Suatu pagi,
aku terpaksa uring-uringan karena Asisten Rumah Tangga melaporkan bahwa anakku
tidak belajar kemarin sore. Padahal pagi itu Si Sulung, Farrel harus
mengerjakan ulangan harian di sekolahnya. Sepagi itu sudah ribut antara Anakku
dan Pembantuku. Anakku mengatakan dengan yakin bahwa dia belajar, sementara
Pembantuku tetap mengatakan bahwa dia hanya mengerjakan PR lalu menghabiskan
waktu untuk bermain. Praktis membuatku sedikit mengomel pagi itu.
Ketika
Farrel mandi, aku segera masuk ke kamar untuk menenangkan diri. Bagaimanapun
aku tidak ingin membekali Farrel dengan mood yang berantakan. Lebih baik
berdamai sebelum kami melakukan aktivitas masing-masing. Ada rasa sedih dan
frustasi ketika aku tidak mampu menghandle
semuanya. Di satu sisi aku sebagai single
parent harus mencari nafkah namun ada sisi lain yang tidak kalah penting
yaitu mendampingi anak-anak belajar.
Joshua anak keduaku masuk dan menepuk pundakku seraya
berkata,”Mengapa mama marah? Kakak benar-benar belajar kok Ma. Kemarin yang
banyak bermain itu aku. Karena PR ku sudah selesai semua. Mengapa mama percaya
kepada si Mbak? Padahal Mbak kemarin seharian di kamarnya. Dia hanya keluar
saat menyediakan makan dan air untuk mandi.”
Aku menatap mata Joshua. Sorot matanya jujur dia tidak sedang
berusaha membela kakaknya. Dia tersenyum sembari meraih leherku lalu berkata,”Tanya
aku dulu sebelum marah-marah, Mama Cantik. Karena Mbak banyak diam di kamar
daripada di luar.”
Ku balas pelukan Joshua sembari mengucapkan terima kasih
sudah meluruskan berita dan di hadapan kedua anak itu aku meminta maaf atas
ketergesaanku menghakimi Farrel. Terlepas dari hal-hal buruk tentang asisten
Rumah Tanggaku, aku belajar satu hal yang sering aku ulas dan renungkan atas ayat yang berkata, ” Hai saudara-saudara yang
kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan
juga lambat untuk marah” (Yakobus 1 : 10) – RE,
catatan pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar