Sabtu, 09 Juli 2011

Ratu Pertiwi dan Satrio Piningit

Oleh : Riris

Ratu Pertiwi sedang gundah gulana. Matanya sembab, gelungan rambut hitamnya terurai tak beraturan. Kiaranya tampak kusam lama tergeletak di sudut peraduannya. Hatinya sangat perih, putera semata wayangnya sedang sakit keras.

Putera Ratu Pertiwi, bernama Pangeran Persada. Seorang Pangeran gagah perkasa dan bergelimang keelokan. Kharismanya termasyur hingga ujung-ujung dunia, Pesonanya adalah syair para Pujangga, keelokan parasnya adalah lagu para biduan. Tegap langkahnya adalah simfoni yang harmonis para pemusik. Puji-pujian yang indah baginya.

Pangeran Persada ini memiliki keistimewaan. Pada waktu-waktu tertentu dia bisa berganti kepala. Kepala-kepala yang bergantian di tubuhnya tak membuatnya dilupakan orang. Namun sayang, belakangan ini ketika berganti kepala baru, tubuhnya berontak melawan.

Bulu-bulu kakinya meronta-ronta bersekongkol melakukan perlawanan. Masing-masing hendak beranjak dari tempatnya tumbuh dan tertanam. Itu belum seberapa. Sekarang tangan dan kakinya berebut ingin menjadi kepala. Sehingga kaki menendang-nendang kepalanya tanpa henti, tangan menampar kepalanya terus menerus. Pangeran Persada tak sanggup mengendalikan tubuhnya sendiri.

Pertengkaran anggota tubuh sang Pangeran Persada makin menggila. Entah bagaimana awalnya, semua anggota tubuhnya kini bermulut juga bersuara lantang. Setiap hari anggota tubuhnya bertengkar hebat. Riuh rendah suaranya kalahkan erangan Pangeran Persada.

Para Tabib di istana tak ada yang sanggup menemukan penyebab sakitnya. Ramuan pusaka yang selama ini mujarab sekalipun tak mampu mengurangi penderitaan Pangeran Persada

Ratu Pertiwi tak kuasa menahan kepedihan, isak tangisnya tak bisa dibendung lagi. Airmatanya terus menerus mengalir. Tiba-tiba saja dia teringat Sahabat-nya. Satrio Piningit namanya.

Satrio Piningit adalah Putera Tunggal Raja Semesta. Dia adalah kesatria yang sakti mandraguna. Ditangannya diletakkan segala kuasa untuk menghidupkan dan mematikan, mengadakan dan meniadakan, merendahkan juga meninggikan. Nama Satrio Piningit ini sudah tersohor di seantero bumi.

Sekalipun memegang kekuasaan tertinggi di atas segala kerajaan, dan pedang keadilan selalu terselip di pinggangnya, kegemaran Satrio Piningit ini adalah menaburkan kedamaian. Mengajarkan pengampunan, juga menyulut cinta kasih di semua tempat.

Senang menjelajah dan berbuat kebaikan. Mencelikkan yang buta, menyembuhkan yang kusta, membuat yang timpang berjalan bahkan melompat. Dimana Satrio Piningit berada, disana tercipta banyak sekali keajaiban.

Maka Ratu Pertiwi mengutus para utusan untuk menjemput sang Satrio Piningit. Dan jawaban yang diberikan adalah,”Tunggu ya?! Masih banyak yang harus kukerjakan di sini. Aku pasti akan berkunjung ke kerajaan Ratu Pertiwi, jika semua urusanku di sini sudah selesai.”

Ratu Pertiwi bersabar menantikan kedatangan Satrio Piningit, sebagai sahabat dia sudah sangat mahfuz dengan kebiasaan Satrio Piningit yang selalu sibuk untuk menolong banyak orang. Ratu Pertiwi percaya Satrio Piningit pasti akan menolongnya.

Keriuhan kembali terdengar dari kamar Pangeran Persada, kini tangan kirinya berusaha memantik api membakar hati sang Pangeran. Sepuluh dayang yang merawatnya kewalahan menahan pemberontakan anggota tubuh Pangeran Persada.

Pesona Pangeran Persada seolah lenyap. Luka-luka ditubuhnya menebarkan bau anyir. Dan keperkasaannya menyusut dalam daging dan tulangnya. Erangan demi erangan keluar dari mulutnya. Suaranya makin pelan tak berdaya.

Ratu Pertiwi tak sanggup menyaksikan penderitaan puteranya. Namun dia tetap bersabar untuk merawat dan mendampinginya. Ratu Pertiwi hanya menjauh dari Pangeran Persada tatkala dia harus menghindari pukulan tak terkendali dari tangan dan kaki Pangeran yang masih juga ingin menggantikan kepala Sang Pangeran.

Dayang-dayang perawat istana banyak yang mengundurkan diri karena tak tahan dengan bau busuk tubuh Pangeran Persada. Kehidupan berkesenianpun terhenti. Tak ada lagu-lagu biduan yang lembut untuk melepaskan lelah dan kepenatan, tak ada musik yang ditabuh halus, tidak jua musik yang riang terdengar. Negeri Ratu Pertiwi senyap seakan tidak berpenghuni. Bau anyir tubuh Pangeran Persada membuat lumpuh semua aktivitas negeri. Seluruh rakyat memilih untuk berdiam diri di rumah. Membiarkan sawah, ladang, juga ternak terlantar.

Kemampuan Pangeran Persada untuk bertahan sudah sampai di titik nadirnya. Kini mulut-mulut di anggota tubuhnya tidak lagi berdaya untuk berteriak, tangan dan kakinya lunglai tak mampu lagi menendang ataupun menampar.

Dalam kesenyapan, sampailah Pangeran Persada pada takdir yang memutuskan untuk kembali ke haribaan Raja Semesta. Sedu sedan Ratu Pertiwi meledak memenuhi negeri, tangisan para dayang yang setia terdengar keras. Jantung kota seakan ikut berhenti bedenyut. Duka menggelayut, bendera perkabunganpun dikibarkan.

Di hari ketiga meninggalnya Pangeran Persada, datanglah rombongan Satrio Piningit di kerajaan Ratu Pertiwi. Melihat bendera perkabungan di seluruh negeri, mengertilah Satrio Piningit bahwa Pangeran Persada sudah tiada.

Maka bergegaslah Satrio Piningit menjumpai Ratu Pertiwi. Ketika dia bersama rombongan sampai di kerajaan, bersegeralah Ratu Pertiwi menemuinya. Tersungkur di kaki Satrio Piningit, melepaskan tangisannya di sana, dan berkata sendu,”Satrio, andaikata waktu itu kamu datang, pastilah dia sembuh. Kini semua sudah terlambat!”

Tidak ada kemarahan dari Ratu Pertiwi, dia menerima takdir Pangeran Persada dengan hati yang ikhlas. Keikhlasan Ratu Pertiwi, juga tangisannya meluluhlantakkan hati Satrio Piningit. Maka mengangislah Putra Tunggal Raja Persada, dengan lembut dibangunkannya Ratu Pertiwi dari sujudnya dan berkata,”Dimanakah kau makamkan dia? Aku mau membangunkannya!”

“Satrio, sudah tiga hari yang lalu dia meninggal, selain banyak luka di dalam jasadnya bukankah dia sudah membusuk dan pasti baunya sangat menyengat?”jawab Ratu Pertiwi

“Percayalah kepadaku, Ratu! Bukankah Ayahanda Raja Semesta sudah memberikan segala kuasa kepadaku? Bukankah dengan kuasa itu Aku sanggup mengadakan dan meniadakan? Menghidupkan dan mematikan bukanlah hal yang sulit bagiku. Bukalah kuburnya!” Perintah Satrio Piningit.

Adapun makam Pangeran Persada terbuat dari Goa Batu, ditutup batu besar untuk menghindari tercemarnya tanah pertiwi dari sakit aneh yang dideritanya. Juga tutup goa yang dari batu untuk menutupi bau busuk dari tubuh Pangeran Persada.

Maka Hulubalang memerintahkan para prajurit untuk mengangkat batu penutup makam itu. Para hadirin menutup hidungnya. Mereka ingin menyaksikan apakah Satrio Piningit mampu membangkitkan Pangeran Persada?

Kesangsian rakyat membuat Satrio Piningit masygul, namun rasa asih dalam hatinya membuat Satrio Piningit tetap melakukan tugasnya. Ketika kubur dibuka, dengan suara yang lantang dan berwibawa Satrio Piningit berkata,”Pangeran Persada, bangunlah!!”

Semesta diam, angin berhenti berhembus, burung-burung menghentikan kicauannya, senyap sejenak semua seakan tersentak mendengar suara yang penuh kuasa itu. Dan......terjadilah keajaiban, tubuh Pangeran Persada yang sudah hancur pulih seketika. Bau anyir dan busuk lenyap, dan Ruh pun datang kembali pada jasad yang sudah dipulihkan. Dengan kaki dan tangan yang masih terikat kain kafan, Pangeran Persada bangkit dari kematiannya.

Sukacita melanda, tempik sorak membahana di seluruh negeri. Kesenian hidup kembali, syair, sajak, lagu, musik, juga kegirangan memenuhi negeri pertiwi. Kembali Ratu Pertiwi bersujud di kaki Satrio Piningit.

“Segala Puji bagi Satrio Piningit, tak ada kata terlambat. Karena segala kuasa sudah berada ditangan Satrio Piningit!!”

Satrio Piningit tersenyum, berlalu dari Negeri Pertiwi, melanjutkan perjalanannya untuk menebar cinta, kedamaian, juga keajaiban di tempat-tempat lainnya.***

Ide cerita : Yohanes 11
Indonesia ini sudah sakit parah, ilmu politik, hukum, ekonomi, juga pengetahuan lain tidak akan pernah mampu menyembuhkannya.
Hukum yang carut marut tidak akan bisa dirapikan dengan peraturan yang lebih keras
Hukuman tidak akan membuat orang jera melakukan kesalahan
Hukum tidak mampu membawa orang insyaf dari kesalahan dan kedurhakaannya
Negeri ini tetap membutuhkan orang-orang pintar dan hukum yang jelas. Namun di atas semua itu negeri ini butuh dilawat oleh TUHAN sendiri. Negeri ini..butuh pendoa-pendoa yang militan.
Karena keinsyafan tidak bisa diciptakan oleh peraturan, keinsyafan datang ketika Tuhan melawat umat-umat-NYA.
Berhentilah mencela pempimpin negeri ini, berhentilah bekomentar seperti orang yang paling bijak.
Mulailah berdoa bagi kesejahteraan negeri yang saat ini kita diami. God Bless You All.

12 komentar:

imelda mengatakan...

hebat! Salut kamu bisa mengarang ceirta seperti ini. Aku suka alur ceritanya, dan memang aku bisa membaca rujukan ayat yang dipakai.

EM

DV mengatakan...

Wah nulis lagi nih yee... ayo ayo yang konsisten...

Nyawa tulisanmu tetap utuh kok, bagus!

Yohanes H S mengatakan...

CIAMIKK , tetap menulis Bu ,jadi saluran berkat lewat karya tulisan anda. JCbu

Ceritaeka mengatakan...

Cerita yang lebih membumi dengan rujukan ayatnya :)

Btw suka mbak dgn kata2 berhentilah mencela seolah yg paling bijak namun mulailah berdoa :D nice

PENG KHENG SUN mengatakan...

Hahaha, sejak awal, cerita ini sudah menampakkan kenakalannya. Keterlaluan juga sih, menyindir sesuatu yang tepat di hidung kita semua dengan sangat kentara. Ah...Bu jangan sekeras itulah menghantamnya, entar ada yang protes lho.
Saya suka sekali membaca cerita tersebut karena sejak awal saya penasaran ingin tahu apa yang ingin dikatakan oleh penulis terhadap si sakit. Karya yang hebat! Hanya itu yang keluar dari mulut saya ketika sudah selesai membacanya.

Andre mengatakan...

Tulisan yang bagus.. Hebat !! Terus berkarya...

willem mengatakan...

whoa....awesome! Praise God! keep writing

Moch. Nachli mengatakan...

Wah bakat sastrawan....! Imaginasi tinggi n alur ceritanya baik. Enak dibaca!

Satria piningit mengatakan...

Wahyu YOHANES 11
Sangkakala Nyanyian puji-pujian para tua-tua
11:15 Lalu terdengarlah suara nyaring di bumi, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Satria Piningit yang diurapi-Nya, dan Satria Piningit akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
11:16 Dan para tua-tua yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah
11:17 sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa,yang ada dan yang sudah ada karena Satria Piningit telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai Raja
11:18 dan semua bangsa telah gembira, dan karuniaMu telah datang dan saat bagi orang hidup untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hambaMu dan orang kudus dan kepada mereka yang cinta kasih akan nama-Mu, yaitu kepada orang kecil dan orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
11:19 Maka terbukalah Rahasia nubuat Suci Allah yang di bumi, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Kitab Suci.

Satria piningit mengatakan...

MAZMUR 2
Raja Yang Diurapi TUHAN
2:1 Mengapa riuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
2:2 Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama mengabdi pada TUHAN dan yang diurapi-Nya:
2:3 "Marilah kita memutuskan belenggu perseteruan dan membuang tali perbedaan dari pada kita!"
2:4 Satria Piningit, yang bersemayam di takhta, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.
2:5 Maka berkatalah TUHAN kepada mereka dalam Alkitab dan mengejutkan mereka dalam kehangatan-Nya:
2:6 "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Indonesia, negeri-Ku yang kudus!"
2:7 TUHAN mau menceritakan tentang ketetapan; TUHAN berkata kepada Satria Piningit: "Anak-Ku Satria Piningit! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.
2:8 Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa Kuberikan kepada Satria Piningit menjadi milik pusaka Satria Piningit, dan ujung bumi menjadi kepunyaan Satria Piningit.
2:9 Engkau akan membina mereka dengan damai, mempersatukan mereka seperti tukang periuk membuat tembikar.
2:10 Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia!
2:11 Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah langkah kaki Satria Piningit dengan gembira,
2:12 supaya Satria Piningit jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!"

Satria piningit mengatakan...

ALKITAB MAZMUR 24
Kedatangan Raja Kemuliaan dalam Bait Allah
24:1 Mazmur Raja Satria Piningit.
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
24:2 Sebab TUHAN lah yang mendasarkan Raja Satria Piningit di atas lautan dan menegakkan Raja Satria Piningit di atas sungai-sungai.
24:3 "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"
24:4 "Orang yang bersih tangan dan murni hati, yang tidak serahkan diri kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
24:6 Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Raja Satria Piningit, yang mencari wajah Raja Satria Piningit-Mu, ya Allah."
24:5 Raja Satria Piningit lah yang menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan.
24:7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
24:8 "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" " Raja Satria Piningit, jaya dan perkasa, perkasa dalam peperangan! "
24:9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
24:10 "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" " Raja semesta alam, Raja Satria Piningit lah Raja Kemuliaan!"

Ki Ageng mengatakan...



"apeparap pangeraning prang
tan pokro anggoning nyandhang
ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang
sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang"
Berjuluk pangeran perang
Berpakaian seadanya tapi bisa menyempurnakan lagi kristen menjadi kristen yang sempurna
orang-orang buddhist sadar inilah yang jutaan tahun kelak akan lahirlagi sebagai Metteya Buddha
Dari sikap takut menjadi berbondong-bondong menunggu perintah perang ratu adil

"tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh
hiya siji iki kang bisa paring pituduh
marang jarwane jangka kalaningsun"
Air brajamusti mengalir kemana-mana ditubuhnya
beginilah jika saya mengutus orang menjalankan ramalan saya

"pendhak Sura nguntapa kumara
kang wus katon nembus dosane
kadhepake ngarsaning sang kuasa
isih timur kaceluk wong tuwa
paringane Gatotkaca sayuta"
tiba suro habis semua dosanya
masih muda tapi seperti sudah tua
hartanya banyak sekali

"nglurug tanpa bala
yen menang tan ngasorake liyan
hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang"
Menyerang orang ramai sendirian saja
Saat menang tidak merendahkan musuhnya
Itulah asuhannya Semar
yang sudah diterpa masalah tapi akhirnya terkenal

___________________________________________

"Ratu adil iku kanjeng Nabi Isa putrane betara indra kang pembayun,
jumeneng ratu pinandhita tunjung putih semune pundak semungsang, kasbut
sultan herucakra. Akedaton ing tengah-tengahing bumi mataram,
kadherekake Sabda Palon lan Naya Genggong." ("Ratu adil itu Nabi
Isa, bernama satria pinandhita satria piningit, berjuluk sultan
herucakra, putranya Yahweh/Odin/Zeus/Indra paling sulung. Tinggal di
yogyakarta saat ini, didampingi Semar dan Narada. 'Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: 'Semua malaikat Yahweh harus menyembah Dia.' - Ibr 1:6 Injil") - Jayabaya

Kelahirankembali Wild Bill Hickock, Jesus (Caesarion/Ptolemy XV), Leonardo da Vinci, Solomon, Karna, Parikshit, Kian Santang, Damarwulan.