Senin, 25 Mei 2009

Mengapa Orang Percaya Menderita?

Disesuaikan dari khotbah Pdt. Martin Harefa,S.Th (GKRI Diaspora-JCC)

Tulisan saya mengenai ,”Apakah Tuhan Benar-Benar Diam” menuai beberapa komentar dan pertanyaan. Baik itu komentar di dalam blog ataupun melalui jalur pribadi (email ataupun sms). PErtanyaannya tentu saja masih seputar mengapakah Tuhan membiarkan orang-orang percaya mengalami penderitaan dalam bidang : keuangan, kesehatan, keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya.

Kita tidak menutup mata bahwa krisis global yang baru-baru ini menyerang bagai angin topan melancarkan serangannya tanpa pandang bulu. Tak peduli apakah dia adalah orang benar, ataukah seorang yang tidak mengenal kebenaran. Sebagai akibatnya, muncullah penderitaan-penderitaan dalam banyak bidang. Yang lebih parah lagi timbulah rasa tawar hati. Perlukah kita tawar hati ketika kepahitan hidup merundung kita? Untuk apakah Tuhan membiarkan kepahitan (baca : penderitaan) itu menimpa kita?

Yohanes 15 : 1-8, ayat ini mengingatkan kita tentang tujuan hidup anak-anak Tuhan. Tujuan hidup kita adalah supaya berbuah bagi Tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan berbuah adalah melakukan perbuatan baik :

Titus 3 : 14 Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.

Efesus 2 : 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

1. Penderitaan yang Menimpa Orang Kristen Yang Belum Berbuah

Ada banyak orang Kristen yang hidup santai tanpa tujuan. Beragama Kristen tapi tidak memancarkan sinar Kristus dalam kehidupan kesehariannya malahan memilih untuk tetap melakukan hal-hal yang tidak diperkenan oleh Tuhan (baca : berdosa). Tidak memiliki kerinduan untuk mengenal Allah dan kebenaranNYA lebih dalam lagi. Kepada orang-orang ini Tuhan melakukan tindakan pendisiplinan. Supaya mereka menyadari makna panggilannya sebagai murid Kristus. Bagi orang-orang seperti ini, penderitaan ibaratnya suatu proses pembersihan benalu (dosa, kebiasaan buruk yang melilit dan mengikat) pada carang-carang anggurNYA.

Apakah Tuhan kejam? Tentu saja tidak, mari kita renungkan ayat ini :

Ibrani 12 : 5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Ibrani 12 : 6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jika Tuhan adalah Bapa, maka sebagai anak kita pasti menerima peringatan ketika kita bersalah. Ketika kita mengabaikan peringatan, maka Tuhan akan menghajar kita dengan kasihNYA, tidak juga cukup dihajar..maka tak segan Tuhan menyesah kita dengan penderitaan yang jauuh lebih berat.

Ketika Tuhan memperingatkan, menghajar dan menyesah kita karena kesalahan kita, bukan untuk membuat kita menderita tapi justru menyelamatkan kita dari murka Allah yang membinasakan kita. Karena Allah itu setia dengan janji NYA dan tidak bisa mengingkari satu pun dari janji-janji dan peraturan yang DIA buat. JIka Tuhan membiarkan kita terus menerus hidup di dalam dosa, maka sesungguhnya TUHAN sedang membiarkan kita memilih jalan kebinasaan. Bukankah Upah dosa adalah maut?

Dan sebaliknya : ketika kita sadar dan bertobat karena peringatan, hajaran, dan sesah yang DIA berikan.. maka selain kita selamat dari maut yang kekal; kita bisa menikmati seluruh janji-janji Allah. Bukankah hanya orang-orang yang hidup benar akan menikmati janji Allah?

Yoh 15 : 7; Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

2. Penderitaan Yang Menimpa Orang Kristen Yang Sudah Berbuah
Tak jarang pula kita mendapati orang-orang Kristen yang sudah hidup saleh mengalami penderitaan. Mereka sudah benar-benar memperhatikan hidup mereka, bahkan t erlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Tapi mengapa masih juga mengalami penderitaan?

Penderitaan yang diizinkan menimpa orang saleh, berguna untuk menguji keimanan dan kesalehannya. JIka dia tahan uji, maka orang -orang ini akan naik ke tingkat yang lebih tinggi.

1Kor 3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
1 Kor 3:14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.

Kenaikan tingkat ini bisa berupa :
- Pengenalan Allah yang semakin dalam dan tinggi
- Berkat-berkat jasmani
- Hikmat yang lebih tinggi dari pada sebelum mengalami penderitaan

Jadi temans, tidak semua penderitaan terjadi karena kesalahan atau dosa kita. Bisa jadi penderitaan itu dipakai Tuhan supaya kita berbuah lebih banyak (baca : naik tingkat rohani ke level yang lebih tinggi)

Penderitaan yang terjadi bisa juga dipakaiNYA untuk mempersiapkan kita menerima berkat-berkat yang lebih besar. Karena dalam penderitaan umumnya orang akan tekun mencari DIA, dan dalam pertemuan dengan Tuhan akan menghasilkan pengertian yang baru tentang kebenaran FirmanNYA. Pengertian ini akan membawa dampak kepada perbaikan karakter seseorang. Dan karakter yang dewasa menghasilkan keteguhan iman dalam segala cuaca dan kondisi. Sehingga..ketika ujian yang datang berupa berkat (hujan) tidak akan membuatnya terhanyut dan jauh dari TUHAN.

Sebagai penutup ingin saya sampaikan. Apapun motivasi Tuhan mengizinkan penderitaan menimpa seseorang (entah karena bersalah atau karena sedang diuji) semua dilakukanNYA karena kasihNYA, karena kerinduanNYA memberkati kita yang jauuh lebih besar daripada kerinduan kita untuk mendapatkan berkatNYA. Tuhan memakai segala sesuatu untuk mendatangkankebaikan bagi orang-orang yang mengasihi DIA.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.u
Roma 8 : 28

Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua!

4 komentar:

DV mengatakan...

Riris, artikel yang menarik!
Bagi saya, terlepas apalah itu namanya, segala apa yang kita hadapi (termasuk nestapa) semua tak kan pernah lepas dari rencanaNya.

Tugas kita tinggal menghadapi saja :)
Berhasil atau gagal,hasilnya tetap sama yang penting tetap bersemangat dan tidak pernah tergeletak meski harus terjatuh :)

sahala napitupulu mengatakan...

Postingan bu Riris ini mengingatkan saya pada cerita perumpamaan tentang dua rumah yang dibangun orang. Satu rumah dibangun diatas PASIR dan satu lagi dibangun diatas BATU. Kita sebut saja rumah yang didirikan diatas pasir itu adalah gambaran orang kristen yang belum berbuah (point 1) dan rumah yang didirikan diatas batu gambaran orang kristen yang sudah berbuah (point 2). Bahwa Kedua rumah tersebut ternyata sama-sama terkena hantaman angin badai (pencobaan) . Tapi perhatikanlah, bahwa rumah yang didirikan diatas BATU itu ternyata bisa bertahan ketika badai pencobaan itu datang, sedangkan rumah yang didirikan diatas PASIR ternyata hancur tak dapat bertahan. Jadi masalahnya adalah soal fondasi iman. Siapa yang berdiri didalam Kristus Jesus (Dia adalah batu penjuru)maka orang itu akan memiliki kekuatan iman dalam menghadapi pencobaan yang datang kepadanya. Tulisan bu Riris ini telah memperkaya kita untuk melihat rencana Allah yang indah bagi kita dibalik angin badai yang menerpa kehidupan kita. GBU.

p u a k mengatakan...

hi Riris,..
Senang bisa mengenalmu lewat blog ini.
(Thanks anyway, untuk kunjungannya)..

Aku akan sering main kesini..

God Bless..

mel mengatakan...

hai,,aku dah follow kamu , follow balik ya.........