batik hanya dikenakan di saat-saat resmi atau formal, kini tidak lagi. Desainnya pun sudah lebih berani dan lebih sesuai dengan tuntutan zaman.

Ternyata, batik tidak mengurangi kecantikan dan kegantengan para pemakai muda yang banyak saya temui pagi ini. Bahkan menurut saya…menambah kecantikan, kegantengan, dan lebih elegan.

Aura kebanggaan di wajah-wajah anak negeri pagi ini seperti menambahkan cahaya di wajah mereka.

Diam-diam saya bersyukur, bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman “kecurian” budaya oleh negeri tetangga. Saya bersyukur, karena ancaman itu akhirnya membawa penyadaran diri kepada seluruh anak negeri bahwa negeri ini kaya budaya. Budaya – budaya yang dulu malu diakui dan dibiarkan teronggok di sudut negeri, tiba-tiba menjadi begitu tampak berkilau dan berarti ketika ada bangsa lain yang coba-coba mencurinya dan mengakui bahwa itu miliknya.

Saya bersyukur, pada akhirnya pemuda-pemudi Indonesia pun sempat “mendidih” ketika negeri tetanga itu hendak mengklaim bahwa batik, tari pendet, bahkan musik-musik tradisional negeri ini menjadi milik mereka.

Dan hari ini ketika saya melihat banyak orang berlengggak – lenggok dengan busana batik, ada semangat persatuan yang muncul di dada saya, dan rekan-rekan saya yang mengakui perasaannya…hm…Darah saya seperti berseru-seru,”Yes, We are Indonesian..And Love Indoneisa Full !”

Mudah-mudahan, bukan hanya batik yang akhirnya kita cintai. Tapi juga tari-tarian tradisional, seperti : tari Serimpi, Tari Bondan, Tari Piring, Tari Tor-tor dsb…juga Musik-musik gamelan, angklung, kulintang, dsb..juga budaya-budaya negeri sendiri yang tak tersebutkan di dalam tulisan ini.

Yuk, kita lakukan apa yang bisa kita lakukan! Tidak perlu menunggu hingga ada yang mau ngaku-ngaku!! Mari kita mulai menginventarisir budaya kita dan mengamankannya. Dengan menginventarisir, kita akan sempat mempelajari dan mengamankannya dari tangan-tangan usil. Jadi tak perlu kita terkesiap dan merasa kecolongan lagi!

Bagaimana rekans? Apakah ada rasa bangga hari ini? Mari kita lanjutkan di aspek budaya Indonesia yang lainnya!!

Selamat Hari Batik!! Mari kita cintai negeri ini lebih dalam dari pada hari – hari yang telah lalu.

Jakarta, 2 Oktober 2009

Kamis, 17 September 2009

Resep Untuk Memiliki Anak

“Eh, Ris ngomong-ngomong, kamu tuh termasuk ngebut ya dalam bikin anak? Dalam setahun bisa melahirkan dua orang anak!” cetus teman saya di suatu siang

“Ngebut?? Kamu pikir ini disengaja gitu? Waktu aku tahu hamil anak yang kedua dengan jeda waktu hanya dua bulan setelah melahirkan anak pertama, rasanya seperti mau pingsan. Sudah kebayang repotnya, sudah kebayang pusingnya, belum lagi secara fisik tentunya belum terlalu siap karena saya melahirkan secara caesar!” jawab saya.

“Resepnya apa sih Ris, bisa beruntun gitu hamilnya? Aku kok ga hamil-hamil lagi ya? Padahal jarak anakku sudah jauh lho!” sahut teman saya

Di lain waktu, ada lagi teman yang curhat tentang kerinduannya memiliki momongan. Lagi – lagi saya ditanya,”Resepnya apa kok bisa ‘mbrudul’ gitu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu sejujurnya justru mengingatkan saya atas kesalahan ketika tanpa disadari sempat menolak janin (anak kedua) karena jarak yang begitu pendek dengan kelahiran si sulung.

Penolakan yang hanya berhenti di perasaan, karena toh saya tetap saja memutuskan untuk meneruskan kehamilan saya yang kedua meskipun bingung, takut, dan kuatir dengan perjalanan hidup yang akan saya lalui. Sedikit catatan, waktu itu kami sedang menghadapi “badai-badai” kecil di dalam rumah tangga. Hanya karena rasa takut kepada Tuhan saja, yang membuat saya tetap mempertahankan dan menjaga kehamilan kedua dengan segenap hati dan tenaga. Dan hanya oleh kasih karunia-Nya saja, kami tetap waras dalam menghadapi setiap guncangan hidup.

Belum lagi ketika si bungsu lahir, saya bergumul dengan rasa bersalah kepada si sulung karena perhatian saya terpecah di saat dia masih butuh bimbingan dan perhatian yang utuh dari saya. Ada berbagai pergolakan batin yang membuat saya (tanpa sadar) kurang menyayangi anak kedua ini.

Seiring meredanya “badai-badai” kecil yang kami hadapi, perasaan cinta saya kepada Joshua (anak kedua saya) bertumbuh, tambah sayang, tambah cinta, tambah sering kangen.. persis seperti apa yang saya rasakan kepada Farrel (anak sulung saya).

Dan pertanyaan teman-teman tentang tips memiliki anak yang ‘mbrudul” (berturut-turut dalam waktu singkat) itu mengingatkan saya untuk mensyukuri kehamilan, sekalipun kehamilan kedua saya sudah berlalu satu tahun lima bulan yang lalu. Rasa syukur yang mungkin terlambat..but..its better late than never.

Memang seharusnya saya bersyukur dengan kehamilan beruntun dalam waktu dekat itu. Mengingat saya memiliki riwayat kesehatan yang cukup buruk dimasa lalu. Dan kesempatan untuk mengandung, melahirkan, dan membesarkan mereka adalah mujizat yang begitu indah dalam hidup saya.

Cerita ini yang saya bagikan kepada teman-teman curhat-er , untuk membesarkan hati mereka, membangkitkan harapan mereka supaya tetap bersemangat dalam doa dan ikhtiar yang tiada henti.

***

Ketika saya SMA (saya lupa kelas berapa tepatnya) perut kanan sakit, nyeri jika berjalan dan bergerak. Semakin lama semakin kelihatan menonjol lebih besar daripada telur ayam. Bahkan ketika saya merabanya terasa ada bulatan yang keras dan terasa semakin membesar.

Sudah beberapa kali ke dokter umum, dan diagnosanya appendicitis (sakit usus buntu). Tapi kok perasaan saya bicara lain ya? Ketika membuka gambar anatomi, saya mengambil kesimpulan sendiri bahwa yang sakit adalah bagian indung telur. Saya dan Ibu waktu itu memutuskan untuk segera mengunjungi Dokter Specialis Penyakit Dalam. Rasanya lajang manapun akan menghindari untuk ke dokter kandungan, bukan? Ada rasa terbeban yg sulit dijelaskan jika ke dokter kandungan saat masih gadis.

Dan benar saja, ketika di USG oleh Dokter SPd, kedapatan ada infeksi di indung telur saya sebelah kanan. Beliau mengatakan diobati dulu 1 minggu, jika tidak mereda mesti ke Ginekolog. Hayaaa….Dokter Kandungan? Oh My God! Selama satu minggu itu tak henti henti saya memanjatkan doa supaya obat dari Dokter SPd itu cukup menjadi sarana kesembuhan untuk saya. Dan? Terkabul!! Ketika USG kembali, sudah pulih, dengan catatan, tidak boleh terjadi infeksi lagi atau akan mengalami penyumbatan yang menyebabkan kemandulan.

Nah, apa yang seharusnya tidak boleh terjadi, terjadi lagi ketika saya sudah bekerja (masih lajang juga). Dan kali ini saya harus berurusan dengan Ginekolog. Mendengar penuturan beliau tentang kemungkian buruk bahwa kemungkinan saya punya anak tinggal 50%, karena infeksi ovarium memungkinkan timbulnya penyumbatan saluran pembuahan, membuat saya down berhari-hari. Hingga akhirnya saya bisa berserah dan menerima kenyataan kalau seandainya vonis dokter benar terjadi.

Belum ada titik terang tentang penyakit ini, menyusul penyakit lain yang sama-sama mengurangi kesuburan. Tiba-tiba leher saya bengkak (bukan benjol,ya), saya sering berdebar-debar, batuk di malam hari, hingga sesak napas. Hasil tes darah menyatakan bahwa saya menderita Hyperthyroid..Duh, serasa makin hancur masa depan saya.

Puji Tuhan, oleh karena perkenan-Nya, hypertiroid saya sembuh. Tapi tentang kemungkinan punya anak tetap menjadi tanda tanya besar dalam hidup saya waktu itu.

Hal ini, membuat saya menetapkan standart jodoh. Kalau memang jodoh, maka salah satu cirinya adalah bisa menerima kemungkinan terburuk yang akan saya sampaikan.

Bertemu dengan pria yang sekarang menjadi suami dan bapak dari anak-anak saya. Pernyataan yang menjawab pinangannya adalah,”Aku kemungkinan besar akan sulit punya anak,lho! Bisa gak kamu terima aku yang kemungkinan bakal mandul?”

Dia tercenung sesaat, dan saya bersiap jika akhirnya dia memutuskan untuk mundur. Lalu dia pun menjawab dengan jawaban yang sama sekali tidak saya sangka,”Gak apa-apa, saya toh sudah mantap sama kamu Ris! Tapi, gak salah kan kalau seandainya sedari sekarang kita bersepakat untuk meminta kepada Tuhan agar DIA memberkati rumah tangga kita kelak dengan anak-anak? Kamu gak keberatan kan menjadikan ini sebagai pokok doa kita sebelum menikah?”

Mat 18:19 Dan ketahuilah juga: Kalau di antara kalian di dunia ini dua orang sepakat mengenai apa saja dan mendoakannya, doa itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di surga.

Ayat ini yang menjadikan Rhema bagi kami untuk terus berdoa (sementara tanpa usaha, karena kami belum menikah) untuk anak.

Melihat kesungguhan calon saya waktu itu, mau tidak mau semangat dan iman saya pun ikut tersulut. Berdoa dengan yakin dan sungguh-sungguh. Bahkan ketika hendak ‘bermalam pertama’ pria tercinta saya ini masih sempat untuk berdoa meminta berkat bagi kandungan saya. Terharu, mengaminkan, dan mengimani doa yang dia imami waktu itu.

Dan jika sebulan setelah menikah saya mendapati test pack dengan dua garis, perasaan saya membuncah meskipun sesaat ketika melihat tetap saja membuat terkejut, melongo sesaat karena tidak percaya bahwa ternyata Tuhan mengabulkan doa kami. Vonis Dokter tinggal vonis, kehendak-NYA sajalah yang terjadi atas kami. Kebahagiaan kami tak terkira waktu itu, iman telah membawa kami kepada kasih karunia yang memenangkan perkara kami di hadapan Tuhan.

Teman-teman pembaca yang terkasih, jadi jika anda bertanya apa resepnya sehingga saya bisa punya anak… jawabannya,”tidak ada” selain daripada serentetan kisah kesaksian saya tersebut di atas.

Jangan putus harap jika kalian masih dalam penantian. Karena harapan itu kekuatan kita untuk terus berlayar dalam menjalani kehidupan ini. Percayalah…Tuhan selalu punya jalan keluar, bagi mereka yang mempercayakan hidupnya kepada DIA!

Jumat, 04 September 2009

Pencarian Pintu Surga

“Surga itu apa to, Bu? Dimana letaknya?” seru saya menginterupsi pembicaraan ibu dan teman-temannya di ruang keluarga waktu itu.

Ibu menjawab,”Surga itu tempatnya orang-orang yang berbuat baik seumur hidup mereka di sana tidak terlalu panas tidak terlalu dingin. Tempat yang sangat indah dan semua manusia sangat ingin tinggal di saha. Letaknya ? (seperti kurang yakin) mungkin ada di atas langit, tempat Tuhan bersemayam.”

“Tuhan? Siapa DIA? Mengapa DIA tinggal di dalam Surga?”sambung saya

“Tuhan itu yang mempunyai Surga. DIA menciptakan dunia dan isinya termasuk Ibu, Bapak, Nenek, dan juga Kamu. DIA sangat berkuasa, karena DIA Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Menciptakan, dan Maha Segalanya.”jelas ibu

“Apakah semua orang bisa masuk ke Surga dan bertemu Tuhan, Bu? Bagaimana caranya? Saya sangat ingin ketemu DIA ….ingin minta dibikinin Rumah Gedong yang Gede, minta dibikinin Ajimat yang membuat saya sakti.”

“Oh tentu tidak semua orang bisa masuk ke Surga dan Menemui Tuhan, Nak! Hanya orang-orang yang hidupnya suci dan berbuat baik saja yang bisa. Orang-orang yang hidupnya jahat atau nakal pasti masuk ke neraka. Kita yang masih hidup ini hanya bisa memanjatkan doa-doa kita kepada-NYA!”

“Jadi, Bu kalau aku nakal, aku masuk neraka? Dan tidak bisa ketemu sama Tuhan?”

“Ya, anak-anak nakal dan orang-orang jahat tidak bisa masuk ke Surga. Karena Tuhan hanya menyukai anak-anak yang manis dan orang-orang yang baik, itulah sebabnya disediakan Surga bagi mereka. Kamu tahu, setiap perbuatan itu ada timbangannya, itu yang akan diperhitungkan”

“Ada tidak cara menghapuskan catatan kesalahan-kesalahan kita hingga bersih, Bu?” tanya saya

“Tentu tidak ada cara.. bahkan orang yang baik pun akan tetap menjalani masa2 hukumannya jika sempat berbuat yg tidak baik. Makanya kamu jangan jadi anak yang nakal!! Semua catatan itu tidak bisa dihapus oleh apapun juga”

Itu adalah sedikit dari sekian banyak tanya jawab saya dengan Ibu yang waktu itu memeluk KEPERCAYAAN KEJAWEN tentang Tuhan, Dosa, Ketidakpastian DOA dan Pengampunan, juga tentang Surga.

Percakapan itu membuat saya masygul. Bahkan perasaan saya kepada Tuhan jadi abu-abu, di satu sisi sangat mengagumi kemahaan-NYA, di sisi lain saya merasa seram jika ingin mendekatiNYA. Mengapa? Dalam bayangan saya.. Tuhan itu seperti Kaisar China yang berkuasa tapi bengis. Imajinasi kanak-kanak saya melukiskan Tuhan itu sosok yang tinggi gendut, hanya duduk - duduk di kursi mengamat-ngamati perbuatan-perbuatan manusia lantas mencatatnya di buku tebal-NYA. Saya benci bayangan ini, trus berpikir betapa kejamnya Tuhan dan bertanya buat apa manusia diciptakan kalau hanya untuk masuk neraka dan mengalami siksaan-Nya?

Pikiran itu muncul karena saya merasa bahwa betapa sulitnya untuk menjadi anak yang baik dan manis. Semakin saya ingin berbuat baik, semakin besar kekuatan untuk berbuat sebaliknya.

Semakin saya ingin menjadi anak yang hormat kepada orang tua, malah semakin terdorong untuk memberontak. Semakin saya ingin dan berusaha untuk lepas dari kebiasaan saya ‘misuh’ (mengumpat) semakin kuat dorongan untuk melakukannya. Semakin saya mencoba untuk tidak melawan orang tua sehebat itulah dorongan kekuatan (yang entah darimana datang) untuk malah melakukan tindakan perlawanan.

Keadaan ini membuat Frustasi, saya marah mengapa harus lahir ke dunia, jika tidak pernah bisa berbuat baik. Rasa frustasi, kemarahan ini bukan karena begitu agamawi, saya frustasi tidak bisa menjadi anak yang baik semata-mata takut adanya neraka

* * *
Masuk Sekolah Dasar, seperti kakak-kakak saya yang lainnya, Ibu memilihkan Agama Kristen menjadi agama saya. Alasannya? Biar ada yang ngajari kalau ada kesulitan di pelajaran agama.

Karenanya saya mulai mengikuti Sekolah Minggu. Lagi-lagi kebingungan menghinggapi saya…mengapa? Di Sekolah Minggu selalu diajarkan betapa baiknya Tuhan, betapa Tuhan itu mengasihi saya..dan seterusnya.

Saya jadi bertanya dalam hati, kalau Tuhan itu baik dan mengasihi saya? Mengapa DIA senang sekali mencatat kesalahan-kesalahan manusia? Kalau Tuhan itu pengasih, mengapa disediakan neraka bagi manusia-manusia yang tidak pernah meminta-NYA untuk diciptakan?

Sejak saya kelas 1 SD hingga kelas 6 SD terus menerus bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan baku seperti ini :

1. Adakah sesuatu di dunia ini yang bisa memberikan kepastian hidup sesudah mati?
2. Apakah Doa kita benar-benar didengarkan Tuhan?
3. Apakah Surga itu kemustahilan ataukah sesuatu yang bisa dimiliki manusia?
4. Apakah Pengampunan Dosa itu meliputi dihapuskannya catatan-catatan tentang perbuatan dosa kita?

Dan selama itu pula hati dan kepala saya tidak bisa mengerti kebenaran Firman Tuhan.
Hingga di suatu saat, saya menggugat Tuhan dengan doa yang sedikit kurang ajar, seperti ini,
”Tuhan, kalau Engkau tidak mau membuat aku mengerti dan memberi kepastian tentang pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganggu dan menyiksaku.. maka aku gak mau percaya kalau Tuhan itu Ada, aku gak mau jadi orang Kristen, karena jadi Kristen itu gak enak karena tiap hari diledeki teman-temanku!! Jadi Tuhan, kalau sampe kelas 1 SMP aku gak menemukan jawaban itu..lebih baik aku jadi Atheis!!!!”

Atas kebaikan-NYA doa terjelek yang pernah saya panjatkan itu didengarkan-Nya. Akhir kelas VI saya mulai bisa mengerti Firman yang disampaikan di Sekolah Minggu.

Saya tahu Tuhan memberikan hikmat untuk memahami Firman-NYA bukan karena takut dengan ancaman saya…tapi karena memang DIA senang memberikan hikmat kepada siapapun yang memintanya. Seperti tertulis :

Yakobus 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.

Sejak saat itu saya merasa lebih mudah mengerti pemberitaan Firman Tuhan tiap minggunya. Tapi..perasaan dosa masih mengikat dengan kuat, saya belum memperloleh kepastian tentang penghapusan dosa, belum memperoleh kepastian tentang adanya petunjuk jalan ke Surga.

Saya merasa ini adalah perjalanan Panjang dalam mencari “Pintu Surga”

* * *
Memasuki SMP, saya bertekat untuk sungguh-sungguh berdoa agar saya bisa menemukan kepastian tentang penghapusan dosa, petunjuk jalan ke Surga, dan kepastian didengarkannya doa-doa kita.

Tak disangka di minggu pertama saya kelas 1 SMP guru Sekolah Minggu membahas tentang kebiasaan anak-anak (saya) yang sering memberontak kepada orangtuanya. Minggu kedua membahas tentang betapa berdosanya jika kita (saya) menggunakan mulut untuk mengumpat, minggu ketiga tentang kebiasaan-kebiasaan buruk saya yang lain.

Mengikuti kelas selama 3 minggu itu rasanya seperti dilucuti, ditelanjangi, dan dipermalukan. Di sabtu malam minggu ke tiga (keesokannya akan sekolah minggu di minggu ke-4) saya berdoa, “Tuhan, selama 3 minggu ini aku merasa ditelanjangi, hati ku hancur karena dosa-dosa yang sudah disebutkan oleh guruku! Tuhan kan tahu betapa tersiksanya hati ku atas dosa-dosa itu? Tuhan kan tahu..gak usah diajarin di Gereja saya juga tahu…saya tahu semua kesalahan itu akan berujung pada hukuman!! Apakah tidak ada solusinya???” doa saya sambil terisak

Sebenarnya pagi itu saya tidak berhasrat untuk ke sekolah minggu, malas rasanya jika harus ditelanjangi lagi. Beruntunglah rasa penasaran dan dorongan lembut dari dalam hati membawa saya terus melangkah ke gereja. Karena merasa sudah ditelanjangi, saya memilih untuk duduk di pojok belakang kelas dengan hati yang sangat sedih, terpukul, dan tersudut..

“Selamat Pagi Adik-Adik semua!! Apa kabar nich? Setelah tiga minggu berturut-turut kita membahas tentang dosa, adakah di antara kalian yang tersiksa hatinya? Yang sedih karena merasa tidak layak di hadapan Tuhan?”

Saya hanya menunduk, sambil menahan airmata saya sekuat tenaga.

“Jika ada yang merasa ditegur, dilucuti, bahkan ditelanjangi! Bersyukurlah…karena Tuhan berkenan menyadarkan kita dari dosa dan kesalahan kita! Itu pertanda hati kalian lembut untuk menerima kebenaran Firman Tuhan!”

“Hiks..?! Apa?? Saya salah dengar kali ya ?”seru saya dalam hati sambil terus memasang telinga untuk mendengarkan

“Ada kabar baik bagi kalian yang merasa berdosa, ada kabar baik bagi kalian yang merasa terancam Neraka, ada kabar baik bagi kalian yang merindukan keselamatan! “

Hati saya melonjak, “Hah, yang bener nich? Aku bisa diampuni? Aku bisa masuk Surga? Bisa Selamat dari api neraka? Dengan cara apa yaa??. Buruan dong dijelasin?!” saya sudah tak sabar menanti penjelasan berikutnya.”

“Adik-adik yang terkasih, Tuhan Mengasihi kita yang berdosa, bahkan kelahiran, kematian, dan kebangkitan-NYA adalah untuk orang yang berdosa. DIA mencari orang berdosa untuk diselamatkan..DIA tidak mencari orang yang sudah benar dan suci !”

1Ti 1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,"

“Karena kasihNYA, DIA mau mengampuni kita dan menjadikan kita suci dihadapanNYA. Pengampunan Total !”

Yes 1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

“Dan karena kita mau mengakui dosa-dosa kita! DIA adalah Allah yang setia dan Adil, DIA mengampuni kita bahkan tidak lagi mengingat-ingat kesalahan kita!”

Heb 8:12 Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka."

“Lagi..karena kasih-NYA pada kita, DIA menyediakan diri-NYA sendiri menjadi jalan bagi kita untuk mencapai Surga! Sehingga bagi orang yang percaya kepada-Nya, Surga adalah sebuah kepastian!”

Joh 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

“Sekarang!! Adakah yang mau menerima Pengampunan itu? Adakah yang mau menerima YESUS sebagai TUHAN dan Juru selamat? Mari kita berdoa!!”

Hari itu juga…rasanya semua ikatan yang menyiksa saya bertahun-tahun terlepas. Saya merasa lega, karena mengetahui kalau ternyata saya dikasihi-NYA. Dan bagi orang-orang yang dikasihi-NYA telah disediakan janji-janji pastiNYA

HIdup saya berubah..sekarang jauh lebih mudah untuk melakukan hal-hal baik yang menyenangkan Tuhan.. untuk Tuhan dan Tuhan saja.

Saya tahu, kalau saya selamat bukan karena ibadah saya, bukan karena perbuatan baik saya, melainkan karena kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dalam hidup saya.

Jalan ke Surga tidak bisa dibangun oleh kebaikan, amal, ibadah..Tidak.!!.Melainkan karena karunia-NYA saja..karunia yang diberikan hanya kepada orang-orang yang mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya.

Tit 3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

Saya bersyukur, karena ini semua! Dalam Yesus ada kepastian, Dalam Yesus ada keselamatan, Dalam Yesus adalah Surga yang kekal.

Hari itu pencarian saya terhadap Pintu Surga sudah berakhir, Saya bukan saja bertemu pintu Surga..saya bertemu Pemiliknya..yang dengan tangan terbuka mau menerima saya sebagai anak-NYA.

Hari ini dan seterusnya saya berjalan bersama-NYA hingga pada hari dimana saya bisa bersama-sama DIA di kerajaan Surga.

(Tulisan ini adalah kesaksian pribadi, untuk kalangan sendiri, dan tidak untuk diperdebatkan antar lintas agama!)

Jumat, 28 Agustus 2009

Ya Rabi, ajarku bersyukur

Hari - hari ini…beberapa tamparan lembut singgah
menyadarkanku yang tersilap
mengajariku untuk memberikan harga yang tepat
bagi permata-permata yang kunilai seperti batu apung
dan emas perak yang kuanggap sama dengan perunggu

terlahir dari mataku yang tak henti melihat keindahan dunia
yang dimiliki sesamaku, namun aku tidak
tersebab rasa iriku hingga kubilang : ku tak beruntung

sering ku bertanya padaMU
mengapa kau beri mereka segala kepemilikan itu
dan tak mengizinkan ku memilikinya hingga aku merasa miskin?

aku iri dengan apa yang mereka miliki
aku iri dengan segala kemilau yang menghiasi
aku marah….merutuk tak henti

Kau Diam ..dan menjawab dengan caraMU

mereka datang kepadaku dan berkata
betapa beruntungnya aku
memiliki permata-permata
memiliki emas perak yang murni
bahkan bertanya, bagaimana bisa ku mendapatkannya

Oh oh..oh..rupanya leherku terlalu tinggi mendongak
Sehingga tak melihat berkat-berkat yang kupunya
berkat-berkat yang hanya bisa kudapatkan karena Engkau berkenan memberikannya
berkat-berkat yang jauh lebih elok dari apa yg selama ini kuingin memilikinya

Oh, tidak…ternyata aku tidak miskin
aku hanya tak mampu melihat harta kekayaanku
semua tertutup debu iriku, diikotori rasa tidak bersyukurku
ku menginginkan apa yang tidak aku punya
dan tidak mensyukuri apa yang aku punya
--------------------------------------
Ya Rabi, ajariku bersyukur bahkan disaat kehidupan tak memberiku alasan untuk bersyukur…karena pada hakikatnya setiap orang diberikan kebahagiaannya sesuai dengan takaran yang telah KAU tetapkan..dan semua itu terbaik bagi yang menerimanya. Sungguh Rabi, tak ada yang lebih bijak dari Engkau, Tak ada yang lebih berkuasa membuatku mengerti selaindari pada Mu
-------------------------------------
1Tim 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Rabu, 12 Agustus 2009

Yang Dia Ingat dan Yang Ingin DilupakanNYA

Menjadi anggota jejaring pertemanan di Facebook membuat saya berhasil menemukan teman-teman lama saya yang terserak di seantero negeri bahkan dunia. Bukan hanya itu, saya juga bisa lebih mengenal teman-teman yang bertemu di dunia maya; baik sesama anggota milis tertentu ataupun rekan-rekan sesame blogger.

Salah satu hal yang menyenangkan adalah ketika teman-teman SMA mendahului permintaan pertemanan dengan konfirmasi sebagai berikut : “Ini Riris anak Biologi 1? Yang dulu pendiam, pemalu, suka bikin puisi, juara nyanyi dan baca puisi, pintar biologi (lah iyalah..orang jurusan biologi kalo ga pinter biologi berarati kesasar kan?)” Ada juga yang mengingat hal yang lebih detail dari itu, seperti : dulu sering jadi tempat curhat, suka manjat pohon jambu kerikil dst..

Hal tersebut menjadi istimewa karena saya sama sekali tidak menyangka, bahwa keberadaan saya ternyata sempat memberikan “warna” bagi teman-teman lama saya. Betapa senangnya ketika menyadari ada orang-orang yang ternyata mengingat kita dan ingatan itu tidak terhapus dalam jejak gilasan waktu yang cukup lama. Diingat oleh teman lama membuat saya merasa istimewa (bukankah hanya orang-orang istimewa yang bisa meninggalkan jejak bermakna?)

Namun kita yakin bahwa ada penggalan peristiwa yang menyebabkan kita ingin melupakan seseorang karena perbuatan keji yang pernah dia lakukan dimasa lampau. Seperti dikisahkan teman saya NANAini

Kedua hal tersebut tidak bisa dihindari dari hidup kita bukan? Ada yang membuat kita mengingat seseorang (karena sesuatu yang special) ada juga yang membuat kita ingin mati-matian melupakannya (karena suatu alasan yang sulit dipahami)

Tuhan pun demikian. DIA mengingat kita secara detail, tentang siapa kita, segala hal yang kita alami (baik itu yang menyenangkan ataupun tidak), apa yang pernah kita minta kepadaNYA, Janji mana yang belum DIA genapi, dan seterusnya.

Tuhan mengingat kita dan tidak akan melupakan kita, mengapa (karena kita anakNYA, dan DIA sangat mengasihi kita)

Yes 49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

Tuhan bukan saja mengingat saya sebagai Riris yang dulu kurus, pendiam, pemalu, bisa ini itu, juara ini itu..Tidak…DIA mengingat RIRIS yang ini lengkap. (Doa-doa saya yang belum tuntas, cita-cita saya yg masih kandas, harapan-harapan yang masih saya perjuangkan, dan sebagainya),..DIA bukan hanya mengingat Riris, DIA mengenal saya

Mzm 139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

DIA ingat beberapa DOA kita yang masih belum dijawab (atau dijawab dengan jawaban, “TUNGGU”). Dan DIA pasti akan memberikan apa yang kita minta jika Kriteria hidup kita sudah seperti yang diharapkan. (ada berkat-berkat yang tertahan karena ketidaktaatan kita, bukan?) DIA tidak pernah lalai menepati janjiNYA

2Petrus 3:9 a Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu,

DIA ingat berapa banyak luka hati yang harus DIA bebat, Berapa banyak trauma yang harus DIA hapuskan dari ingatan anak-anakNYA supaya mereka merdeka atas trauma itu. DIA ingat bahwa hidup kita tergantung pada belas kasihanNYA dan berkat-berkatNYA..DIA ingat semua

Masalahnya.. sudahkan kita menghampiriNYA untuk bercerita (baca : berdoa) dari hati ke hati kepadaNYA..bicara dengan jujur bahwa ada luka di hati kita yang mesti dibebat, ada Trauma yang begitu mengganggu, ada berkat-berkat yang sangat kita butuhkan untuk hidup berkecukupan? Sudahkah?

TUhan itu KASIH. Semangat di dalam hatiNYA adalah memberkati dan memberikan yang terbaik bagi kita. Tak pernah direncanakanNYA hal-hal yang buruk bagi kita, semata-mata DIA merencanakan yang terbaik bagi kita dan anak cucu kita.

Hanya saja, seringkali KASIH nya tak menjadi kasih tak sampai, CINTA-NYA menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan .. ketika kita memilih untuk hidup dengan cara kita dan bukan cara DIA, ketika kita memilih hidup dengan tidak taat dan hanya menuruti paradigma yang sudah terlanjur melekat bertahun-tahun, ketika kita memilih untuk lebih mempercayai manusia daripada TUHAN…Ketika KASIH_NYA menjadi kasih tak sampai, dan CINTA-NYA menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan, jangan heran dan bertanya mengapa hidupku begini dan begitu?

Selain begitu banyak yang DIA kenal dan ingat. Ada hal yang ingin DIA lupakan dari kita. Rasanya bukan hanya DIA yang ingin melupakannya…kitapun ingin. Bukan hanya melupakan, tapi ingin membuang jauh-jauh hingga tak terlihat lagi.

Apakah itu?

Dosa kita

DIA bukan saja ingin melupakan DIA mau. Mengapa? Supaya kita bisa terus layak hidup dekat denganNYA menikmati pertolongan-pertolonganNYA dan terbebas dari tuduhan atau dakwaan rasa bersalah (baik dakwaan si iblis ataupun pikiran kita). Dakwaan yang seringkali membuat kita tidak layak untuk bersujud di hadapanNYA.. Dakwaan yang membuat kita memilih untuk mundur menghindariNYA.. Dakwaan yang membuat hidup kita stuck.. Dakwaan yang membuat kita ingin melupakanNYA.

Bukankah ini menjadi berita baik bagi kita, bahwa Allah mau melupakan secara tuntas dosa-dosa kita?
Mzm 103:12 sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Ingat lagu :

Sejauh timur dari barat Engkau membuang dosaku
Takkan KAU ingat lagi pelanggaranku
Jauh ke dalam tubir laut Kau melemparkan dosaku
Takkan KAU perhitungkan kesalahanku

Tak ada dosa yang terlalu besar hingga Tuhan tak sanggup mengampuni dan melupakan teman, caranya mudah…yaitu ‘mengakuinya dengan jujur dan terbuka’ di hadapanNYA

1Yoh 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Tuhan baik…dan caranya begitu simpel dalam menyelesaikan dosa kita. Hanya saja manusia seringkali memilih berkutat dengan pikiran rumitnya dalam menerima janji “kepastian pengampunan”NYA.

Datanglah, hampirilah DIA..karena DIA merindukan kita, mengingat kita dalam setiap pergerakan waktuNYA merasakan segala penderitaan kita dan ingin membebaskan kita dari segala hal yang menekan jiwa kita.

Datang dan akuilah segala dosa yang membuat kita tersiksa karena ikatannya, terimalah pembebasan berupa pengampunan TOTAL dari ALLAH. ***

Senin, 10 Agustus 2009

Surat Untuk Anak-Anakku

Nak,
Mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik kalian adalah kesempatan dan anugerah yang sangat indah. Doa menjadi kegemaran kami untuk segala kebaikan kalian. Mengusahakan yang terbaik untuk kalian sekuat tenaga kami menjadi suatu semangat yang selalu baru tiap hari .

Maafkan kami, jika sebaik-baiknya usaha kami tentunya tidak bisa sepenuhnya memenuhi semua keinginan kalian..yang kami hanya bisa berjanji untuk mengutamakan kebutuhan kalian.

Bukan balasan materi yang kami harapkan untuk cinta yang kami taburkan di sepanjang usia kalian..bukan..kami berharap kalianpun mencintai kami , mencintai diri sendiri, juga mencintai sesama kalian

Kami tidak pernah meminta kalian untuk selalu menjadi juara kelas..tidak nak, tapi jadilah juara atas setiap persoalan hidup yang kalian hadapi. Jadilah juara atas kemarahan kalian, jadilah juara atas nafsu angkara murka, jadilah juara atas pikiran kalian sendiri.

Kebanggaan kami tidak akan luntur ketika kalian mengalami kegagalan, karena kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kami justru akan sangat bangga jika kalian tetap berjuang dan berjuang dan berjuang hingga cita-cita kalian berhasil meskipun harus melewati beberapa halangan, rintangan, bahkan kegagalan. Yang penting bagi kami adalah bagaimana kalian berusaha dengan penuh tanggungjawab…Jadilah pribadi yang ulet

Jadilah orang yang jujur dan bisa dipercaya didalam menjalani proses demi proses kehidupan yang akan kamu jalani. Hindarilah segala bentuk kecurangan, itu hanya akan membuat kesengsaraan batin dan hanya menerbitkan kebahagiaan dan kebanggaan semu.
Jadi … jangan hanya berpikir tentang hasil akhir..pikirkan lah tentang strategi jitu dan sportif dalam setiap proses aspek hidupmu.

Nak,
Kami tidak menuntut kalian menjadi seperti yang kami inginkan, kami mau menjadi sahabat dan partner bagi kalian di dalam mencari tujuan hidup dan cita-cita kalian. Jangan memilih jalan hidup dari kata orang..jangan pula memilihnya kerena dipilih oleh kebanyakan.

Ketahuliah Nak, bahwa masing-masing orang diciptakan untuk suatu alasan. Oleh sebab itu hiduplah dekat dengan sang Pencipta supaya kau tau alasanNYA menciptakanmu. Supaya kamu tahu apa pangggilan hidupmu…dan hiduplah di dalam panggilan hidup yang sudah digariskanNYA, niscaya kalian akan menuai keberhasilan hidup.

Nak,
Bersyukurlah jika Tuhan membekalimu dengan otak yang cerdas, pikiran yang tajam dan kritis, serta kecerdikan yang melebihi teman-temanmu. Tapi ingatlah satu hal..bahwa tidak semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan dengan akal manusia belaka..Ada hal-hal lain yang hanya bisa diselesaikan dalam sujud doa yang tiada putus-putus.

Jika engkau ingin beruntung…hiduplah dekat dengan Sumber Keberuntungan. DIA hanya akan memberikan keberuntungan dengan orang-orang yang dekat denganNYA.

Sedari kalian muda hiduplah dekat denganNYA, kenali apa mauNYA dan hiduplah senantiasa dalam perjanjianNYA. Hanya itu yang membuat segala usahamu berhasil.

Aku dan papamu tidak bisa mendampingi kalian 24 jam sehari 60 detik dalam semenit, Tapi TUHAN ada di sisi kiri kananmu, depan belakangmu, bahkan atas bawahmu di sepanjang waktumu…jadi jangan dukakan hatiNYA dengan hal-hal yang tak disukaiNYA

Muliakanlah DIA senantiasa dengan mulutmu, dengan perbuatanmu, dengan segala hal yang ada padamu. Jangan menjadi orang yang tidak mempercayai keberadaanNYA….karena ini akan sangat mendukakan hati kami yang membesarkan kalian dengan doa-doa dan percaya kami kepadaNYA.

Nah…Nak…sekian dulu surat kami….lain kali jika ada uneg-uneg yang lain, kami pasti akan menyurati kalian kembali.


teriring doa dan cinta kami…

Mama dan Papa

Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. (Mzm 127 :3)

Kamis, 30 Juli 2009

Wanita - Wanita Perkasa

Namanya Elsye (nama disamarkan) teman baru saya teman lama suami saya. Tubuhnya mungil, cantik, ramah, dan ceria. Memiliki seorang anak bernama Angel (juga disamarkan) usianya berkisar antar 5-6 tahun. Seperti mamanya Angel juga anak yang cantik dan bersahabat. Ketika pertama kali berkenalan suami saya sempat berbisik,”Jangan tanya Angel mana papanya, juga jangan tanya Elsye mana suaminya ya?” (suatu pertanyaan standar dari saya jika masuk dalam suatu kelompok baru) saya hanya mengiyakan.

Betapa terkejutnya saya ketika mendengarkan penjelasan suami mengapa dia melarang saya menanyakan hal tersebut kepada mereka. Ternyata Angel adalah anak di luar nikah. Dan Elsye otomatis menjadi orang tua tunggal, single fighter bagi anak semata wayangnya.

Teman saya yang lainnya sebut saja Elma (nama samaran) juga terpaksa menjadi single fighter dan single parent karena ketidaksediaan sang bapak biologis untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.

Terlepas dari keputusan yang salah yang telah mereka perbuat sehingga terjadi kehamilan di luar nikah, saya sangat menghormati keputusan mereka untuk tidak melakukan aborsi guna menutup aib. Saya juga menghormati kesungguhan mereka merawat dan membesarkan bayi tersebut dengan penuh kasih sayang.

Bisa saya bayangkan, betapa mereka harus berjuang menahan malu atas buah perbuatan salah mereka. Bisa saya bayangkan hari-hari yang dilalui dengan kepala yang tertunduk ketika mengandung tanpa suami. Dan betapa menyedihkan ketika melahirkan tanpa didampingi oleh suami. Bahkan mengurus akta kelahiran tanpa mencantumkan nama ayah si jabang bayi.

Juga bisa saya bayangkan betapa pilu hatinya ketika anaknya bertanya,”Kok aku gak punya ayah, Bu? Mengapa ayahku gak pernah bersamaku?” Wah..entah apa yang akan saya lakukan jika saya di posisi mereka.

Beruntung kedua teman saya ini memiliki keluarga yang berjiwa besar dan perkasa. Mereka memiliki keluarga yang mau menerima dengan lapang dada atas kejadian yang menimpa puteri mereka. Saya yakin keluarga mereka pun harus menanggung malu sesaat atas kejadian itu. Tapi toh mereka tetap ada bagi mereka, menerima mereka tanpa hujatan dan penghakiman yang malah menambah beban mental.

Beruntung teman-teman saya ini hidup di komunitas yang sehat dan waras. Yang menanggalkan keinginan untuk menghakimi perbuataan yang sudah terlanjur itu dan memilih untuk mendampingi hari-hari berat yang harus dilewati Elsye dan Elma. Mendukung, menopang, bahkan mendorong Elsye dan Elma untuk menjalani hidup dengan wajar dan menghadapinya dengan kepala yang tegak.

Beruntung teman-teman saya ini hidup di bawah pengasuhan hamba-hamba Tuhan yang tidak menghakimi, mengasingkan, dan mendeskriminasikan mereka. Tapi dengan sadar mengatakan, yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan dan harus menghadapi hidup dengan tegar dan berani apa pun resikonya. Suatu petuah yang tidak hanya berhenti di petuah saja, melainkan difasilitasi atau didukung dengan dukungan moral, sikap yang terbuka dan tetap bersahabat…

Bagaimana dengan kisah serupa di luar jangkauan pengetahuan saya? Mungkin terjadi hal-hal yang sebaliknya mereka rasakan. Tak ada dukungan dari keluarga, ada penghakiman dari teman-temannya, bahkan ada sikap deskriminatif dari hamba-hamba Tuhan di sekeliling mereka..

Saya bukanlah termasuk pendukung Free Sex , Free Life ataupun Sex Pra Nikah..bukan.. Tapi saya akan belajar menjadi teman yang bijaksana jika kelak saya menjumpai kejadian serupa di sekeliling saya.

Dari pada menjadi hakim untuk kesalahan, lebih baik menjadi sahabat supaya mereka tetap Pro Life dan anti abortion. Supaya mereka yang terjatuh karena dosa yang mereka lakukan bisa kembali berdiri tegak dan menjalani hidup dengan bahagia. Toh saya juga bukan orang yang sangat suci dan sempurna. Toh saya juga orang yang masih bisa berbuat kesalahan…

Adalah baik menanamkan pelajaran yang membuat para remaja dan para lajang untuk menjauhi bahkan tidak melakukan sex pra nikah. Tapi…juga sama baiknya kita tetap menjadi teman yang baik bagi mereka yang sudah terlanjur melakukan kesalahan dan berbuahkan kehamilan. Tidak menambahi beban mental dengan tatapan sinis dan pertanyaan-pertanyaan yang menyindir. Tidak berbuat seolah menjadi orang yang paling benar di dunia ini.

Mereka punya hak untuk menjalani kehamilan mereka tanpa stress dan berhak untuk melahirkan anak-anak yang bermutu pula. Yuk, kita bantu mereka-mereka yang terlanjur jatuh. Supaya mereka tetap bisa menjalani hidup dengan kepala yang tegak dan berkontribusi positif bagi negeri ini. Supaya angka aborsi terus menurun..diimbangi dengan kesadaran bahwa sex pra nikah itu membawa resiko yang ditanggung seumur hidup.

Melalui kesempatan ini perkenankanlah saya memberikan predikat “wanita-wanita perkasa” bagi mereka yang berani mengambil resiko meneruskan kehamilan tanpa pernikahan. Bagi wanita-wanita yang dengan berani menakui kesalahan mereka namun tetap bertanggungjawab dengan apa yang telah mereka perbuat. Wanita-wanita yang siap menanggung malu dan terus menerus menjadi perisai tunggal bagi anak-anak yang mereka lahirkan. Kiranya Tuhan memampukan mereka untuk terus menjaga kekudusan mereka dan dijauhkan dari segala bentuk pelecehan.

Juga bagi orang-orang yang luar biasa disekeliling mereka yang membuat teman-teman saya menjadi Wanita Perkasa.. Untuk Orangtua mereka yang menerima mereka apa adanya..menjadi pendamping setia saat mereka mengalami kejatuhan, ikut menangis saat mereka menangis menahan malu dan penyesalan.. Owh..tak berkurang hormat saya bagi kalian Pak, Bu. Ini murni kesalahan pengambilan keputusan tidak ada sangkut pautnya dengan kegagalan mendidik teman-temanku itu. Percayalah ada rencana-rencana indah yang disembunyikan dalam bungkus yang kurang menarik ini…amin

Kamis, 25 Juni 2009

Cium Tangan Cium Kening

Semenjak saya menikah, saya membiasakan diri untuk mencium tangan suami ketika hendak bepergian juga ketika kami akan berpisah satu dengan lain saat harus menunaikan tugas. Sebagai balasannya suami memberikan kecupan lembut di kening. Ini kami wajibkan untuk tetap dilakukan bahkan ketika kami sedang marahan.Memang hal ini bukan hal yang diharuskan di dalam Alkitab, tapi kami berkomitmen untuk memelihara kebiasaan tersebut, karena mengandung falsafah yang penting bagi kami sebagai suami isteri.

1. Bagi Isteri
Ketika saya mencium punggung tangan suami, mengingatkan posisi seorang isteri. Bahwasanya seorang isteri wajib tunduk dan hormat kepada suami. Karena bagaimanapun keadaannya, suami tetaplah wakil Allah yang ditempatkan di sisi kita untuk melindungi, mengasihi, dan mengayomi kita.

Efesus 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,

Bukan sekedar tunduk dan hormat, tapi juga menjaga kehormatan suami dengan tidak membeberkan aib atau kekurangan suami kepada khalayak ramai. Menjaga harga diri keluarga dengan cara memperhatikan tutur kata dan perilaku supaya menjadi orang yang bisa dipercaya di segala masa.

Amsal 31 : 11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.

Dengan mencium tangan suami, saya pribadi berharap terus menerus memperbaiki diri untuk menjadi wanita yang bijaksana. Ingat bahwa menjadi isteri berarti menjadi penolong bukan perongrong. Itu juga berarti harus rela dan bergembira ketika kami harus berbagi penghasilan (tidak membebankan semua urusan rumah tangga ke pundak suami) seperti ayat ini :

Ams 31:12, 17-18 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.

Setinggi apapun status pendidikan dan jabatan seorang wanita di kantornya, di mata Allah posisinya tetaplah sebagai penolong, yang WAJIB hormat dan tunduk kepada yang ditolong yaitu suaminya.

2. Bagi Suami
Ketika membalas cium tangan dengan kecupan lembut di kening, mengingatkan posisinya sebagai kepala dan imam dalam rumah tangga. Kecupan lembut itu mewakili kalimat : aku mencintaimu isteriku, dan aku akan terus menjaga janji nikah kita hingga akhir hayat (masih ingat dengan janji nikah?). Mengingatkan posisinya sebagai pelindung bukan “petinju” yang melukai hati keluarganya.

1Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Ternyata jika seorang suami tidak bisa menghormati bahkan menyakiti hati isterinya, doanya akan terhalang alias tidak didengarkanNYA. Saya yakin bahwasanya hal ini juga berlaku bagi para isteri yang menyakiti hati suaminya. Karena sepasang kekasih mengikrarkan diri untuk menjadi suami isteri, maka di mata Tuhan menjadi satu daging.

Maka dari itu, 1Co 7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

Mudah-mudahan dengan menghayati falsafah cium tangan antar suami isteri ini, kami tetap mengingat posisi dan tanggung jawab kami. Sehingga saya tidak menjadi wanita yang mengepalai suami (meskipun atasnama emansipasi bisa dibenarkan), pun suami tidak lalai dalam menjalankan fungsinya sebagai Imam dan Kepala keluarga, sehingga tidak akan terjadi penyalahgunakan wewenang yang diberikan Tuhan kepadanya. Dia senantiasa menyadari bahwa suami adalah pelindung bukan ‘petinju’, dan dia adalah Imam , wajib hukumnya bagi seorang suami untuk hidup dekat dan takut kepada Tuhan. Karena tugas seorang imam adalah menjadi perantara antara yang diimami dengan Tuhannya.

Saya berharap, berangkat dari hal kecil yang didasari kebenaran alkitab ini…keluarga kami mampu berdiri teguh dalam berbagai keadaan, cuaca, dan kondisi. Saya sungguh berharap, rumah kami menjadi surga tempat dimana kami bisa berbagi kasih. Menjadi tempat yang selalu kami rindukan untuk senantiasa berkumpul. Amin

........tak terasa sebentar lagi memasuki usia pernikahan yang ke tiga. Masih banyak yang harus saya pelajari untuk menjadi wanita yang berkenan kepada Tuhan, masih banyak ego yang harus dipangkas untuk menjadi isteri yang rendah hati........

Selasa, 16 Juni 2009

Presiden dan Lilin-Lilin Natal

Minggu lalu negeri ini diwarnai dengan kehebohan monolog seorang seniman senior yang berisi kritikan-kritikan pedas kepada Presiden SBY. Selang beberapa hari setelah kejadian, video tersebut bisa di download di salah satu situs penyedia. Saya yang tidak sempat menyaksikan secara langsung, mau tidak mau penasaran sepanas apakah kritikan yang disemburkan dalam monolog itu. Ternyata memang panas dan tajam. Rasanya sang kritikus memang sangat pintar melihat dan lihai berkomentar tentang kejadian riil yang terjadi di sekelilingnya…Namun kurang mendalam di perenungannya.

Sekarang ini, saya ingin bertanya kepada anda (juga anda Pak Butet)….jawablah dengan jujur di dalam hatimu.
1. Jika anda Presiden, bisakah anda mencegah segala macam bentuk kecelakaan baik di darat, laut, maupun udara?
2. Jika anda Presiden, apakah anda berkuasa untuk mencegah alam murka dan menolak segala bencananya?
3. Jika anda Presiden, apakah anda yakin TIDAK AKAN menambah jumlah hutang Negara?
4. Jika benar BLT itu dari dana hutang, saya juga ingin bertanya kepada anda (jika anda Presiden) apakah anda akan tetap TIDAK MENAMBAH hutang dan membiarkan rakyat menjerit karena kekurangannya?
5. Jika anda Presiden, bisakah anda mengentaskan semua kemiskinan di negeri ini?

Apa jawaban anda? Saya akan menjawab semua pertanyaan saya tersebut dengan jawaban TIDAK.

Rasanya tidak adil jika kita mempersalahkan seorang Presiden, untuk hal-hal yang terjadi di luar kekuasaannya. Dan rasanya jika kita berharap seorang Presiden (yang nota bene masih doyan nasi alias manusia biasa) bisa menuntaskan semua masalah di negeri ini.. maka kita tergolong orang-orang yang terkutuk

Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Yeremia 17 :5

Ingat teman, Presiden bukan Tuhan, kemampuannya terbatas dan saya yakin, siapapun yang menduduki kursi kepresidenan mereka akan berjuang sepenuh hati, jiwa, dan raga untuk memberikan yang terbaik bagi negeri ini.

Dan sesuai dengan Firman Tuhan, dunia ini tidak akan tambah baik tapi akan terus bertambah sulit, maka percayalah : Siapapun Presidennya…TIDAK AKAN membuat dunia ini jadi lebih mudah. Karena sudah ditentukan demikian adanya dari sononya. Lantas mengapa harus ada Presiden? Supaya negeri ini tetap ada yang mengendalikan alias tidak liar.

Daripada kita sibuk mengkritik Presiden dan para pemipin untuk melakukan perubahan, mengapa kita tidak mencoba untuk mendayagunakan diri kita untuk menjadi berkat bagi orang lain? Maukah kita mengadakan perubahan sekalipun keciil?

Kita ini diumpamakan sebagai terang dan garam bagi dunia. Apakah kita sudah menyalurkan api terang itu untuk menerangi dan menghangatkan dunia ini? Sudahkah kita menggarami dunia untuk memperlambat proses pembusukan total di sana?

Pernahkah kita mencoba dengan sengaja memperhatikan lingkungan kita, dan mencoba berbuat sesuatu yang bisa kita lakukan? Ketika marak terjadi malnutrisi hingga gizi buruk pada banyak balita di negeri ini, benarkah tidak ada orang sekitar yang mampu berbuat sesuatu untuk membantunya?

Mari kita lihat kulkas kita.. adakah kelebihan tahu atau tempe yang bisa kita bagikan bagi tetangga kita yang tidak bisa memberikan makanan bergizi bagi anaknya. Adakah kelebihan beras yang bisa kita bagikan kepada mereka yang jelas-jelas kelaparan? Dan kepada kita yang sudah kelimpahan harta financial..pernahkah terpikir untuk memberikan fasilitas modal (total diberikan atau sekedar pinjaman tanpa bunga) bagi mereka yg kesulitan supaya mengalami peningkatan kesejahteraan hidup?

Berbuat baik itu mudah…tapi menjadi sulit ketika kita dihadapkan dengan ego kita. Sebegitu mudahnya sampai-sampai pikiran rumit kita seringkali tak mampu memikirkannya.

Temans, jadilah seperti lilin-lilin natal. Bagi anda yang pernah mengikuti perayaan natal yang masih menggunakan lilin dalam acara malam kudus, pasti bisa meresapi maksud saya. Ketika nyanyian malam kudus dikumandangkan biasanya lampu di ruangan dimatikan. Saya ingin bertanya, apakah semua jemaat menggunakan korek api untuk menyalakannya? Tidak, yang terjadi di sana adalah kesediaan untuk berbagi api kepada pemegang lilin yg belum menyala…begitu seterusnya sehingga ruangan gelap itu penuh dengan kerlap-kerlip yang indah.

Mungkin kita sudah memiliki lilin yang menyala (baca : banyak kelebihan) cobalah menyalurkan api itu kepada lingkungan yang memerlukannya. Mereka yang memerlukan bantuan itu ibaratnya jemaat dengan lilin yang belum menyala; memiliki potensi tapi tidak memiliki fasilitas untuk mengembangkannya. Apa salahnya kita membantu mereka dengan apa yang kita punya?

Mungkin terbetik dalam pikiran anda? Saya ini apanya pak SBY?.. saya bukan apa-apa beliau. Bukan saudara, juga bukan tim sukses beliau. Tulisan ini juga bukan untuk membela ataupun mengasihani beliau..saya hanya ingin mengajak teman-teman memandang suatu masalah dari sudut yang lain. Dan mudah-mudahan…tulisan yang sedikit belepotan ini bisa menginspirasi teman-teman untuk berbuat lebih bagi negeri kita tercinta ini.

Terlepas dari segala kekurangan dan kesalahan yang sudah diperbuat Presiden kita…rasanya menjadi bagian kita untuk tetap menghormati beliau sebagai pemimpin negeri ini, seperti tertulis :

Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. (Roma 13 : 2)
Tulisan saya ini juga tidak untuk menggiring teman-teman pada pencontrengan capres cawapres tertentu. Silahkan saja mencontreng yang sesuai kesukaan dan hati nurani masing-masing. Karena siapapun yang akan menjabat sebagai PResiden dan Wakil Presiden nantinya ; kita harus tetap memiliki semangat untuk melakukan perubahan. Percayalah, bahwa masing-masing kita dikaruniai Tuhan untuk memberikan warna bagi dunia yang sudah rusak ini. Mari kita warnai dengan perubahan-perubahan kecil yang bisa kita lakukan. Hal-hal kecil yang terkumpul akan menyajikan mozaik hidup yang indah bukan?




Senin, 08 Juni 2009

Mari kita MenyambutNYA dengan Sukacita

Menjadi Ibu dari dua orang batita, memberikan kesempatan bagi saya untuk menikmati apa yang dinamakan cinta tulus, penerimaan tanpa syarat, dan belajar untuk sabar.

Menjadi seorang ibu juga berarti belajar mengenal sedikiiiiiit dari cinta Tuhan kepada kita yang majemuk.

Menjadi seorang ibu juga memberikan saya kesempatan untuk mencintai Tuhan lebih dalam lagi dari hari-hari yang telah lalu.

Yang membuat saya senang di saat pulang kerja adalah ketika kedua anak saya menyambut dengan muka yang gembira. Si kecil meloncat-loncat minta di gendong, sementara si sulung menarik-narik tangan saya ingin menunjukkan atau menceritakan sesuatu. Sambutan antusias itu yang membuat saya merasa semangat, padahal ketika masih di angkutan umum rasanya letih tak terkira..dan memimpikan kasur dan bantal. Tapi keadaan itu berbalik total ketika melihat tingkah polah anak-anak yang polos itu.

Tak jarang si kecil langsung berlari membuntuti kemanapun saya pergi, si sulung pun sering menggedor pintu kamar mandi kalau saya kelamaan (menurutnya) melakukan ritual mandi.

Cinta tulus dan sambutan antusias mereka membuat saya bergairah menemui mereka. Bukan itu saja, keriangan mereka menyambut saya (yang seringkali tidak membawa buah tangan bagi mereka) mengingatkan tentang sikap hati saya kepada Tuhan. Mengajari saya tentang sikap yang seharusnya kita bawa ketika kita menjumpaiNYA baik dalam doa-doa pribadi ataupun dalam ibadah raya.

Apakah kita bersukacita ketika akan menjumpaiNYA? Ataukah kita datang kepadanya dengan perasaan yang tawar hanya untuk menjalankan ritual keagamaan saja?

Banyak orang datang kepada Tuhan dengan suatu tujuan : entah itu berkat, pertolongan, kesembuhan, kebahagiaan, dan sebagainya. Ini tidak salah, karena Tuhan adalah pemilik dari segala yang baik. DIA adalah sumber berkat, pertolongan, kesembuhan, bahkan harapan.

Tapi, pernahkah kita berpikir, jika kita datang hanya karena tujuan tertentu itu membuat hubungan kita denganNYA akan rentan dengan kekecewaan dan berujung kepada penolakan serta berakhir dengan pemberontakan? Mengapa? Karena seringkali Waktu Tuhan itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Sehingga, banyak orang yang gugur imannya ketika dalam masa penantian.

Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap kita di saat mendatangiNYA?

1. Seperti Anak-Anak
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."(Luk 18 :17)

Anak-anak menyambut orang tuanya karena mereka mencintainya dan percaya bahwa orangtuanya pun mencintai mereka. Anak-anak kecil (kecuali yang sudah dibiasakan) bergembira bukan karena apa yang dibawa oleh mama papa mereka..mereka bersukacita murni karena kedatangan mama papanya. Anak-anak itu juga tahu bahwa semua kebutuhan mereka diperhatikan dan diusahakan sebaik-baiknya oleh orangtua mereka. Itu sebabnya mereka tidak pernah kelihatan murung ataupun berbeban berat..mereka PERCAYA sepenuhnya

Demikian pula dengan kita, ketika kita datang kepadaNYA datanglah karena kita mencintaiNYA dan kita yakin DIA pun mencintai kita. Marilah kita belajar untuk menghampiriNYA dengan sikap bahwa Tuhan adalah pribadi yang menyenangkan untuk kita hampiri. Dan PERCAYA bahwa ketika kita menghampiriNYA segala kebutuhan kita diperhatikanNYA.bahkan.lebih dari itu sukacita kita pun akan meluap-luap karenaNYA.

2. Datang Dengan Sukacita
Mzm 37:4 dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.

Seringkali orang datang dengan sikap yang terbalik..menginginkan sesuatu dari Tuhan, lalu bergembira ketika keinginannya terkabulkan. Apa yang terjadi jika keinginannya tidak dikabulkan atau di pending sementara waktu oleh Tuhan? Orang-orang yang beribadah kepada Tuhan dengan maksud dan tujuan melulu untuk berkat dan pertolongan…akan mudah bersungut-sungut dimasa penantiannya dan mudah sekali meninggalkan imannya karena kecewa ketika mendapati jawaban doanya berbeda dengan yang dia harapkan.

Dari ayat ini kita belajar, bahwa kalau kita bergembira karena TUHAN, maka DIA akan memberikan kepada kita apa yang dinginkan hati kita. Kegembiraan karena Tuhan ini tidak muncul dengan sendirinya. Butuh proses untuk belajar untuk mengenalNYA. Dan hal ini hanya bisa kita dapatkan ketika kita terus menerus mencari WajahNYA..bukan semata-mata TanganNYA, sobat.

Psa 27:8 Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.

Ada apa dengan wajah Tuhan, sehingga tertulis Firman Carilah Wajah-KU? Di dalam wajah setiap manusia memancarkan “Ekspresi” yang mewakili isi hati. Kita tentunya akan dengan mudah menebak dan membedakan mana isi hati orang yang bergembira dan mana yang berduka, manakah yang sedang berkenan atau kah mana yang tidak? Demikianlah dengan mengenali WajahNYA diartikan mencari tau tentang hal-hal yang DIA ingin kita lakukan dan mana yg tidak. Jika kita terbiasa mengenali ekspresi Tuhan melalui FirmanNYA, maka dengan mudah kita akan bergembira karenaNYA. Dan kalau DIA sudah disukakan karena kita..maka yakinlah.. TanganNYA yang kita harapkan akan dengan ringan terlulur memberikan pertolongan bagi kita.

Ada apa di dalam tangan Tuhan ?
Pro 3:16 Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.

3. Datang Karena Ingin Bertemu Tuhan (Ini lebih dari Cukup)
Seringkali, dalam masa pergumulan yang sangat berat, saya tidak sanggup berdoa dengan bahasa sehari-hari. Saya tidak punya kalimat yang tepat untuk mengadukan situasi dan kondisi yang sedang saya hadapi.

Ketika masa itu tiba..saya datangi DIA karena saya ingin bertemu dengan DIA. Karena saya tahu, ketika saya merindukanNYA, mencariNYA seperti permata, saya akan menjumpaiNYA. Dan ketika saya berjumpa denganNYA saya tahu..bahwa DIA bukan pribadi yang tidak peduli dengan masalah saya. Saya tahu, Pribadi yang saya cari dan temukan adalah Pribadi yang sangat perhatian dan mencintai saya. Sehingga..ketika saya bertemu denganNYA…cukuplah itu untuk mengatasi semua masalah saya…hati yang terbelenggu beban dilegakanNYA..asa yang mulai pupus dihidupkanNYA kembali..iman yang mulai hancur dibangunNYA menjadi utuh.. dan ketika iman saya utuh…saya tahu..sesuatu yang dahsyat terjadi dalam hidup saya dan teman-teman semua.

Yesasa 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

Selalu ada harapan baru ketika kita berjumpa denganNYA…datanglah kepadaNYA dengan sukacita dan mulut yang penuh dengan puji-pujian.