Kamis, 07 Agustus 2008

Sedikit Pemikiran Tentang Pemerhati

Saya tidak tahu, apakah pelayanan pemerhati itu termasuk pelayanan yang popular atau tidak. Seperti doa, pelayanan ini tergolong pelayanan senyap (ini menurut saya lho, boleh dikoreksi kalau salah), dan kalau saya sedang melayani seseorang yang butuh diperhatikan saya mengumpamakan diri saya sebagai pejuang yang bergerak di bawah tanah. Bekerja dengan rela tanpa ada satu orangpun yang tahu. Bahkan bekerja dengan rela, jika ketika saya butuh perhatian tidak ada satu pun yang mau memberikan nya bagi saya (kecuali TUHAN)

Gereja belakangan ini (masih menurut pengamatan saya) disibukkan dengan program-program penjaringan atau penjalaan jiwa-jiwa baru. Ini tidak salah, karena sebagai pengikut Kristus sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi amanat AgungNYA (Matius 28 : 19). Tapi di sisi lain banyak yang mengeluhkan adanya eksodus jemaat ke Gereja yang memiliki karakter kekeluargaan yang lebih hangat.

Kalau boleh, jemaat awam ini ingin sedikit berbicara mencurahkan uneg-uneg yang selama ini hanya tersimpan di dalam kepala.

Menurut saya, pemerhati adalah salah satu tim pelayanan yang penting di Gereja. Mereka membantu Gembala Sidang untuk memperhatikan keadaan jemaat dan membantu sebisanya, jika diperlukan bisa menghimpun pasukan untuk memberikan bantuan.

1. Siapa kah yang harus menjadi pemerhati?
Setahu saya, setiap orang Kristen wajib untuk menjadi pemerhati setidaknya untuk sekelompok jemaat yang dekat dengannya. Entah dekat dalam lokasi atau emosi. Pemerhati haruslah siap memberikan waktu, telinga, hati, bahkan sedikit dari materi yang mereka punyai untuk ikut mempeduli, merawat, dan menolong Jemaat. Bukankah ada tertulis demikian :

Matius 25 : 34-40
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Ada sekelompok orang yang berdalih…itu bukan talentaku. Menurut saya, memperhatikan orang itu tidak butuh talenta khusus, yang dibutuhkan adalah kesediaan untuk mengesampingkan sedikit dari keperluan pribadinya dan bersedia untuk memberikan perhatian kepada orang lain….

2. Siapa yang harus diperhatikan ?
Jemaat sebanyak yang kita bisa perhatikan. Belakangan ini banyak sekali kasus bunuh diri yang dipicu dari beban hidup yang teramat berat, kesendirian, tidak adanya kepedulian sesama, dst dst. Dan saya yakin beban hidup yang terjadi ini tidak hanya menyerang orang-orang non Kristen. Ini juga dialami oleh anak-anakNYA. Alangkah mengerikan jika komunitas (baca : Gereja) yang dikenal sebagai “penyalur KASIH ALLAH” didapati orang-orang yang bunuh diri karena merana sendiri ketika mereka dalam menghadapi beban hidup? Bukankah satu keluarga yang penuh dengan kasih sudah pasti akan tercipta suasana yang hangat, suasana yang menumbuhkan semangat?

Bukankah kita juga harus mulai memperhatikan sekeliling kita, saling mendorong, saling menasihati dengan KASIH?

Ibrani 10 :24; Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Seringkali saya merasa miris jika mendapati keadaan yang ironis. Jika saya harus mendengarkan dengungan dewan rapat yang mengatakan, “ Ayo jarring jiwa sebanyak-banyaknya bagi TUHAN!” tapi di sisi lain, banyak sekali jemaat yang merana karena sepinya perhatian. Di sisi lain, masih banyak jemaat yang latah dan menyadari bahwa perhatian itu harus dari gembala sidang.

Hey…bukankah jiwa-jiwa itu untuk diperhatikan, dirawat, dan dididik supaya menghasilkan buah bagi TUHAN? Kalau focus kita hanya untuk menjaring jiwa dan tidak ada yang mencoba untuk mulai jadi sahabat bagi jemaat, tidak ada yang peduli ketika ada jemaat yang datang dengan muka yang muram, bahkan lebih ironisnya tidak ada yang tau penyebab seorang atau sekeluarga jemaat yang sudah beberapa waktu tidak ikut beribadah. Bukankah Gereja hanya menjadi terminal transit bagi jiwa-jiwa yang haus akan kasih? Jadi rasanya kita tak perlu menjadi sinis ketika jemaat harus pindah ke gereja yang memberikan suasana yang hangat dan penuh kasih.

3. Bagaimana memulai pelayanan ini?
Tuhan tidak meminta kita melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan. DIA juga tidak pernah meminta sesuatu yang tidak kita punya.

  • Kita tidak perlu menjadi orang lain ketika menjadi seorang pemerhati.
    Mulailah dari kesediaan mencari tau kabar orang yang menurut kita butuh mendapatkan perhatian. Bisa melalui telepon ataupun kunjungan langsung.
    Latihlah diri kita untuk bersedia mendengar tapi lambat untuk berbicara atau menghakimi
    Tanamkan dalam diri kita, kita menjadi pemerhati tidak harus menjadi jalan keluar, kita memposisikan diri kita sebagai teman dalam duka atau pergumulan.
    Ambil waktu untuk berdoa bersama teman atau jemaat yang sedang dalam pergumulan
    Jika memungkinkan memberikan pertolongan lebih dari doa…rasanya akan lebih menolong, tapi jika tidak..rasanya kehadiran kita dalam memberikan simpati cukup memberikan kekuatan bagi jemaat yang sedang berbeban berat.

4. Himbauan Untuk Para Hamba Tuhan
Mungkin lebih tepat kalau saya sebut sebagai usulan. Saya sangat menyadari, sebagai jemaat biasa tidak punya pengalaman terlalu banyak dalam bidang pelayanan. Tapi, melihat permasalahan yang terjadi di lapangan, saya ingin mengusulkan sesuatu (semoga bermanfaat) :

  • mulailah menanamkan di hati jemaat untuk mandiri, dalam memberikan perhatian kepada sesama jemaat. Mengingat, banyak sekali jemaat yang kecewa jika dalam persoalan tidak ada kunjungan ataupun perhatian dari Pendetanya. Padahal, Saya pribadi tahu dan mengerti, sebagai seorang hamba Tuhan pasti memiliki seabrek tugas dan tanggung jawab.
    Mulailah menggalakkan semangat untuk saling memperhatikan di antara para jemaat, supaya jangan ada jemaat yang merasa tidak punya teman di Gereja.
    Mulailah untuk meyakinkan bahwa setiap orang diciptakan untuk memberi nilai tambah kepada sesamanya.

Dengan demikian, sie pemerhati akan berkembang dengan cepat untuk membantu Tugas para gembala sidang dalam memperhatikan domba-dombanya.

Ini sekedar usulan, dengan segala hormat dan kerendahan hati, saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam pemikiran dan pemilihan kata dalam tulisan saya kali ini.

Melalui blog ini saya sangat mengharapkan feed back, baik berupa kritikan, caci maki, heheheee…asalkan dengan kasih…supaya saya pun boleh belajar untuk mengembangkan diri di dalam Tuhan.

Dari : Sekolah Senyap,
Kurikulum Kasih dan Perhatian
07/08/07, Menara Imperium Lt. 18
Terima kasih kepada :
Para Gembala Kecil yang memberikan suri tauladan yang indah
Pdt. Yohanes (Gembala sidang GPdI Ngunut - Jawa Timur) - Yang dipakaiNYA untuk membidani kelahiran baru saya
Pdt. Jantje Paoky (Gembala sidan GPdI Polonia - Jakarta) - Yang "merawat" dan "membesarkan" saya dengan penuh kasih
Para Guru Sekolah Minggu yang dulu dengan setia menarik-narik saya untuk rajin sekolah minggu, kesetiaan kalian tidak pernah sia-sia
teristimewa kepada GEMBALA AKBAR, yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk saya, bahkan ketika saya tidak bisa memberikan apa-apa kepadaNYA

Tidak ada komentar: