Sabtu, 18 Desember 2010

Surat Di hari Yang Keseratus

Dear Jefri,
Menghitung bilangan hari kesendirianku. Kupikir dengan bertambahnya bilangan waktu membuatku dengan mudah menghapus jejakmu. Ternyata salah! Semakin banyak bilangan hari yang kusebutkan, semakin banyak kenangan memunculkanmu dalam mimpi-mimpiku.

Pagi tadi, untuk yang kesekian ratus kali Joshua anak kedua kita menanyakanmu. Aku hanya tersenyum getir menahan pilu. Farrel, kakaknya segera memelukku dan berkata,”Jangan sedih mama! Kan Papa sudah bahagia di Surga bersama Yesus?!” Aku mengangguk mengiyakan.

Pada menit berikutnya kedua anak itu membuka pintu menengadah ke langit dan berseru,”Selamat Pagi Papa…Selamat Pagi Tuhan Yesus!” aku acungkan jempol kepada mereka untuk memberikan apresiasi atas sikap baiknya. Sekuat mungkin ku tahan airmataku.

Aku tidak akan menuntut mereka melupakanmu, sayangku. Karena bagi mereka, kamu adalah Papa terbaik yang mereka punya. Sapaan ramahmu disetiap pagi, membuat mereka ingin selalu menyapamu, juga Yesus. Dan setiap perlakuan manismu sudah membentuk mereka menjadi pribadi yang hangat dan bersahabat.

Mereka sangat mengidolakanmu, sama seperti kamu senantiasa membanggakan mereka kepada setiap orang yang kau temui. Potongan rambut cepakmu, gaya makanmu yang lengkap dengan sendok dan garpu.Juga caramu mencuci motor..mereka ikuti.

Dan aku? Bagiku…kau bukan hanya suami yang baik. Kamu juga guru terbaik yang Tuhan berikan padaku. Darimu aku belajar bahwa menjalani hidup yang rumit ini bisa dengan sembari tertawa. Aku pernah kesal, ketika menurutku kamu terlalu santai menghadapi masalah besar yang waktu itu menyerang kita.

Jawabmu,”Lho..mengapa harus tegang?! Bukannya kita sudah berdoa dan meminta Tuhan menolong kita? Ada banyak cara Tuhan menolong kita, namun ada dua garis besar yang bisa kita percayai. Yang pertama : Tuhan akan memberikan IDE agar kita bisa menemukan jalan keluar ATAU Tuhan langsung memberikan jalan keluar bagi masalah kita!”

Aku tertampar saat itu juga. Aku yang seringkali mengaku pelayan doa tapi tidak bisa mengimani janji Tuhan dengan tenang dikala badai. Aku paham dengan perkataan sederhanamu itu, bahwa ketika kita meminta sesuatu kepada Tuhan, bagian kita adalah percaya bahwa apa yang kita minta pasti dikabulkan dengan cara-Nya.

Itu adalah salah satu pelajaran di antara sekian banyak pelajaran yang Tuhan ajarkan melalui kamu. Pelajaran yang datang dari luar pemikiran biasa. Pelajaran yang membuatku lebih santai dalam menghadapi hidup yang luar biasa sibuk.

Selain menjadi guru doa…kamu juga menjadi guru memasak yang baik bagiku. Tak pernah sekalipun kamu mencela masakanku yang masih jauh dari rasa enak. Kalaupun mengoreksi, kamu mengoreksi dengan lembut tanpa membuatku malu.

Dan kamu…satu-satunya pria setelah bapakku..yang mengatakan aku cantik. Satu-satunya pria yang mencintaiku ketika aku bergaun anggun, dan tetap mengagumiku ketika aku memilih bercelana selutut dan kaus butut.

Ah…aku sudah tak sanggup lagi menceritakan hal2 indah bersamamu. Tulisan ini hanya untuk menyelamatkan kenanganku. Belum semua, sayang….belum…masih banyak…untuk kali ini..cukup sekian dulu. Asal kamu tahu..betapa berharganya engkau bagi kami.

….surat ini aku titipkan kepada Tuhan Yesus. Hanya DIA yang bisa memasukkannya dalam emailmu di sana!! Email di dunia ini tak sanggup menembus server Surga begitu kata-Nya ….

..Mengenang, 100 hari kepergian Jefri Jolly Kolondam..

8 komentar:

r'tom mengatakan...

Dear kak riris, aku sangat kagum dengan ketegaran hati kak riris. cerita-ceritamu sungguh menguatkanku. beruntung ku bisa mengenal kak riris. kak, tetap kuat ya. masakan Ia tega meninggalkan kak riris. Sungguh kak riris sangat dikasihiNya. masakan Ia tega meninggalkan kak riris. adakah permohonan kak riris yang dilalaikanNya. airmataNya hanya untuk orang yang berharga dimataNya.

ikkyu_san mengatakan...

May he rest in peace Ris...
Aku percaya, Jeff bersama Yesus akan menjaga kamu, Farrel dan Joshua selamanya.
Doaku untuk kamu sekeluarga. Kecupkan di dahi Joshua dan Farrel untukku ya. Anak-anak baik yang akan menemanimu terus di kala sedih dan senang.

EM

Unknown mengatakan...

very touching.. i know it's not easy, but stay strong ya kak Riris. May God gives you all the peace and the strength you need. You got your wonderful boys by your side as well. :) God loves you all beyond any man can think and He gives you comfort more than anyone can give. *hugs*

DV mengatakan...

Hmm.. aku sesak baca suratmu...
Aku tak bisa membayangkan seperti apa rasanya ketika setiap tombol keyboard yang kau ketik membentuk surat indah ini.

Tetap kuat dan semangat, Ris! Tuhan ada untuk menjaga kita!

kikis mengatakan...

Terlalu indah untuk dikenangkan
Terlalu sulit untuk dilupakan....


Kenangan itu lah yang membuat kita tetap semangat menjalani hari - hari yang kita lalui....

Tetap semangat !

Anonim mengatakan...

Mbak Ris... terharu biru aku baca surat indah ini...
Semoga kenangan Farrel dan Joshua pada papa mereka akan menjadi kenangan termanis dalam hidup mereka...

Tuhan berkati, Mbak..

Pilar Christi mengatakan...

Hai Ris...

sori berat ya aku terlambat mengikuti perkembangan berita...tidak ada yg bisa kukatakan lagi Ris. Hanya saja aku akan berdoa special utkmu dan utk anak2. Be strong. Jesus will never leave you friend...salam cinta dari Batam.

PENG KHENG SUN mengatakan...

Ris, ini satu-satunya tulisanmu yang aku tidak kuat membacanya sampai habis. Bahkan alinea pertama saja aku tidak sanggup selesaikan walau aku tertarik sekali dengan judulnya. Moga di lain kesempatan aku ada kekuatan untuk mencoba membacanya. Maaf, komentar ini saya tulis walau aku tidak membaca tuntas tulisanmu.