Sabtu, 07 Maret 2015

Lidah - Lidah Setan Dalam Rumah Ibadah



Untuk kalangan sendiri

Sore yang cukup sendu :) saya sedang dalam pemulihan karena sakit beberapa hari yang lalu, sangat terhibur dengan kedatangan teman-teman yang membezuk. Salah seorang teman terlihat mendung sore itu. Biasanya dia yang mencairkan suasana dengan celetukan-celetukan yang ringan cerita-cerita seru bahkan konyol. Aku beranikan diri bertanya tentang kabarnya, awalnya dia mencoba berkelit dan mengatakan semua baik-baik saja. Aku hanya tersenyum sembari berbisik mengingatkan bahwa kami satu perguruan rasanya tidak berlebihan kalau aku bisa membaca sedikit sorot matanya. 

Perlahan dia mencurahkan isi hatinya. Dia terpukul karena dia difitnah oleh sesama pelayan di Gereja. Akibat dari fitnah itu dia harus bergumul melawan rasa tidak nyaman ketika melihat orang menatapnya dengan tatapan menuduh atau bahkan menyindir dengan nyinyir. Akar dari fitnah sebenarnya karena iri atas kemampuannya melayani di mimbar. Akar dari kejahatan yang dia terima sebenarnya karena banyaknya orang yang ingin tampil unjuk kebisaan. menyedihkan ya?

Akhir zaman , pelayanan menjadi ajang show bagi orang-orang yang merasa bisa dan mampu. Mimbar menjadi panggung tampilnya orang-orang yang merasa punya bakat. Akhir zaman...banyak orang melupakan bahwa pelayanan yang diingini Tuhan adalah membasuh kaki. Artinya : pelayanan yang sungguh-sungguh dilakukan dengan hati yang rendah di hadapan Tuhan. Bukan karena merasa mampu, bukan karena merasa berbakat, bukan pula karena merasa hebat. Pelayanan yang sesungguhnya haruslah dilakukan dengan kesadaran bahwa apa yang ada pada kita adalah dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan saja.

Semoga kita tidak terjebak dalam ambisi pelayanan yang keliru. Sangat menyedihkan ketika kita mendapati kenyataan bahwa demi sebuah jabatan pelayanan ada orang yang sikut kiri kanan dan mengorbankan kehidupan orang lain. Bukankah kita harusnya seperti ini (I Kor 1 : 10) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Adanya kesadaran bahwa masing-masing orang ada untuk saling melengkapi dan menyempurnakan, maka kita akan dijauhkan dari rasa iri dan ingin menjadi orang lain.

Pelayanan seharusnya bukan untuk ambisi pribadi tetapi untuk perbaikan dan keterlibatan diri dalam membangun manusia yang seutuhnya.

Banyak orang yang merasa dia fasih lidah dalam mengajar, lalu mengajar semau-maunya melupakan pakem yang seharusnya. Banyak orang yang merasa diri sudah menjadi penopang pelayanan lalu hidup semaunya semena-mena terhadap rekan sepelayanannya. Lupa bahwa sesungguhnya yang dituntut Tuhan dari kita adalah hidup mengikut jejak Kristus.

Apakah benar kita Pengikut Kristus? Jika iya...jejak kaki siapa yang saat ini kita ikuti? Apakah Kristus senang membuka Aib Orang? Apakah Kristus menegur dengan cara mempermalukan? Apakah Kristus senang membunuh orang?

Weeeitss..tunggu Ris..membunuh? No way..tangan gue bersih dari darah..bahkan dari darah binatang sekalipun. Ya...mungkin saja tidak ada darah yang tercurah dan tidak ada nyawa yang melayang. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa kita bisa mematikan orang yang hidup. Kelihatannya saja hidup tapi sesungguhnya teman kita mati karena perkataan kita. mati motivasinya, mati kreativitasnya, mati sukacitanya, mati pula damai sejahteranya.
-----------
Lidah....alangkah besar kekuatan yang dimiliki anggota badan yang kecil ini. Bisa menghancurkan hati yang lembut bahkan bisa membangkitkan peperangan antar bangsa. Melalui lidah seseorang bisa memuliakan Tuhan, dan melalui lidah yang sama dia bisa menghujat Allah. Lidah... memiliki kuasa untuk membunuh orang dalam hidupnya. Seperti tertulis dalam Yakobus 3 : 5-6 menjelaskan meskipun lidah adalah anggota kecil dari tubuh namun dapat memegahkan perkara besar, bahkan jelas dikatakan dalam ayat 6 b : ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh..dst..
 
Banyak orang memilih untuk memanjakan lidahnya. Gemar mengatakan kata-kata yang sedap didengar namun membunuh pada akhirnya. Banyak juga yang senang menjadi lidah sambung yang menambah-nambahi cerita yang belum tentu benar. Tidakkah kita berpikir bahwa di balik orang yang kita bicarakan ada keluarga..ada pekerjaan..ada anak-anak dan mereka semua itu mempunyai PERASAAN? Pernahkah kita berpikir apa yang kira-kira kita rasakan jika kita pada posisi itu?

Dalam suatu perumpamaan akhir zaman Tuhan Yesus pernah mengungkapkan kisah tentang hamba-hamba yang setia dan hamba yang jahat. Hamba yang setia dialah yang terus mengerjakan tanggungjawabnya sekalipun tidak ada Tuannya. Sedangkan hamba yang jahat malah memukuli sesama hambanya karena berpikir toh Tuannya tidak datang-datang maka dia menggunakan kuasa yang diberikan untuk semena-mena dengan sesama hamba. (Lukas 12 : 44 – 48)

Ada banyak orang merasa sudah melayani Tuhan dengan menjadi pelayanan mimbar, dengan menyumbang rumah Ibadah, dengan aktiv bergentayangan di satu aktivitas rohani ke aktivitas rohani yang lainnya, namun di saat yang lain dia juga aktiv gentayangan di antara para gosiper menyebarkan kabar tidak sedap menyebarkan kabar yang belum tentu benar.

Gosip itu seperti MSG...sedap sih..tapi...tetap saja menimbulkan penyakit. Tuhan memberi kita kemampuan untuk berkata-kata yang membangun, bukan meruntuhkan. Tuhan ingin tangan kita semakin kuat untuk mendukung yang lemah dan bukan mendorongnya hingga terjerembab. Tuhan ingin kita waspada terhadap apapun yang ingin kita ucapkan dan kita lakukan.

Aaah..santai saja lah...selama masih banyak kebaikan yang kita lakukan maka hal tersebut tidak akan membangkitkan murka Allah. Benar begitu?

Mari kita baca dan renungkan penggalan ayat berikut ini :
Matius 7 : 22 – 23 : Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata : Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Tak peduli seberapa hebat kita di atas mimbar. Tak peduli berapa banyak mukjizat yang terjadi saat pelayanan kita. Jika kita memiliki karakter yang jahat di mata Tuhan. DIA tidak akan segan memuntahkan kita dan berkata bahwa DIA tidak mengenal kita. mari kita berhati-hati dalam tutur kata kita dalam pemikiran kita dalam setiap perbuatan kita. Agar keberadaan kita benar-benar bermanfaat bagi orang lain : membangun bukan meruntuhkan, menanam bukan mencabut, memelihara bukan membunuh.

Yesus hidup agar kita hidup dan hidup dalam kelimpahan. Jika kita mengaku bahwa kita pengikut Kristus mari berhati-hati dalam melangkah, berkata, berbuat. Pastikan hidup kita benar-benar menjadi berkat. Bukan menjadi bisa yang mematikan, tapi menjadi vitamin yang menyuburkan.
Tuhan mengasihi kita...hendaklah kita saling mengasihi. (RE)


Tidak ada komentar: