Kamis, 15 Oktober 2009

IKAN ASIN

Sebelum menikah, saya bukanlah penggemar ikan. Meskipun mengetahui kandungan gizi dan manfaatnya yang begitu bagus untuk kesehatan, saya tetap saja tidak mau menyantapnya. Alasannya? Karena enggan ketulangan, maka biasanya jika ‘terpaksa’ menyantap ikan saya menggunakan tangan kosong alias nyeker, dan bagi saya ini sangat merepotkan.

Setelah menikah, ikan menjadi santapan hari-hari keluarga kami. Pasalnya suami berasal dari Manado, dan terbiasa menyajikan menu ikan dalam hariannya. Mau tidak mau saya melakukan koreksi selera, bahkan mulai belajar mengolahnya. Ikan yang saya sukai adalah ikan Tuna, selain tanpa duri, rasanya seperti daging sapi.

Untuk urusan memasak ikan – ikan itu, saya banyak belajar dari suami yang lebih piawai memasak masakan Manado. Mulai dari persiapannya untuk menghilangkan bau amis, hingga cara pengolahannya supaya tidak hancur ataupun terlalu mentah.

Ada kejadian yang cukup membuat pipi saya memerah ketika belajar memasak ikan laut. Sewaktu makanan sudah tersaji di meja dan suami menjadi jurinya, alisnya sempat mengerut, terus dia bertanya,”Gak pakai garem ya? Kok hambar?”

“Loh? Emang harus pakai garam? Bukannya semua ikan laut itu asin?” Jawab saya

“Kok bisa kamu berpendapat kalau semua ikan laut itu asin?” tanya suami

Dan saya pun menjawab dengan PeDe nya..”Lha, kan air laut itu asin, makanya semua yang dari laut pasti asin!”

Dan….meledaklah tawa suamiku waktu itu. Yah, saya baru tau kalau tidak semua ikan laut otomatis menjadi ikan asin. Hanya ikan laut yang melalui proses penggaraman sajalah yang menjadi ikan asin.

Ya .. ya.. pada akhirnya saya tahu, bahwa ternyata tidak semua telah saya ketahui..hehehe…
Seperti ikan laut yang tidak otomatis menjadi ikan asin, demikian jugalah manusia tidak bisa otomatis mengalami perubahan. Entah perubahan ke arah yang lebih baik ataupun ke arah yang lebih buruk. Semua tergantung pada pribadi masing-masing, apakah mau terpengaruh atau tidak.

Apakah kita mau menjadi pribadi yang “mati” untuk hal yang buruk atau hal yang baik. Jika kita menyadari bahwa perubahan pribadi itu tidak datang tiba-tiba, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga hati dan pikiran kita dengan penuh kewaspadaan.

Pro 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Sehingga kita bukan menjadi pribadi yang mudah hanyut dan tersesat, tetapi menjadi pribadi yang kuat dan membawa pengaruh yang baik. Bukan menjadi pribadi yang mudah diracuni, tapi pembawa penawar bagi yang keracunan. Bukan menjadi ikan mati yang diasinin, tetapi menjadi garam yang mencegah atau memperlambat proses pembusukan. Bukan orang yang mudah terseret dalam godaan malam, tapi menjadi terang bagi yang sedang tersesat.

Mat 5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Mat 5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Mat 5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

8 komentar:

Domba mengatakan...

oh ternyata ada ikan Tuna rasa daging sapi.. apakah ada daging sapi rasa ikan Tuna bu? Biar adil.. pieace

Q - Kiss mengatakan...

Belajar dari ikan laut dan ikan asin, bahasan yang menarik, jadi terang dan garam dunia, membuat hidup kita lebih berarti.

Anonim mengatakan...

Ternyata, dari hal-hal yang simpel kita bisa belajar banyak hal ya?

Posting yang inspiratif nih, Mbak...memang benar, kalau garam sudah menjadi tawar, dengan apa lagi kita bisa menggarami?
Kalau dikaitkan dengan kehidupan, hidup yang nggak ada asin manis pedes terasa hambar dan monoton. garam dan "garam" itulah yang membuat hidup kita semakin bermakna.

DV mengatakan...

Wah tulisannya dalam, Jeng!
Aku setuju, kita memang harus tetap selalu mau berubah dan mau diubah! Teruslah menggarami dunia!

Nyubi mengatakan...

artikel yang menarik :)

Riris Ernaeni mengatakan...

@Om domba : heheh..adalaah..
@ Mas Kikis : memang itu panggilan hidup kita, kan Mas?
@ Nana : setujuuh
@ DV : terima kasih Donny
@ Nyubi : terima kasih sudah mampir, salam kenal

Femikhirana mengatakan...

Ya ampunnnn wkwkwkwkwk...
Gpp deh, jadi ada pelajaran yang nyangkut kan hehehe

JJ mengatakan...

hahaha...gue ngakak baca tulisan lo yg ini... polos amat kamu Ris... menganggap ikan laut itu asin semua hahaha...
dalam hidup memang kita akan selalu belajar yah Ris... sampe nanti kita menutup mata...
aku juga begitu kok... makin hari banyak belajar hal2 baru...dalam hal rumah tangga, dan juga dalam hal lain-nya...
bagiku, yg penting kita selalu membuka diri dan juga hati untuk bisa menerima "pelajaran baru" tersebut...