Selasa, 17 November 2009

Mengenal bukan Mengira-Ngira

Suatu hari di peradilan Negeri kekekalan, terjadilah percakapan antara Manusia (Terdakwa) Iblis (Pendakwa) dan Tuhan (Hakim Sekaligus Pembela) :

Iblis : “Tuhan seru sekalian alam, saya menuntut manusia ini menjadi teman abadi saya di Neraka. Karena selama hidupnya telah melakukan penyembahan berhala dengan cara meminta pertolongan kepada dukun dan dewa-dewa asing!” Bukankah tertulis :

Ephesus 5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

Demikian tuntutan yang dia bacakan bagi arwah manusia yang sedang di meja peradilan Negeri kekekalan.

Lalu diputar-Nya lah video rekaman kehidupan. Benar di sana manusia tersebut memang melakukan dosa yang didakwakan Iblis kepadanya.

Tuhan : “Melihat rekaman hidupnya yang tidak sempat mengakui dosanya dan bertobat, AKU mengabulkan tuntutanmu, Iblis!”

Manusia : “Tunggu dulu, Tuhan !! Jangan sampai ANDA salah memutuskan, rasanya ada yang terlewat dalam menilai video rekaman hidupku ini!”

Tuhan : “Pembelaan apa yang ingin kau ajukan, Manusia?”

Manusia : “Tuhan, semasa hidupsaya memang sering ke dukun untuk meminta pertolongan. Saya juga sering mengunjungi dewa-dewa asing tak dikenal. Karena menurut saya itu tidak salah.”
“Menurut pendapat saya, Tuhan bisa memakai siapa saja untuk memberikan pertolongan termasuk para dukun dan dewa-dewa asing itu”
“Jadi menurut saya (lagi menurutnya) apa yang saya perbuat tadi tidak bisa dikategorikan sebagai dosa yang membawa saya kepada kebinasaan. Tidak bisa, Tuhan!! Mohon ditinjau ulang!”

Tuhan : “Lho, apa kamu tidak mendengar pasal dan ayat yang dituntutkan Iblis tadi?”

Manusia : ”Iya, saya mendengarnya. Tapi kan saya tidak tahu kalau ada ayat yang menuliskan demikian? Saya bertindak berdasarkan perasaan dan keyakinan saya seperti yang saya sebutkan di atas!”

Tuhan : “Mengapa kamu sampai tidak tahu bukankah semua sudah tertulis dalam kitab suci, dan bukankah seringkali sudah didengungkan oleh hamba-hambaku di atas mimbar? Duhai manusia, hokum-Ku bersifat Mutlak dan Kekal tidak ada satupun yang bisa membatalkannya. Sekarang, enyahlah kamu dari hadapan-Ku!”

~ ! ~
Ilustrasi di atas hanyalah mewakili satu dari sekian banyak dosa yang tampaknya bukan dosa. Sesuatu yang tampaknya abu-abu karena menurut nalar atau pemikiran kita bisa dibenarkan.

Masih banyak hal lain yang tampak begitu rancu, sampai-sampai ada pernyataan seperti ini,”Dosa itu hanya TUHAN yang bisa menilainya. Kamu tidak bisa menilai apakah perbuatanku DOSA atau tidak bukan!”

Jika pernyataan tersebut adalah untuk menyatakan bahwa hanya Tuhan yang berhak menghakimi, maka saya setuju. Namun jika manusia sampai tidak tahu apakah yang diperbuatnya itu berdosa atau tidak. Maka sesungguhnya dia sedang mengira-ngira sebuah jalan untuk suatu tujuan yang masih semu juga.

Pendapat, perasaan dan keyakinan kita bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Bersifat subyektif dan tidak bisa dijadikan suatu pembelaan jika kelak kita ada di hadapan tahta-Nya..

Namun sayang sekali, seringkali kita memilih untuk berjalan berdasarkan pendapat, keyakinan dan perasaan kita tentang kebenaran tanpa mencari dasar yang menjadi pijakannya yaitu Firman Tuhan dalam terang pimpinan Roh Kudus.

Ketika kita mengira-ngira apakah sesuatu itu berkenan atau tidak berkenan kepada Tuhan, sebenarnya kita sedang berjalan dengan kebenaran yang kita ciptakan sendiri dan belum tentu sesuai dengan kehendak Allah. Dan kita tentunya tahu, jika kita berjalan di jalan yang tidak dikehendaki-NYA maka akhir dari perjalanan hidup kita adalah di dalam penghukuman

Pro 14:12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

Itulah sebabnya, perlu bagi kita untuk mengenal siapa TUHAN yang sebenarnya. Bukan dari kata orang, bukan dari hasil analisa kita (yang belum tentu benar), bukan pula dari penciptaan karakter Tuhan yang kita buat berdasarkan pendapat pribadi. Anda tahu, ini bisa berakhir kepada kebinasaan.

Hos 4:6 Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.

Kenali – lah TUHAN dari surat-surat cinta-NYA…di dalam Alkitab. Kenalilah DIA dalam persekutuan pribadi dan persekutuan jemaat raya. Kenalilah DIA ketika masa sukar datang menindis kita. Juga dimasa suka ketika hidup terasa ringan bersayap.

Pengenalan akan Tuhan itu sebuah proses yang berlangsung terus menerus. Dan diperlukan sikap yang konsisten didalam membangun hubungan pribadi dengan-NYA. Dibutuhkan kerelaan menyisihkan waktu terbaik untuk berdoa, kesediaan untuk menyediakan waktu terbaik untuk menyelidik Firman-NYA, dan ketaatan yang penuh di bawah pimpinan Roh Kudus.

Jika hidup manusia adalah sebuah perjalanan menuju kepada kekekalan, maka :
• Doa kita adalah sarana komunikasi untuk mendapatkan petunjuk dari Sang Pemilik Kekekalan itu.
• Alkitab adalah PETA yang menunjukkan jalan mana yang mesti kita tempuh, juga pelita bagi hati kita.
• Roh Kudus adalah Penolong bagi kita agar kita senantiasa berkemenangan

Semakin kita intens dalam berdoa, menyelidik Firman, dan akrab bergaul dengan Roh Kudus percayalah bahwa kita akan mengenali TUHAN melalui kacamata yang benar. Dan kita akan dipimpin-NYA melalui jalan-jalan yang benar bukan sesat.

Tuhan dan Firman-NYA adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita mencintai Tuhan tapi tidak mencintai Firman-NYA. Karena Tuhan dan Firman-NYA dalah SATU

Joh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Perhatikan kalimat ini : dan Firman itu adalah Allah. Firman = Allah, Allah = Firman. Saya tidak mengatakan Alkitab itu adalah Allah, saya mengatakan FIRMAN itu adalah ALLAH (mohon koreksi jika penafsiran saya salah – khususnya kepada yang berkompeten di bidangnya)

Mungkin seorang pembaca akan bertanya di dalam hatinya,”Ris, kamu sudah sukses mengenal Allah?’

Saya akan menjawab dengan jujur,”Belum sepenuhnya mengenal. Bahkan seringkali saya terkaget-kaget jika mendapati karakter-NYA yang di luar dugaan saya sebagai manusia. Masih sering terkaget-kaget ketika mendapati bahwa apa yang selama ini saya anggap benar, ternyata salah besar!”

Ketika saya menulis ini pun, ada seruan lembut di hati saya,”Masihkah kamu bergairah menyelidiki Firman itu, Riris?”

Ketika saya menulis ini..ada pertanyaan lembut di hati saya,”Masihkah kamu memiliki hati yang rela untuk dididik, diajar, dan dipimpin oleh Roh Kudus?”

Ketika menulis ini sebenarnya saya pun sedang diajar untuk seperti yang saya tulis. Saya menyadari siapa saya. Bahwa saya manusia yang masih dalam proses penyempurnaan namun masih jauuh dari sempurna. Dan setiap ayat Firman Tuhan yang saya pakai dalam tulisan saya ibaratnya pedang bermata dua…bukan hanya untuk teman-teman pembaca, tapi juga untuk saya yang menulis :

Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Dan saya rasa setiap umat-NYA yang belajar melayani DIA akan bertekad seperti Rasul Paulus :

1Co 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Mudah-mudahan sedikit “latihan” menulis saya kali ini bermanfaat bagi teman-teman semua. Sehingga kita makin mengenal Allah secara pribadi bukan mengira-ngira atau berpijak dari pendapat orang lain, melainkan menyelidik dan mengalami kehadiran Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ayub 42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Mudah-mudahan kita tidak lagi mengira-ngira kebenaran, tapi menemukan kebenaran yang sesungguhnya .. hidup dan menghidupi kebenaran itu senantiasa.

Roh Kudus kiranya memberikan pencerahan dan penerangan ini lebih jauh kepada kita semua, melebihi segala akal, daya dan kemampuan saya untuk menyampaikan maksud dalam tulisan ini. Amin

6 komentar:

DV mengatakan...

Saya mungkin bukan orang yang cukup berkompetensi, tapi boleh dong berpendapat...

Menurutku, penjabaran dari Yoh 1 ttg Firman dan Allah... Firman itu bukan Allah, tapi selalu bersama-sama dengan Allah dan sehakikat dengannya.

Dalam konteks selanjutnya, banyak penafsir gereja bilang bahwa "Firman" itu lantas yang diwujudkan dalam persona Yesus Kristus.

Tulisan yang bagus.
Semoga kita semakin diperteguh dalam iman...

Riris mengatakan...

@ DV : Ya jelas boleh, kita kan sama-sama belajar. Untuk hal ini sedang didiskusikan di Milis, nanti kalau ada waktu hasilnya aku publish deh!! :D

Q - Kiss mengatakan...

Tulisan yang menguatkan, oh ya Ris, beberapa hari yang lalu aku dpt sms dari kakak ku bunyinya begini : Janganlah merasa puas karena kita telah mendengar dan mengetahui Firman Tuhan, namun lebih daripada itu, apakah kita telah melaksanakannya dalam keseharian kita?Banyak mengetahui tentang Tuhan dan hukum2Nya itu sangat baik dan penting, namun tidak akan berguna jika kita tidak pernah mempraktekkannya...

Tuhan Yesus memberkati.

Riris Ernaeni mengatakan...

@ Mas Kikis : benar mas, mendengar itu baik namun menjadi pelaksana itu yang terbaik. Dan seseorang pasti akan mengenal Tuhan lebih baik jika ybs bersedia melaksanakan setiap Firman Tuhan.

Femikhirana mengatakan...

Tidak boleh menghakimi suatu nilai benar dan salah kadang mengaburkan sebuah kebenaran itu sendiri. Kita tidak bisa menghakimi manusia dengan perbuatannya, tetapi kita memiliki kewajiban untuk memberitakan apa yang benar sesuai iman yang kita percayai.

Terima kasih Ris untuk tulisannya :)

JJ mengatakan...

Bagiku, Allah emang misterius, Ris... hehehe...
tapi cuma satu yang aku tau pasti... Allah maha pengasih, pengampun dan penyayang...
buktinya anak bandel kayak aku gini masih selalu dikabulkan permintaaan2-nya...
jadi aku memang harus selalu nurut n melakukan kehendak2-Nya untuk menyenangkan hati-Nya... ya iyalahh....gak tau diri amat kalee...udah dikasihi, diampuni, disayangi, tapi gue masi "sembarangan"...