Selasa, 15 Juli 2008

Yang Menghajarpun Menangis Terluka

Anak sulung saya punya kebiasaan buruk seperti saya dulu (ehm...buah jatuh tak jauh dari phonnya bukan?), yaitu menyakiti diri sendiri kalau sedang marah atau kecewa. Dia suka memukul kepalanya sendiri. Selain kaget saya harus berpikir keras untuk mengajarinya mengekspresikan kemarahan dengan cara yang tepat. Bukan hal yang mudah, karena usianya baru 1 tahun, dan komunikasi kami masih terbatas.

Kami berdua sepakat untuk mengajari dia bahwa apa yang diperbuatnya itu berbahaya dan tidak baik. Berhubung komunikasi kami dengan baby masih belum lancar maka kami sepakati untuk memberikan pukulan kecil dan ekspresi muka tidak suka kalau dia memukul kepalanya. Dengan demikian kami berharap dia tahu, bahwa mama papanya tidak suka dengan apa yang dia perbuat

Sejujurnya kami tidak tahu, apakah treatmen ini dibenarkan dalam psikologi? Yang jelas, kami haru mulai mendidik hal yang benar, bukankah Amsal 29 : 17 mengatakan : Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.

Suatu saat ngambegnya kambuh dan dia mulai memukul kepalanya lagi. Saking gemas, papanya memukul betisnya agak keras dan memberi tahu dia kalau apa yang dilakukannya itu salah. Entah karena sakit atau sedih mendengar intonasi suara papanya, dia menangis sedih, sambil membalik badannya memunggungi kami. Saat itu juga ada rasa perih dalam hati kami melihat dia terluka, tapi kami tidak punya pilihan lain, kami tak ingin dia memiliki kebiasaan itu hingga dewasa.

Kejadian ini memberikan inspirasi bagi saya tentang apa yang dirasakan Tuhan ketika DIA harus mendisiplinkan kita dengan pukulan dan hajaranNY A (Ibrani 16 : 6), Tuhan menghajar orang yang dikasihinya. Hajaran dan pukulan itu bisa menyerupai penyakit, masalah, kesulitan keuangan, dan seterusnya.

Pernahkah kita membayangkan perasaanNYA ketika kita menangis dan memunggungiNYA, ketika kita didisiplinkanNYA? Saya sangat yakin, kalau hati TUHAN pun sakit ketika kita terluka oleh pukulanNYA, Tapi DIA harus melakukanNYA, justru supaya kita selamat dari murkaNYA, dan supaya kita bisa hidup dalam segala berkatNYA.

Apakah perenungan saya membingungkan? Maksud saya begini. Tuhan yang berjanji itu iya dan Amin, DIA tetap setia pada janjiNYA dan tidak bisa mengingkari peraturan dan janji yang telah DIA tulis di dalam kitab suci. Untuk mencapai segala janji NYA maka haruslah kita hidup dalam ketaatan,kalau tidak taat dan disiplin di dalam DIA, maka kita tidak bisa menikmati berkatNYA. Bukankah segala aksi menimbulkan reaksi, dan segala sebab menimbulkan alasan?

Tuhan ingin kita hidup dalam berkatNYA (melebihi kerinduan kita untuk hidup dalam berkatNYA). Tapi Tuhan tidak bisa berkompromi dengan dosa atau kelalaian kita, maka jika kita tak jua sadar akan kesalahan kita DIA menempuh jalan untuk mendisiplinkan kita, supaya kita segera sadar akan dosa dan kelalaian kita hingga kita terhindar dari kutuk bagi kita sendiri. Coba kita renungkan ayat2 ini :

"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang. Tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu", Maz 119:67.
"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." Maz 119:71.


Kawan, adakah engkau merasa DIA sedang menhajarmu? Bersyukurlah, karena kau termasuk orang yang dikasihiNYA. Jika pukulan / hajaran itu menyadarkanmu akan kesalahan dan dosa, jangan lari menjauh dariNYA karenamerasa sebagai orang hukuman, larilah mendekat kepadaNYA akuilah segala salah dan dosamu, minta ampun maka DIA akan mengampunimu dan memulihkan hidupmu karena DIA yang menghajar, DIA juga yang akan membebat hati kita.

Percayalah hal-hal buruh yang diizinkan menimpa kita dalam rangka pendisiplinan justru DIA lakukan supaya kita menerima hal-hal yang baik dalam segala kepenuhanNYA

Keep Faith yaa........!! Karena semua yang dilakukanNYA semata-mata karena KASIH NYA pada kita

1 komentar:

Anonim mengatakan...

shalom.

sekedar saran, dapat tips dari seorang tentang anaknya yg dicap bodoh oleh gurunya

dia cuma bilang "kamu hebat" "kamu dahsyat" "kamu ranting dari Kristus yg luar biasa" dsb yg mendorong motivasi anak tsb, ketika anak itu sedih/kecewa sewaktu dikatakan gurunya bodoh

semoga membantu
terus menulis yaa...
biar kasih Kristus tercermin di blog ini

God bless you abundantly,… :)

teguh
tegoeh's blog