Senin, 09 November 2009

Bu Guru

“Sedang membuat apa, Bu?” tanyaku ketika melihat Ibuku sedang asyik memotong-motong kertas manila warna merah muda.

“Ibu sedang membuat kartu bermain untuk kita berdua. Kamu mau kan bermain bersama ibu?”

“Waah?? Kartu bermain? Untuk kita bermain, Bu? Tentu aku mau bermain bersama Ibu. Aku kan senang bersama-sama Ibu!”

“Baik kalau begitu, kamu jangan ngerusuhi (mengganggu) ibu dulu, supaya kartunya bisa segera selesai, ya? Sana gih, kamu main bersama mbak Alis dan Dik Guntur di rumahnya!”

Saya pun segera pergi meninggalkan ibu bermain bersama tetangga saya dengan harapan kartu bermain yang ibu buat bisa segera dipakai bermain.

Minggu pagi, setelah saya selesai mandi dan sarapan ibu pun mengajak saya bermain kartu buatannya.

“Hari ini, Ibu akan mengajakmu bermain membaca kartu. Kamu hapalkan ya? Ini A..yang ini I..U..E..dan O!”

Setelah berkali-kali diminta menghapalkan, Ibu pun menguji ingatan saya dengan cara mengacak susunan kartu-kartu yang bertuliskan huruf-huruf vokal tersebut. Lalu pelan-pelan ibu menuntun tangan saya untuk berlatih menulis.

Keesokan harinya kartu-kartu tersebut dipasangkan dengan huruf konsonan (huruf mati) dan beginilah cara ibu mengajar. Beliau tidak pernah menyebutkan huruf konsonan dengan cara Be, Ce, De…melainkan Beh..Ceh..Deh..

“Riris, kalau ‘Beh’ digabungkan dengan huruf ‘A’, maka bunyinya ‘Ba’, jika digabungkan dengan huruf ‘I’ maka bunyinya ‘Bi’…dan seterusnya”

Demikianlah cara Ibu mengajar saya membaca waktu itu, hingga akhirnya sebelum TK, saya sudah lancar membaca dan menulis.

Seingat saya, Ibu tidak pernah memaksa saya untuk belajar beliau selalu mengajak belajar sambil bermain. Sehingga proses belajar berlangsung begitu menggembirakan tidak menekan perasaan. Alat-alat peraganya pun hasil kerja tangannya sendiri. Bukan hasil browsing di intenet dan belanja online (karena waktu itu internet belum ada di daerah kami), juga tidak membeli di toko. Begitu sederhana, namun ilmu yang diturunkannya mudah sekali diserap. Jika saya mulai tidak focus biasanya ibu menyudahi acara belajar sambil bermain itu

Ibu saya seorang guru SD, sekalipun pada akhir jabatannya beliau adalah seorang Kepala Sekolah SD, namun saya lebih senang menyebut beliau seorang guru. Di lingkungan tempat saya tinggal beliau dikenal sebagai orang yang sabar dalam menghadapi murid-muridnya. Tak jarang jika mendapati murid yang tertinggal karena daya tangkapnya yang kurang, maka tak segan memberikan pelajaran tambahan Cuma-Cuma di rumah kami..…kata ibu bayaran yang sangat tak ternilai adalah ketika anak-anak yang diajar bisa menjadi lebih mengerti, lebih bisa menangkap pelajaran dan lebih percaya diri.

Mengingat di era 80an di lingkungan kami banyak anak yang terlahir dari orang tua yang buta huruf, rasanya tak mengherankan jika banyak muridnya yang membutuhkan tambahan pelajaran di rumah khusus untuk membaca dan menulis. Suasana rumah kami waktu itu seringkali ramai dengan tingkah polah murid Ibu yang begitu antusias belajar membaca. Dan biasanya seusai memberikan pelajaran tambahan Cuma-Cuma itu wajah ibu kelihatan lebih berseri karena puas. Puas karena para murid sudah bisa membaca dan menulis, puas karena pengorbanannya tidak sia-sia.

Tak terhitung betapa banyak muridnya yang sudah menjadi orang penting di dalam jawatan pemerintahan.

Juga tak jarang ibu mendapatkan diskon yang lumayan besar jika berbelanja. Pernah beliau bertanya,”Kok diskonnya akeh emen, mengko sampeyan rugi lho! Wis sak mene wae!!” (kok diskonnya banyak banget, nanti kamu rugi lho..sudah segini saja..) kata ibu sambil menambahkan sejumlah harga.

Sang pemilik toko atau kios pun menjawab,”Bu, apa ibu lupa dengan saya? Saya kan yang dulu ibu ajar di SD 04? Itu lho bu, yang tidak bisa membaca dengan lancar, tetapi karena ibu telateni di rumah saya jadi lancar membaca dan menulis. Biarlah bu, izinkan saya memberikan diskon segitu sebagai tanda hormat saya!”

Begitu selalu..jika bertemu dengan murid-muridnya beliau selalu mendapatkan perlakuan khusus.

Ibu tak segan mencemplungkan kami ke dalam wadah-wadah kesenian untuk mengasah bakat tersembunyi yang kami miliki. Minimal, kelima anaknya mengalami les tari tradisional. Khusus saya, ibu gemar sekali menjajal saya dalam banyak bidang. Mulai dari menari, menyanyi, mengarang, bahkan teater. Jadi saya pun sempat mencicipi les tari tradisional, les menyanyi keroncong, dan teater.

Banyak hal baik yang beliau wariskan kepada kami anak-anaknya. Juga kepada lingkungan yang disentuh oleh kehadirannya.

Yang membuat saya heran sampai saat ini adalah, jika saya pulang kampung. Banyak yang masih mengenali saya sebagai puteri ibu guru lho! Saya tidak yakin mereka mengingat dan mengenal saya..mungkin mereka mengira-ngira karena garis wajah dan suara saya yang mirip dengan ibu.

Karena mereka selalu bertanya demikian,”Mbak ini apa puterinya Bu Guru?”

Dan ketika saya menjawab “Iya, benar! Saya puterinya Bu Guru!” maka fasilitas yang mereka berikan kepada ibu otomatis saya nikmati..heheh..(sering-sering aja, saya dikasih diskon gede hehe)

Yang membuat saya terharu adalah mereka selalu menceritakan perbuatan baik ibu yang mana saja yang mereka ingat dan kenang. Yang membuat saya bangga jika saya bertemu dengan mantan atasan-atasan ibu adalah ketika mereka mengatakan bahwa ibu adalah bendahara yang jujur dan teliti; tidak ada satu sen pun yang terlewat dari catatan pembukuannya. Bahkan tim pemeriksa keuangan dari P&K (Pendidikan dan Kebudayaan) waktu itu sering dibuat berdecak kagum atas kelengkapan dokumen transaksi yang beliau bukukan.

Well, benar kata ibu,”Baik-baiklah kamu menjadi orang berlakulah jujur dan senantiasa menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga! Karena hal-hal itulah yang akan kamu bawa ke Surga. Hal-hal itulah yang akan membuatmu dikenang sepanjang masa”

Pro 22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

Ibu memang tidak tercatat sebagai seorang Pahlawan Nasional ataupun pejuang dengan berderet-deret tanda jasa. Namun semangat juangnya untuk mengentaskan murid-muridnya dari buta huruf dan kebodohan telah mengukir sejarah tersendiri di hati mereka yang pernah diajarnya. Dan kemurahan hatinya untuk berbagi telah membuat orang-orang yang ditolongnya merasa memiliki teman dan merasa berharga.

Saya pribadi bangga memiliki ibu sepertinya. Jujur, seringkali saya bertanya dalam hati, sanggupkah saya menjadi wanita sepertinya? Yang mengasihi dan menghormati suaminya begitu rupa dan berbuat baik di sepanjang hidupnya? Yang menjadi kebanggaan anak dan cucunya? Sanggupkah saya menyerap nilai-nilai indah yang ingin sekali dia wariskan?

Pro 17:6 Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.

(Mengenang enam tahun kepergian ibu ke pangkuan Bapa di Surga. Di tulis dengan cucuran air mata sedih, haru dan bangga…..2 Nop 2009 – 2 Nop 2003)

17 komentar:

Q - Kiss mengatakan...

Aku terhanyut dengan tulisanmu ris,ma kasih sudah mengingatkan kami....

Riris Ernaeni mengatakan...

@Mas Kikis : sama-sama, Mas. Terima kasih pujiannya.

admin buletin kerlap kerlip mengatakan...

ternyata tgl, bln dan thn kepergian ibu kakak = kepergian ibu saya.

Saya bisa merasakan yg dirasakan ibu kakak, karena saya pernah "ngajar" anak2 playgoup selama 6 tahun....

DV mengatakan...

Ibumu pasti sudah tenang di sana. Tulisan yang menyentuh...

Riris Ernaeni mengatakan...

@kerlap-kerlip : Oh ya? kok bisa samaan ya? padahal tidak janjian, kan?

@ DV : terima kasih.

Anonim mengatakan...

Mbak, aku telat baca ini...tulisan yang sangat menyentuh...
Dalem banget rasa sayangmu pada ibumu, Mbak....
aku yakin kau mewarisi sifat2 ibumu Mbak..
Beliau pasti bahagia di surga Mbak..

Riris Ernaeni mengatakan...

@Nana : tidak telad, Na. Wong aku postingnya baru hari Senin kemarin, kok!

Mewarisi sifat ibu? banyak yg kelihatan (keras kepalaku, kegigihanku di antaranya) tapi yang belum kelihatan adalah : mewarisi sifat Tabah, tidak gampang mengeluh.

Anonim mengatakan...

Tulisannya menyentuh, Mba...
Memang begitulah adanya...seorang Ibu akan selalu menjadi pahlawan bagi anaknya, bahkan sejak ia pertama kali hadir dimuka bumi ini...
Salam saya, Mba..

Riris mengatakan...

@Anderson : terima kasih, benar Ibu adalah Pahlawan bagi anak-anaknya. Yang gigih memperjuangkan yg terbaik dengan mengabaikan duka lara yg mungkin sedang menderanya.

Anonim mengatakan...

Kalau bicara soal ibu dan perjuangannya selalu meneteskan airmata yah Ris.Tulisan mu membuat aku semangkin kangen sama mamaku btw aku tlp mama ku dulu ah.GBU

Eka SItumorang-Sir mengatakan...

Ah setuju sekali!
Nama baik itu sulit didapat butuh bertahun2 untuk mendapatkannya namun hanya satu menit saja bisa rusak :)
Dan nama baik tersebut akan dibawa hingga keturunanya!

Sakut untuk ibundanya :)
salut....
Selamat hari Minggu ya :)
God Bless!

Riris Ernaeni mengatakan...

@ Eka : Terima kasih, Eka! Selamat Hari Minggu juga (biarpun mbalese Senin) whehehe..God Bless You too

Femikhirana mengatakan...

Ibumu hebat.
Ibu yang kreatif akan menghasilkan anak yang kreatif juga seperti kamu inilah :)

JJ mengatakan...

hiks...aku terharu bgt ris... bisa ngebayangin perasaan mu...
aku beruntung masih memiliki mami-ku yang super hebat...
pernah juga terlintas di pikiran, gimana ya kalo mami suatu saat gak ada... :( duh.. jadi sedih nih gue...:(
mana gue bakalan tinggal jauh lagi... :(( gimana ya... :(

Riris Ernaeni mengatakan...

@ JJ : terima kasih. Btw, jangan bayangin yg sedih2. Toh kepergian kamu ke sana adalah sesuatu yg menggembirakan dan dinantikan banyak pihak.

Senyampang masih ada/ punya mami/ibu/mama...tunjukkan cintamu, supaya tak menyesal ketika kita tak lagi bisa menyatakan cinta kita kepadanya.

Dedy Dwinanto mengatakan...

.. ... ... ... ... ... ... ... .„--~--„
... ... ... ... ... ... ... ../:.:.:.:.:.|
... ... ... ... ... ... ... .|;.;.;.;.;.;/
... ... ... ... ._„„„„„„„_.);.;.;.;.;.|
... ... ... „-":.:.:.:.:.:."~-„;.;.;.;|
... ... .. (_„„„„„„---„„_:.:. );.;.;.."„
... ... „-":.:.:.:.:.:.:.:""-„/;.;.;.;.;."„
... .. .___„„„„„„„„„___);.;.;.;.;.;.;.|
... .. /"":.:.:.:.:.:.:.:¯""\;.;.;.;.;.;.„"
... . \:.__„„„„„„„„„„„„„„__/;;;;;;;;;;;/\
... .. \.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.);;;;;;;;;;/:::\
... ... . \„„„„---~~~;;;;;;;;;;;;;„":::::::\
... ... ... . """~~--„„„„„„„„„„„-"::::::::::::\
... ... ... ... ... ... \:::::::::::::::::::::::::\"

Riris Ernaeni mengatakan...

makasih Dedy Rojali :D