Rabu, 25 November 2009

Sayaaang, Mamaa !!

Sabtu sore yang digelayuti mendung, kami dengan formasi lengkap bercengkerama di kamar tidur. Tingkah polah dan celoteh anak-anak membuat kami sering terbahak-bahak. Hal yang seringkali membuat suami saya cemburu adalah jika anak-anak sedang berebutan untuk memeluk saya sampai berkelahi, sementara memilih untuk menyueki (halah) mengabaikan papanya.

“Farrel, kamu sayang Mama tidak?” tanya suami saya menginterupsi keasyikan Farrel (si Sulung) yang tengah mengacak-acak flashcard nya

“Enggak !” jawab Farrel dengan gaya cadelnya

Suami saya langsung terbahak-bahak dan berseru,”Wah, mamamu bisa patah hati tuh cintanya tak kau balas!”

Berhubung lelah mengamankan si Bungsu, Joshua yang tidak bisa diam saya hanya tersenyum terus duduk leyeh-leyeh (duduk setengah rebahan). Entah Farrel yang baru dua tahun itu menyadari bahwa jawabannya bisa saja melukai perasaan saya atau hanya suatu kebetulan dia menatap saya sambil tersenyum, lalu duduk di atas pangkuan saya dan memeluk erat. Saya membalasnya dengan usapan lembut di punggungnya…dia lalu mengangkat wajahnya menatap tepat ke mata saya. Kedua tangan mungilnya membelai lembut pipi saya sambil berkata,”Sayaaang mamaa! Muaaahh!” Lalu dia memeluk saya lagi lebih erat dari sebelumnya, saya pun membalas,”Mama juga sayang Farrel !”

Sekali lagi dia menepuk pipi saya, mengerling nakal dan memberikan kecupan kilat..Muaach..dan kembali meneruskan bermainnya.

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Farrel memang masih terbatas. Bahkan kadang-kadang saya perlu waktu untuk menterjemahkan bahasa bayinya. Tapi pelukan dan kecupan nya mewakili banyak kata yang belum bisa dia ungkapkan dengan jelas. Bahkan kalau boleh jujur, getaran cintanya terus terbawa kemana pun saya pergi.

Betapa perbuatan dan sikap nyata jauh bermakna daripada kata-kata. Di sekeliling kita, banyak yang terbuai kata cinta hingga buta melihat suatu kenyataan yang sebaliknya. Banyak pula yang akhirnya menyadari ketika semuanya terlambat dan ada harga yang terlalu mahal untuk menebusnya.

Bagaimana dengan kita? Apakah perbuatan kita relevan dengan apa yang kita ucapkan? Ataukah jauh bumi dengan langit?

Apakah kita adalah orang yang membiarkan pasangan kita kesepian karena lebih asyik mengurusi hobi kita.. padahal mungkin di menit yang baru saja berlalu, kita mengucapkan,”I Love You?”

Apakah kita adalah orang yang gemar mengecewakan pasangan kita karena mengingkari janji, namun di saat yang sama mengucapkan betapa kita setia kepadanya?

Apakah kita orangtua yang gemar membohongi anak-anak kita, namun di saat yang sama mengajari mereka untuk jujur dan terbuka?..hati-hati, kejernihan hati dan kepolosan mereka tetap bisa menangkap ketidakjujuran kita lho

Apakah kita orangtua yang selalu menghimbau anak-anak untuk rajin beribadah, sementara kita sendiri enggan untuk melakukannya?

Masih banyak hal bertolak belakang yang tak mudah disebutkan satu per satu di sini, namun saya yakin…kita sudah sama-sama dewasa untuk bisa menelaahnya, bukan? Bahwa kita dituntut bukan hanya handal berbicara tapi tak mampu berbuat dengan baik. Karena perbuatan kita adalah bukti dari pengertian yang kita ucapkan.

^^^
Duh, sakit dua hari membuatku tak mampu merangkai kata-kata dengan baik, mudah-mudahan bisa ditangkap maknanya, ya?

Jakarta, 23 November 2009

^^^

10 komentar:

DV mengatakan...

Dalam ramuan singkatnya, hal itu disebut NATO = No Action, Talk Only..

Wah, aku mesi banyak belajar dari kamu soal anak nih.:)

nh18 mengatakan...

Yup ...
I think saya bisa menangkap maknanya ...

Dan Mbak Riris benar ...

Sikap - Perbuatan itu lebih penting dari sekedar perkataan ...

Namun jika ingin lebih baik lagi ... maka
Sikap - Perbuatan - Perkataan itu semua hendaknya satu paket ...
harus dilakukan dan harus sejalan ...

Salam saya

Riris Ernaeni mengatakan...

@ DV : belajar tentang anak? Hehehe..aku jg masih perlu banyak belajar, Don!!

@ Om Trainner : Syukurlah Om, kalau bisa ditangkap. Benar, seyogyanya satu paket antara sikap, perbuatan, dan perkataan. Jadi tidak munafik, ya Om?

Anonim mengatakan...

Hmmm... kebijaksanaan terkadang muncul justru diwaktu seseorang sedang sakit, seperti dirimu, Mbak... Anyway, saya rasa saya menangkap maksudnya kok. Kita sebagai orang tua, pasangan bahkan sebagai umat manusia harus selalu konsisten antara perkataan dan perbuatan, ya kan?

Btw, anak kita keliatannya seumuran yah? My boy keeps talking al the time, which always make us lauhg out loud... :-D

Riris Ernaeni mengatakan...

@Anderson : terima kasih sudah dibilang bijak :D.
Iya, anak kita seumuran dan sama-sama lagi lucu-lucunya ya?

heheh..spirit di pagi hari penghapus letih di malam hari kalau melihat mereka ceria, sehat, dan kadang manja.

Anonim mengatakan...

Aku belajar banyak dari tulisanmu ini Mbak...
aku jadi ingat papa-mamaku, mereka nggak terlalu cerewet melarang ini itu, atau menasehati bla..bla..bla...
Mereka memberi contoh langsung. rutin ke gereja, tepa selira dengan tetangga dan masih banyak lagi, Mbak...nggak mungkin kusebutin di sini, ntar malah jadi postingan baru di sini hehehe...
kelak, kalau aku punya anak, aku akan meniru mereka...

Riris Ernaeni mengatakan...

@ Nana : betul, Na. Teladan itu jauh lebih memiliki kekuatan daripada ratusan nasihat (yg mungkin malah bikin pengeng kuping)

Fredy mengatakan...

Benar juga, teladan itu sangat penting bagianak-anak.
Seperti kata Firman Tuhan : " Jadilah surat terbuka ..... "

Shalom ! kiranya sehat-sehat selalu, YBU !

Femikhirana mengatakan...

hehehe berarti ntar kita bikin seminar parenting bareng aja Ris hahaha

Riris Ernaeni mengatakan...

@ Femi : lho? Kok? Hahaha...Okey okey..nanti kita atur..(mimpi mode on)