Jumat, 15 Agustus 2008

Menaruh Bara di atas Kepala

Hubungan saya dengan seseorang sedang tidak baik. Hal ini dikarenakan karena fitnah dan kesalahpahaman. Saya pribadi sudah mencoba menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya kepadanya. Saya juga sempat meminta maaf kalau ada hal yang secara tidak sengaja sudah membuatnya marah besar dengan saya.

Merasa sudah menjalankan kewajiban saya yaitu menjelaskan yang sebenar-benarnya dan meminta maaf, saya pikir hubungan kami sudah membaik. Ternyata tidak..dia tetap saja murka..berseteru dengan saya..SEDIH? sudah pasti. Tapi saya mencoba mengambil sikap untuk tidak menjadikan dia seteru saya (walaupun saya tetap dijadikan seterunya) Tetap menyapanya walaupun tidak mendapatkan jawaban. Tetap santai dan penuh damai kalau mau lewat di depannya walaupun dia harus tergesa-gesa meninggalkan tempat duduknya jika saya lewat. Semula saya sedih, dan ingin membalas untuk membangun benteng..tapi saya teringat beberapa ayat di bawah ini

Roma 12 : 17 -19
17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! 18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! 19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.

Niat untuk membalas mendiamkan pun saya urungkan. Saya tetap menyapanya walaupun tanpa balasan itu semula menyakitkan hati. Kelakuannya pun tak berubah, masih suka ngacir kalau melihat saya, diam-diam saya berpikir..apa gak capek yaa tiap liat saya dia harus ubah posisi enaknya ke posisi lain alias mesti pindah ke lain tempat? Apa gak capek ya..tiap kali melihat saya harus menghindar..padahal saya damai-damai saja tidak memusuhinya? Tak ada rasa takut dalam hati saya ketika menemuinya, meskipun saya di posisi yang difitnah..lho kenapa dia yang selalu lari terbirit-birit menghindari saya? Kalaupun ini dia lakukan karena rasa bencinya..apakah ini tidak berarti menghilangkan kenikmatan hidupnya karena harus menghindari saya terus menerus?
ehm...inikah bara di atas kepala itu?

Roma 12 : 20-21
20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!


Duh, dalam hati saya kasihan dengan ketidaknyamanan yang dia buat sendiri. Diam-diam dalam hati saya ingin mendekatinya dan berbicara lebih dari hati ke hati. Supaya bara di atas kepalanya segera padam. Diam-diam dalam hati saya berdoa :

Tuhan, sekiranya Engkau ingin membalaskann perbuatannya...bolehkah aku memilihkan jenis pembalasannya?
Kalau boleh, aku ingin sekali Engkau membalas dengan cara mendamaikan aku dengannya, menyertai aku ketika aku berbicara dengannya sehingga kerinduanku untuk berbaikan dengannya bisa terealisasi. Jamah hatinya, supaya dia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Lembutkan hatinya, supaya dia mau berdamai denganku. Pembalasan dengan jenis ini lebih memuaskan hatiku ketimbang ENGKAU membalas dengan murkaMU yang bisa saja mencelakainya. Dengarkan doaku ya Allah yang Maha Rahimi. AMIN

--------------------------------------------------------------
When i miss your sweet smile my "daugter"
Open your heart to give me appologize
Open your eyes to look the true
--------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar: