Kamis, 30 Juli 2009

Wanita - Wanita Perkasa

Namanya Elsye (nama disamarkan) teman baru saya teman lama suami saya. Tubuhnya mungil, cantik, ramah, dan ceria. Memiliki seorang anak bernama Angel (juga disamarkan) usianya berkisar antar 5-6 tahun. Seperti mamanya Angel juga anak yang cantik dan bersahabat. Ketika pertama kali berkenalan suami saya sempat berbisik,”Jangan tanya Angel mana papanya, juga jangan tanya Elsye mana suaminya ya?” (suatu pertanyaan standar dari saya jika masuk dalam suatu kelompok baru) saya hanya mengiyakan.

Betapa terkejutnya saya ketika mendengarkan penjelasan suami mengapa dia melarang saya menanyakan hal tersebut kepada mereka. Ternyata Angel adalah anak di luar nikah. Dan Elsye otomatis menjadi orang tua tunggal, single fighter bagi anak semata wayangnya.

Teman saya yang lainnya sebut saja Elma (nama samaran) juga terpaksa menjadi single fighter dan single parent karena ketidaksediaan sang bapak biologis untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.

Terlepas dari keputusan yang salah yang telah mereka perbuat sehingga terjadi kehamilan di luar nikah, saya sangat menghormati keputusan mereka untuk tidak melakukan aborsi guna menutup aib. Saya juga menghormati kesungguhan mereka merawat dan membesarkan bayi tersebut dengan penuh kasih sayang.

Bisa saya bayangkan, betapa mereka harus berjuang menahan malu atas buah perbuatan salah mereka. Bisa saya bayangkan hari-hari yang dilalui dengan kepala yang tertunduk ketika mengandung tanpa suami. Dan betapa menyedihkan ketika melahirkan tanpa didampingi oleh suami. Bahkan mengurus akta kelahiran tanpa mencantumkan nama ayah si jabang bayi.

Juga bisa saya bayangkan betapa pilu hatinya ketika anaknya bertanya,”Kok aku gak punya ayah, Bu? Mengapa ayahku gak pernah bersamaku?” Wah..entah apa yang akan saya lakukan jika saya di posisi mereka.

Beruntung kedua teman saya ini memiliki keluarga yang berjiwa besar dan perkasa. Mereka memiliki keluarga yang mau menerima dengan lapang dada atas kejadian yang menimpa puteri mereka. Saya yakin keluarga mereka pun harus menanggung malu sesaat atas kejadian itu. Tapi toh mereka tetap ada bagi mereka, menerima mereka tanpa hujatan dan penghakiman yang malah menambah beban mental.

Beruntung teman-teman saya ini hidup di komunitas yang sehat dan waras. Yang menanggalkan keinginan untuk menghakimi perbuataan yang sudah terlanjur itu dan memilih untuk mendampingi hari-hari berat yang harus dilewati Elsye dan Elma. Mendukung, menopang, bahkan mendorong Elsye dan Elma untuk menjalani hidup dengan wajar dan menghadapinya dengan kepala yang tegak.

Beruntung teman-teman saya ini hidup di bawah pengasuhan hamba-hamba Tuhan yang tidak menghakimi, mengasingkan, dan mendeskriminasikan mereka. Tapi dengan sadar mengatakan, yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan dan harus menghadapi hidup dengan tegar dan berani apa pun resikonya. Suatu petuah yang tidak hanya berhenti di petuah saja, melainkan difasilitasi atau didukung dengan dukungan moral, sikap yang terbuka dan tetap bersahabat…

Bagaimana dengan kisah serupa di luar jangkauan pengetahuan saya? Mungkin terjadi hal-hal yang sebaliknya mereka rasakan. Tak ada dukungan dari keluarga, ada penghakiman dari teman-temannya, bahkan ada sikap deskriminatif dari hamba-hamba Tuhan di sekeliling mereka..

Saya bukanlah termasuk pendukung Free Sex , Free Life ataupun Sex Pra Nikah..bukan.. Tapi saya akan belajar menjadi teman yang bijaksana jika kelak saya menjumpai kejadian serupa di sekeliling saya.

Dari pada menjadi hakim untuk kesalahan, lebih baik menjadi sahabat supaya mereka tetap Pro Life dan anti abortion. Supaya mereka yang terjatuh karena dosa yang mereka lakukan bisa kembali berdiri tegak dan menjalani hidup dengan bahagia. Toh saya juga bukan orang yang sangat suci dan sempurna. Toh saya juga orang yang masih bisa berbuat kesalahan…

Adalah baik menanamkan pelajaran yang membuat para remaja dan para lajang untuk menjauhi bahkan tidak melakukan sex pra nikah. Tapi…juga sama baiknya kita tetap menjadi teman yang baik bagi mereka yang sudah terlanjur melakukan kesalahan dan berbuahkan kehamilan. Tidak menambahi beban mental dengan tatapan sinis dan pertanyaan-pertanyaan yang menyindir. Tidak berbuat seolah menjadi orang yang paling benar di dunia ini.

Mereka punya hak untuk menjalani kehamilan mereka tanpa stress dan berhak untuk melahirkan anak-anak yang bermutu pula. Yuk, kita bantu mereka-mereka yang terlanjur jatuh. Supaya mereka tetap bisa menjalani hidup dengan kepala yang tegak dan berkontribusi positif bagi negeri ini. Supaya angka aborsi terus menurun..diimbangi dengan kesadaran bahwa sex pra nikah itu membawa resiko yang ditanggung seumur hidup.

Melalui kesempatan ini perkenankanlah saya memberikan predikat “wanita-wanita perkasa” bagi mereka yang berani mengambil resiko meneruskan kehamilan tanpa pernikahan. Bagi wanita-wanita yang dengan berani menakui kesalahan mereka namun tetap bertanggungjawab dengan apa yang telah mereka perbuat. Wanita-wanita yang siap menanggung malu dan terus menerus menjadi perisai tunggal bagi anak-anak yang mereka lahirkan. Kiranya Tuhan memampukan mereka untuk terus menjaga kekudusan mereka dan dijauhkan dari segala bentuk pelecehan.

Juga bagi orang-orang yang luar biasa disekeliling mereka yang membuat teman-teman saya menjadi Wanita Perkasa.. Untuk Orangtua mereka yang menerima mereka apa adanya..menjadi pendamping setia saat mereka mengalami kejatuhan, ikut menangis saat mereka menangis menahan malu dan penyesalan.. Owh..tak berkurang hormat saya bagi kalian Pak, Bu. Ini murni kesalahan pengambilan keputusan tidak ada sangkut pautnya dengan kegagalan mendidik teman-temanku itu. Percayalah ada rencana-rencana indah yang disembunyikan dalam bungkus yang kurang menarik ini…amin

Kamis, 25 Juni 2009

Cium Tangan Cium Kening

Semenjak saya menikah, saya membiasakan diri untuk mencium tangan suami ketika hendak bepergian juga ketika kami akan berpisah satu dengan lain saat harus menunaikan tugas. Sebagai balasannya suami memberikan kecupan lembut di kening. Ini kami wajibkan untuk tetap dilakukan bahkan ketika kami sedang marahan.Memang hal ini bukan hal yang diharuskan di dalam Alkitab, tapi kami berkomitmen untuk memelihara kebiasaan tersebut, karena mengandung falsafah yang penting bagi kami sebagai suami isteri.

1. Bagi Isteri
Ketika saya mencium punggung tangan suami, mengingatkan posisi seorang isteri. Bahwasanya seorang isteri wajib tunduk dan hormat kepada suami. Karena bagaimanapun keadaannya, suami tetaplah wakil Allah yang ditempatkan di sisi kita untuk melindungi, mengasihi, dan mengayomi kita.

Efesus 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,

Bukan sekedar tunduk dan hormat, tapi juga menjaga kehormatan suami dengan tidak membeberkan aib atau kekurangan suami kepada khalayak ramai. Menjaga harga diri keluarga dengan cara memperhatikan tutur kata dan perilaku supaya menjadi orang yang bisa dipercaya di segala masa.

Amsal 31 : 11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.

Dengan mencium tangan suami, saya pribadi berharap terus menerus memperbaiki diri untuk menjadi wanita yang bijaksana. Ingat bahwa menjadi isteri berarti menjadi penolong bukan perongrong. Itu juga berarti harus rela dan bergembira ketika kami harus berbagi penghasilan (tidak membebankan semua urusan rumah tangga ke pundak suami) seperti ayat ini :

Ams 31:12, 17-18 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.

Setinggi apapun status pendidikan dan jabatan seorang wanita di kantornya, di mata Allah posisinya tetaplah sebagai penolong, yang WAJIB hormat dan tunduk kepada yang ditolong yaitu suaminya.

2. Bagi Suami
Ketika membalas cium tangan dengan kecupan lembut di kening, mengingatkan posisinya sebagai kepala dan imam dalam rumah tangga. Kecupan lembut itu mewakili kalimat : aku mencintaimu isteriku, dan aku akan terus menjaga janji nikah kita hingga akhir hayat (masih ingat dengan janji nikah?). Mengingatkan posisinya sebagai pelindung bukan “petinju” yang melukai hati keluarganya.

1Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Ternyata jika seorang suami tidak bisa menghormati bahkan menyakiti hati isterinya, doanya akan terhalang alias tidak didengarkanNYA. Saya yakin bahwasanya hal ini juga berlaku bagi para isteri yang menyakiti hati suaminya. Karena sepasang kekasih mengikrarkan diri untuk menjadi suami isteri, maka di mata Tuhan menjadi satu daging.

Maka dari itu, 1Co 7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

Mudah-mudahan dengan menghayati falsafah cium tangan antar suami isteri ini, kami tetap mengingat posisi dan tanggung jawab kami. Sehingga saya tidak menjadi wanita yang mengepalai suami (meskipun atasnama emansipasi bisa dibenarkan), pun suami tidak lalai dalam menjalankan fungsinya sebagai Imam dan Kepala keluarga, sehingga tidak akan terjadi penyalahgunakan wewenang yang diberikan Tuhan kepadanya. Dia senantiasa menyadari bahwa suami adalah pelindung bukan ‘petinju’, dan dia adalah Imam , wajib hukumnya bagi seorang suami untuk hidup dekat dan takut kepada Tuhan. Karena tugas seorang imam adalah menjadi perantara antara yang diimami dengan Tuhannya.

Saya berharap, berangkat dari hal kecil yang didasari kebenaran alkitab ini…keluarga kami mampu berdiri teguh dalam berbagai keadaan, cuaca, dan kondisi. Saya sungguh berharap, rumah kami menjadi surga tempat dimana kami bisa berbagi kasih. Menjadi tempat yang selalu kami rindukan untuk senantiasa berkumpul. Amin

........tak terasa sebentar lagi memasuki usia pernikahan yang ke tiga. Masih banyak yang harus saya pelajari untuk menjadi wanita yang berkenan kepada Tuhan, masih banyak ego yang harus dipangkas untuk menjadi isteri yang rendah hati........

Selasa, 16 Juni 2009

Presiden dan Lilin-Lilin Natal

Minggu lalu negeri ini diwarnai dengan kehebohan monolog seorang seniman senior yang berisi kritikan-kritikan pedas kepada Presiden SBY. Selang beberapa hari setelah kejadian, video tersebut bisa di download di salah satu situs penyedia. Saya yang tidak sempat menyaksikan secara langsung, mau tidak mau penasaran sepanas apakah kritikan yang disemburkan dalam monolog itu. Ternyata memang panas dan tajam. Rasanya sang kritikus memang sangat pintar melihat dan lihai berkomentar tentang kejadian riil yang terjadi di sekelilingnya…Namun kurang mendalam di perenungannya.

Sekarang ini, saya ingin bertanya kepada anda (juga anda Pak Butet)….jawablah dengan jujur di dalam hatimu.
1. Jika anda Presiden, bisakah anda mencegah segala macam bentuk kecelakaan baik di darat, laut, maupun udara?
2. Jika anda Presiden, apakah anda berkuasa untuk mencegah alam murka dan menolak segala bencananya?
3. Jika anda Presiden, apakah anda yakin TIDAK AKAN menambah jumlah hutang Negara?
4. Jika benar BLT itu dari dana hutang, saya juga ingin bertanya kepada anda (jika anda Presiden) apakah anda akan tetap TIDAK MENAMBAH hutang dan membiarkan rakyat menjerit karena kekurangannya?
5. Jika anda Presiden, bisakah anda mengentaskan semua kemiskinan di negeri ini?

Apa jawaban anda? Saya akan menjawab semua pertanyaan saya tersebut dengan jawaban TIDAK.

Rasanya tidak adil jika kita mempersalahkan seorang Presiden, untuk hal-hal yang terjadi di luar kekuasaannya. Dan rasanya jika kita berharap seorang Presiden (yang nota bene masih doyan nasi alias manusia biasa) bisa menuntaskan semua masalah di negeri ini.. maka kita tergolong orang-orang yang terkutuk

Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Yeremia 17 :5

Ingat teman, Presiden bukan Tuhan, kemampuannya terbatas dan saya yakin, siapapun yang menduduki kursi kepresidenan mereka akan berjuang sepenuh hati, jiwa, dan raga untuk memberikan yang terbaik bagi negeri ini.

Dan sesuai dengan Firman Tuhan, dunia ini tidak akan tambah baik tapi akan terus bertambah sulit, maka percayalah : Siapapun Presidennya…TIDAK AKAN membuat dunia ini jadi lebih mudah. Karena sudah ditentukan demikian adanya dari sononya. Lantas mengapa harus ada Presiden? Supaya negeri ini tetap ada yang mengendalikan alias tidak liar.

Daripada kita sibuk mengkritik Presiden dan para pemipin untuk melakukan perubahan, mengapa kita tidak mencoba untuk mendayagunakan diri kita untuk menjadi berkat bagi orang lain? Maukah kita mengadakan perubahan sekalipun keciil?

Kita ini diumpamakan sebagai terang dan garam bagi dunia. Apakah kita sudah menyalurkan api terang itu untuk menerangi dan menghangatkan dunia ini? Sudahkah kita menggarami dunia untuk memperlambat proses pembusukan total di sana?

Pernahkah kita mencoba dengan sengaja memperhatikan lingkungan kita, dan mencoba berbuat sesuatu yang bisa kita lakukan? Ketika marak terjadi malnutrisi hingga gizi buruk pada banyak balita di negeri ini, benarkah tidak ada orang sekitar yang mampu berbuat sesuatu untuk membantunya?

Mari kita lihat kulkas kita.. adakah kelebihan tahu atau tempe yang bisa kita bagikan bagi tetangga kita yang tidak bisa memberikan makanan bergizi bagi anaknya. Adakah kelebihan beras yang bisa kita bagikan kepada mereka yang jelas-jelas kelaparan? Dan kepada kita yang sudah kelimpahan harta financial..pernahkah terpikir untuk memberikan fasilitas modal (total diberikan atau sekedar pinjaman tanpa bunga) bagi mereka yg kesulitan supaya mengalami peningkatan kesejahteraan hidup?

Berbuat baik itu mudah…tapi menjadi sulit ketika kita dihadapkan dengan ego kita. Sebegitu mudahnya sampai-sampai pikiran rumit kita seringkali tak mampu memikirkannya.

Temans, jadilah seperti lilin-lilin natal. Bagi anda yang pernah mengikuti perayaan natal yang masih menggunakan lilin dalam acara malam kudus, pasti bisa meresapi maksud saya. Ketika nyanyian malam kudus dikumandangkan biasanya lampu di ruangan dimatikan. Saya ingin bertanya, apakah semua jemaat menggunakan korek api untuk menyalakannya? Tidak, yang terjadi di sana adalah kesediaan untuk berbagi api kepada pemegang lilin yg belum menyala…begitu seterusnya sehingga ruangan gelap itu penuh dengan kerlap-kerlip yang indah.

Mungkin kita sudah memiliki lilin yang menyala (baca : banyak kelebihan) cobalah menyalurkan api itu kepada lingkungan yang memerlukannya. Mereka yang memerlukan bantuan itu ibaratnya jemaat dengan lilin yang belum menyala; memiliki potensi tapi tidak memiliki fasilitas untuk mengembangkannya. Apa salahnya kita membantu mereka dengan apa yang kita punya?

Mungkin terbetik dalam pikiran anda? Saya ini apanya pak SBY?.. saya bukan apa-apa beliau. Bukan saudara, juga bukan tim sukses beliau. Tulisan ini juga bukan untuk membela ataupun mengasihani beliau..saya hanya ingin mengajak teman-teman memandang suatu masalah dari sudut yang lain. Dan mudah-mudahan…tulisan yang sedikit belepotan ini bisa menginspirasi teman-teman untuk berbuat lebih bagi negeri kita tercinta ini.

Terlepas dari segala kekurangan dan kesalahan yang sudah diperbuat Presiden kita…rasanya menjadi bagian kita untuk tetap menghormati beliau sebagai pemimpin negeri ini, seperti tertulis :

Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. (Roma 13 : 2)
Tulisan saya ini juga tidak untuk menggiring teman-teman pada pencontrengan capres cawapres tertentu. Silahkan saja mencontreng yang sesuai kesukaan dan hati nurani masing-masing. Karena siapapun yang akan menjabat sebagai PResiden dan Wakil Presiden nantinya ; kita harus tetap memiliki semangat untuk melakukan perubahan. Percayalah, bahwa masing-masing kita dikaruniai Tuhan untuk memberikan warna bagi dunia yang sudah rusak ini. Mari kita warnai dengan perubahan-perubahan kecil yang bisa kita lakukan. Hal-hal kecil yang terkumpul akan menyajikan mozaik hidup yang indah bukan?




Senin, 08 Juni 2009

Mari kita MenyambutNYA dengan Sukacita

Menjadi Ibu dari dua orang batita, memberikan kesempatan bagi saya untuk menikmati apa yang dinamakan cinta tulus, penerimaan tanpa syarat, dan belajar untuk sabar.

Menjadi seorang ibu juga berarti belajar mengenal sedikiiiiiit dari cinta Tuhan kepada kita yang majemuk.

Menjadi seorang ibu juga memberikan saya kesempatan untuk mencintai Tuhan lebih dalam lagi dari hari-hari yang telah lalu.

Yang membuat saya senang di saat pulang kerja adalah ketika kedua anak saya menyambut dengan muka yang gembira. Si kecil meloncat-loncat minta di gendong, sementara si sulung menarik-narik tangan saya ingin menunjukkan atau menceritakan sesuatu. Sambutan antusias itu yang membuat saya merasa semangat, padahal ketika masih di angkutan umum rasanya letih tak terkira..dan memimpikan kasur dan bantal. Tapi keadaan itu berbalik total ketika melihat tingkah polah anak-anak yang polos itu.

Tak jarang si kecil langsung berlari membuntuti kemanapun saya pergi, si sulung pun sering menggedor pintu kamar mandi kalau saya kelamaan (menurutnya) melakukan ritual mandi.

Cinta tulus dan sambutan antusias mereka membuat saya bergairah menemui mereka. Bukan itu saja, keriangan mereka menyambut saya (yang seringkali tidak membawa buah tangan bagi mereka) mengingatkan tentang sikap hati saya kepada Tuhan. Mengajari saya tentang sikap yang seharusnya kita bawa ketika kita menjumpaiNYA baik dalam doa-doa pribadi ataupun dalam ibadah raya.

Apakah kita bersukacita ketika akan menjumpaiNYA? Ataukah kita datang kepadanya dengan perasaan yang tawar hanya untuk menjalankan ritual keagamaan saja?

Banyak orang datang kepada Tuhan dengan suatu tujuan : entah itu berkat, pertolongan, kesembuhan, kebahagiaan, dan sebagainya. Ini tidak salah, karena Tuhan adalah pemilik dari segala yang baik. DIA adalah sumber berkat, pertolongan, kesembuhan, bahkan harapan.

Tapi, pernahkah kita berpikir, jika kita datang hanya karena tujuan tertentu itu membuat hubungan kita denganNYA akan rentan dengan kekecewaan dan berujung kepada penolakan serta berakhir dengan pemberontakan? Mengapa? Karena seringkali Waktu Tuhan itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Sehingga, banyak orang yang gugur imannya ketika dalam masa penantian.

Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap kita di saat mendatangiNYA?

1. Seperti Anak-Anak
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."(Luk 18 :17)

Anak-anak menyambut orang tuanya karena mereka mencintainya dan percaya bahwa orangtuanya pun mencintai mereka. Anak-anak kecil (kecuali yang sudah dibiasakan) bergembira bukan karena apa yang dibawa oleh mama papa mereka..mereka bersukacita murni karena kedatangan mama papanya. Anak-anak itu juga tahu bahwa semua kebutuhan mereka diperhatikan dan diusahakan sebaik-baiknya oleh orangtua mereka. Itu sebabnya mereka tidak pernah kelihatan murung ataupun berbeban berat..mereka PERCAYA sepenuhnya

Demikian pula dengan kita, ketika kita datang kepadaNYA datanglah karena kita mencintaiNYA dan kita yakin DIA pun mencintai kita. Marilah kita belajar untuk menghampiriNYA dengan sikap bahwa Tuhan adalah pribadi yang menyenangkan untuk kita hampiri. Dan PERCAYA bahwa ketika kita menghampiriNYA segala kebutuhan kita diperhatikanNYA.bahkan.lebih dari itu sukacita kita pun akan meluap-luap karenaNYA.

2. Datang Dengan Sukacita
Mzm 37:4 dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.

Seringkali orang datang dengan sikap yang terbalik..menginginkan sesuatu dari Tuhan, lalu bergembira ketika keinginannya terkabulkan. Apa yang terjadi jika keinginannya tidak dikabulkan atau di pending sementara waktu oleh Tuhan? Orang-orang yang beribadah kepada Tuhan dengan maksud dan tujuan melulu untuk berkat dan pertolongan…akan mudah bersungut-sungut dimasa penantiannya dan mudah sekali meninggalkan imannya karena kecewa ketika mendapati jawaban doanya berbeda dengan yang dia harapkan.

Dari ayat ini kita belajar, bahwa kalau kita bergembira karena TUHAN, maka DIA akan memberikan kepada kita apa yang dinginkan hati kita. Kegembiraan karena Tuhan ini tidak muncul dengan sendirinya. Butuh proses untuk belajar untuk mengenalNYA. Dan hal ini hanya bisa kita dapatkan ketika kita terus menerus mencari WajahNYA..bukan semata-mata TanganNYA, sobat.

Psa 27:8 Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.

Ada apa dengan wajah Tuhan, sehingga tertulis Firman Carilah Wajah-KU? Di dalam wajah setiap manusia memancarkan “Ekspresi” yang mewakili isi hati. Kita tentunya akan dengan mudah menebak dan membedakan mana isi hati orang yang bergembira dan mana yang berduka, manakah yang sedang berkenan atau kah mana yang tidak? Demikianlah dengan mengenali WajahNYA diartikan mencari tau tentang hal-hal yang DIA ingin kita lakukan dan mana yg tidak. Jika kita terbiasa mengenali ekspresi Tuhan melalui FirmanNYA, maka dengan mudah kita akan bergembira karenaNYA. Dan kalau DIA sudah disukakan karena kita..maka yakinlah.. TanganNYA yang kita harapkan akan dengan ringan terlulur memberikan pertolongan bagi kita.

Ada apa di dalam tangan Tuhan ?
Pro 3:16 Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.

3. Datang Karena Ingin Bertemu Tuhan (Ini lebih dari Cukup)
Seringkali, dalam masa pergumulan yang sangat berat, saya tidak sanggup berdoa dengan bahasa sehari-hari. Saya tidak punya kalimat yang tepat untuk mengadukan situasi dan kondisi yang sedang saya hadapi.

Ketika masa itu tiba..saya datangi DIA karena saya ingin bertemu dengan DIA. Karena saya tahu, ketika saya merindukanNYA, mencariNYA seperti permata, saya akan menjumpaiNYA. Dan ketika saya berjumpa denganNYA saya tahu..bahwa DIA bukan pribadi yang tidak peduli dengan masalah saya. Saya tahu, Pribadi yang saya cari dan temukan adalah Pribadi yang sangat perhatian dan mencintai saya. Sehingga..ketika saya bertemu denganNYA…cukuplah itu untuk mengatasi semua masalah saya…hati yang terbelenggu beban dilegakanNYA..asa yang mulai pupus dihidupkanNYA kembali..iman yang mulai hancur dibangunNYA menjadi utuh.. dan ketika iman saya utuh…saya tahu..sesuatu yang dahsyat terjadi dalam hidup saya dan teman-teman semua.

Yesasa 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

Selalu ada harapan baru ketika kita berjumpa denganNYA…datanglah kepadaNYA dengan sukacita dan mulut yang penuh dengan puji-pujian.







Senin, 25 Mei 2009

Mengapa Orang Percaya Menderita?

Disesuaikan dari khotbah Pdt. Martin Harefa,S.Th (GKRI Diaspora-JCC)

Tulisan saya mengenai ,”Apakah Tuhan Benar-Benar Diam” menuai beberapa komentar dan pertanyaan. Baik itu komentar di dalam blog ataupun melalui jalur pribadi (email ataupun sms). PErtanyaannya tentu saja masih seputar mengapakah Tuhan membiarkan orang-orang percaya mengalami penderitaan dalam bidang : keuangan, kesehatan, keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya.

Kita tidak menutup mata bahwa krisis global yang baru-baru ini menyerang bagai angin topan melancarkan serangannya tanpa pandang bulu. Tak peduli apakah dia adalah orang benar, ataukah seorang yang tidak mengenal kebenaran. Sebagai akibatnya, muncullah penderitaan-penderitaan dalam banyak bidang. Yang lebih parah lagi timbulah rasa tawar hati. Perlukah kita tawar hati ketika kepahitan hidup merundung kita? Untuk apakah Tuhan membiarkan kepahitan (baca : penderitaan) itu menimpa kita?

Yohanes 15 : 1-8, ayat ini mengingatkan kita tentang tujuan hidup anak-anak Tuhan. Tujuan hidup kita adalah supaya berbuah bagi Tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan berbuah adalah melakukan perbuatan baik :

Titus 3 : 14 Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.

Efesus 2 : 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

1. Penderitaan yang Menimpa Orang Kristen Yang Belum Berbuah

Ada banyak orang Kristen yang hidup santai tanpa tujuan. Beragama Kristen tapi tidak memancarkan sinar Kristus dalam kehidupan kesehariannya malahan memilih untuk tetap melakukan hal-hal yang tidak diperkenan oleh Tuhan (baca : berdosa). Tidak memiliki kerinduan untuk mengenal Allah dan kebenaranNYA lebih dalam lagi. Kepada orang-orang ini Tuhan melakukan tindakan pendisiplinan. Supaya mereka menyadari makna panggilannya sebagai murid Kristus. Bagi orang-orang seperti ini, penderitaan ibaratnya suatu proses pembersihan benalu (dosa, kebiasaan buruk yang melilit dan mengikat) pada carang-carang anggurNYA.

Apakah Tuhan kejam? Tentu saja tidak, mari kita renungkan ayat ini :

Ibrani 12 : 5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Ibrani 12 : 6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jika Tuhan adalah Bapa, maka sebagai anak kita pasti menerima peringatan ketika kita bersalah. Ketika kita mengabaikan peringatan, maka Tuhan akan menghajar kita dengan kasihNYA, tidak juga cukup dihajar..maka tak segan Tuhan menyesah kita dengan penderitaan yang jauuh lebih berat.

Ketika Tuhan memperingatkan, menghajar dan menyesah kita karena kesalahan kita, bukan untuk membuat kita menderita tapi justru menyelamatkan kita dari murka Allah yang membinasakan kita. Karena Allah itu setia dengan janji NYA dan tidak bisa mengingkari satu pun dari janji-janji dan peraturan yang DIA buat. JIka Tuhan membiarkan kita terus menerus hidup di dalam dosa, maka sesungguhnya TUHAN sedang membiarkan kita memilih jalan kebinasaan. Bukankah Upah dosa adalah maut?

Dan sebaliknya : ketika kita sadar dan bertobat karena peringatan, hajaran, dan sesah yang DIA berikan.. maka selain kita selamat dari maut yang kekal; kita bisa menikmati seluruh janji-janji Allah. Bukankah hanya orang-orang yang hidup benar akan menikmati janji Allah?

Yoh 15 : 7; Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

2. Penderitaan Yang Menimpa Orang Kristen Yang Sudah Berbuah
Tak jarang pula kita mendapati orang-orang Kristen yang sudah hidup saleh mengalami penderitaan. Mereka sudah benar-benar memperhatikan hidup mereka, bahkan t erlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Tapi mengapa masih juga mengalami penderitaan?

Penderitaan yang diizinkan menimpa orang saleh, berguna untuk menguji keimanan dan kesalehannya. JIka dia tahan uji, maka orang -orang ini akan naik ke tingkat yang lebih tinggi.

1Kor 3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
1 Kor 3:14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.

Kenaikan tingkat ini bisa berupa :
- Pengenalan Allah yang semakin dalam dan tinggi
- Berkat-berkat jasmani
- Hikmat yang lebih tinggi dari pada sebelum mengalami penderitaan

Jadi temans, tidak semua penderitaan terjadi karena kesalahan atau dosa kita. Bisa jadi penderitaan itu dipakai Tuhan supaya kita berbuah lebih banyak (baca : naik tingkat rohani ke level yang lebih tinggi)

Penderitaan yang terjadi bisa juga dipakaiNYA untuk mempersiapkan kita menerima berkat-berkat yang lebih besar. Karena dalam penderitaan umumnya orang akan tekun mencari DIA, dan dalam pertemuan dengan Tuhan akan menghasilkan pengertian yang baru tentang kebenaran FirmanNYA. Pengertian ini akan membawa dampak kepada perbaikan karakter seseorang. Dan karakter yang dewasa menghasilkan keteguhan iman dalam segala cuaca dan kondisi. Sehingga..ketika ujian yang datang berupa berkat (hujan) tidak akan membuatnya terhanyut dan jauh dari TUHAN.

Sebagai penutup ingin saya sampaikan. Apapun motivasi Tuhan mengizinkan penderitaan menimpa seseorang (entah karena bersalah atau karena sedang diuji) semua dilakukanNYA karena kasihNYA, karena kerinduanNYA memberkati kita yang jauuh lebih besar daripada kerinduan kita untuk mendapatkan berkatNYA. Tuhan memakai segala sesuatu untuk mendatangkankebaikan bagi orang-orang yang mengasihi DIA.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.u
Roma 8 : 28

Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua!