Untuk kalangan sendiri
Sore yang cukup
sendu :) saya sedang dalam pemulihan karena sakit beberapa hari yang lalu, sangat terhibur dengan kedatangan teman-teman yang membezuk. Salah seorang teman terlihat
mendung sore itu. Biasanya dia yang mencairkan suasana dengan
celetukan-celetukan yang ringan cerita-cerita seru bahkan konyol. Aku beranikan
diri bertanya tentang kabarnya, awalnya dia mencoba berkelit dan mengatakan
semua baik-baik saja. Aku hanya tersenyum sembari berbisik mengingatkan bahwa
kami satu perguruan rasanya tidak berlebihan kalau aku bisa membaca sedikit
sorot matanya.
Perlahan dia
mencurahkan isi hatinya. Dia terpukul karena dia difitnah oleh sesama pelayan
di Gereja. Akibat dari fitnah itu dia harus bergumul melawan rasa tidak nyaman
ketika melihat orang menatapnya dengan tatapan menuduh atau bahkan menyindir
dengan nyinyir. Akar dari fitnah sebenarnya karena iri atas kemampuannya
melayani di mimbar. Akar dari kejahatan yang dia terima sebenarnya karena
banyaknya orang yang ingin tampil unjuk kebisaan. menyedihkan ya?
Akhir zaman , pelayanan
menjadi ajang show bagi orang-orang yang merasa bisa dan mampu. Mimbar menjadi
panggung tampilnya orang-orang yang merasa punya bakat. Akhir zaman...banyak orang
melupakan bahwa pelayanan yang diingini Tuhan adalah membasuh kaki. Artinya :
pelayanan yang sungguh-sungguh dilakukan dengan hati yang rendah di hadapan
Tuhan. Bukan karena merasa mampu, bukan karena merasa berbakat, bukan pula
karena merasa hebat. Pelayanan yang sesungguhnya haruslah dilakukan dengan
kesadaran bahwa apa yang ada pada kita adalah dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk
Tuhan saja.
Semoga kita tidak
terjebak dalam ambisi pelayanan yang keliru. Sangat menyedihkan ketika kita
mendapati kenyataan bahwa demi sebuah jabatan pelayanan ada orang yang sikut
kiri kanan dan mengorbankan kehidupan orang lain. Bukankah kita harusnya
seperti ini (I Kor 1 : 10) Tetapi aku menasihatkan kamu,
saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata
dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat
bersatu dan sehati sepikir.
Adanya kesadaran bahwa masing-masing orang ada untuk saling melengkapi dan
menyempurnakan, maka kita akan dijauhkan dari rasa iri dan ingin menjadi orang
lain.
Pelayanan
seharusnya bukan untuk ambisi pribadi tetapi untuk perbaikan dan keterlibatan
diri dalam membangun manusia yang seutuhnya.
Banyak orang yang
merasa dia fasih lidah dalam mengajar, lalu mengajar semau-maunya melupakan
pakem yang seharusnya. Banyak orang yang merasa diri sudah menjadi penopang
pelayanan lalu hidup semaunya semena-mena terhadap rekan sepelayanannya. Lupa
bahwa sesungguhnya yang dituntut Tuhan dari kita adalah hidup mengikut jejak
Kristus.
Apakah benar kita
Pengikut Kristus? Jika iya...jejak kaki siapa yang saat ini kita ikuti? Apakah
Kristus senang membuka Aib Orang? Apakah Kristus menegur dengan cara
mempermalukan? Apakah Kristus senang membunuh orang?
Weeeitss..tunggu Ris..membunuh? No way..tangan gue bersih dari darah..bahkan dari darah binatang
sekalipun. Ya...mungkin saja tidak ada darah yang tercurah dan tidak ada nyawa
yang melayang. Tapi pernahkah kita berpikir bahwa kita bisa mematikan orang
yang hidup. Kelihatannya saja hidup tapi sesungguhnya teman kita mati karena
perkataan kita. mati motivasinya, mati kreativitasnya, mati sukacitanya, mati
pula damai sejahteranya.
-----------
Lidah....alangkah besar kekuatan yang dimiliki anggota badan yang kecil ini.
Bisa menghancurkan hati yang lembut bahkan bisa membangkitkan peperangan antar
bangsa. Melalui lidah seseorang bisa memuliakan Tuhan, dan melalui lidah yang
sama dia bisa menghujat Allah. Lidah... memiliki kuasa untuk membunuh orang
dalam hidupnya. Seperti tertulis dalam Yakobus
3 : 5-6 menjelaskan meskipun lidah adalah anggota kecil dari tubuh namun
dapat memegahkan perkara besar, bahkan jelas dikatakan dalam ayat
6 b : ia merupakan suatu dunia
kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai
sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh..dst..
Banyak orang
memilih untuk memanjakan lidahnya. Gemar mengatakan kata-kata yang sedap
didengar namun membunuh pada akhirnya. Banyak juga yang senang menjadi lidah
sambung yang menambah-nambahi cerita yang belum tentu benar. Tidakkah kita
berpikir bahwa di balik orang yang kita bicarakan ada keluarga..ada
pekerjaan..ada anak-anak dan mereka semua itu mempunyai PERASAAN? Pernahkah
kita berpikir apa yang kira-kira kita rasakan jika kita pada posisi itu?
Dalam suatu
perumpamaan akhir zaman Tuhan Yesus pernah mengungkapkan kisah tentang
hamba-hamba yang setia dan hamba yang jahat. Hamba yang setia dialah yang terus
mengerjakan tanggungjawabnya sekalipun tidak ada Tuannya. Sedangkan hamba yang
jahat malah memukuli sesama hambanya karena berpikir toh Tuannya tidak
datang-datang maka dia menggunakan kuasa yang diberikan untuk semena-mena
dengan sesama hamba. (Lukas 12 : 44 –
48)
Ada banyak orang
merasa sudah melayani Tuhan dengan menjadi pelayanan mimbar, dengan menyumbang
rumah Ibadah, dengan aktiv bergentayangan di satu aktivitas rohani ke aktivitas
rohani yang lainnya, namun di saat yang lain dia juga aktiv
gentayangan di antara para gosiper menyebarkan kabar tidak sedap menyebarkan
kabar yang belum tentu benar.
Gosip itu seperti
MSG...sedap sih..tapi...tetap saja menimbulkan penyakit. Tuhan memberi kita
kemampuan untuk berkata-kata yang membangun, bukan meruntuhkan. Tuhan ingin
tangan kita semakin kuat untuk mendukung yang lemah dan bukan mendorongnya
hingga terjerembab. Tuhan ingin kita waspada terhadap apapun yang ingin kita
ucapkan dan kita lakukan.
Aaah..santai saja
lah...selama masih banyak kebaikan yang kita lakukan maka hal tersebut tidak
akan membangkitkan murka Allah. Benar begitu?
Mari kita baca dan
renungkan penggalan ayat berikut ini :
Matius 7 : 22 – 23 : Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?
(23) Pada waktu itulah Aku
akan berterus terang kepada mereka dan berkata : Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Tak peduli seberapa
hebat kita di atas mimbar. Tak peduli berapa banyak mukjizat yang terjadi saat
pelayanan kita. Jika kita memiliki karakter yang jahat di mata Tuhan. DIA tidak
akan segan memuntahkan kita dan berkata bahwa DIA tidak mengenal kita. mari
kita berhati-hati dalam tutur kata kita dalam pemikiran kita dalam setiap
perbuatan kita. Agar keberadaan kita benar-benar bermanfaat bagi orang lain :
membangun bukan meruntuhkan, menanam bukan mencabut, memelihara bukan membunuh.
Yesus hidup agar
kita hidup dan hidup dalam kelimpahan. Jika kita mengaku bahwa kita pengikut
Kristus mari berhati-hati dalam melangkah, berkata, berbuat. Pastikan hidup
kita benar-benar menjadi berkat. Bukan menjadi bisa yang mematikan, tapi
menjadi vitamin yang menyuburkan.
Tuhan mengasihi
kita...hendaklah kita saling mengasihi. (RE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar