Sabtu, 25 April 2015

Jika tidak, tebang saja !!



Lukas 13 : 6 – 9
Adalah seorang Pemilik kebun anggur mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, ia datang untuk mencari buah pohon itu namun tidak mendapatinya. Lalu  berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu,”Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apakah dia hidup ditanah ini dengan percuma!” Namun sang pengurus kebun anggur itu menjawab,”Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”
Setiap penanam pasti mengharapkan benih yang ditaburnya bisa bertumbuh dan menghasilkan buah. Setiap pemilik kebun pasti berharap bahwa setiap pohon yang ditanamnya bisa tumbuh dan berbuah sesuai harapan.
Demikian juga dengan orang-orang percaya yang “katanya” ingin hidup tertanam di pelataran bait Allah. Tentu saja Sang Pemilik Pelataran juga Sang Pemilik hidup kita yaitu Allah Bapa menghendaki kita bertumbuh dan berbuah lebat. Tanpa buah maka sesungguhnya kehidupan ini sia-sia (percuma - Untuk apakah dia hidup ditanah ini dengan percuma!)
BUAH = HASIL, buah hidup kita adalah hasil yang bisa dirasakan oleh orang di sekeliling kita. Buah apa sajakah yang Tuhan kehendaki agar ada dalam hidup kita?
1.         Buah Pertobatan (Matius 3 : 8 – 10)
(8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan
Ada perubahan hidup, dari kehidupan yang penuh dengan dosa menjadi kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Perubahan hidup yang dulunya kelam menjadi terang.
Ada banyak orang yang senang melakukan ritual ibadah sampai-sampai menghabiskan semua hari dari Minggu ke Minggu lagi untuk pergi ke Gereja, kerajinan semacam ini juga tidak salah asalkan diikuti dengan perubahan karakter. Sekalipun kita bergereja 7X seminggu dan 168 jam selalu di Gereja...namun jika kehidupan kita tidak menunjukkan pertobatan maka nasib kita akan sama seperti pohon yang tidak berbuah...yaitu ditebang dan dibinasakan (Berakhir di neraka).
(10)Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
Tidak usah bangga hati ketika kita masuk menjadi anggota Jemaat sebuah Gereja yang BESAR. Tidak usah bangga hati ketika kita menjadi anak rohani seorang Pendeta yang terkenal. Tidak usah pula bangga hati menjadi orang Kristen. Kebanggaan yang salah hanya akan membuat kita merasa diri paling suci, paling benar, paling berohani sehingga menutup mata rohani kita terhadap hal-hal yang salah dari dalam diri kita.
 Biarlah kita bermegah karena kita mengenal Allah dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi kehendak-Nya.
2.         Buah Pelayanan (Yoh 15 : 16)
Ketika kita sudah menghasilkan buah pertobatan, hendaknya kita melayani orang lain dalam hal memuridkan orang lain. Ketika kita membawa jiwa di hadapan Tuhan ini lah buah yang tetap dimata Tuhan. Buah yang akan terbawa sampai kekekalan. Pelayanan jiwa-jiwa setelah Penginjilan pun tidak kalah pentingnya. Agar jiwa-jiwa yang sudah diselamatkan tetap dalam imannya yang teguh.
 Seorang pelayan harus tahu bahwa perkataannya berkuasa menentukan hidup seseorang. Jadi hendaknya berhati-hati dalam bertutur kata agar jangan sampai melukai melainkan menghibur dan membangun. Seorang pelayan juga harus memahami bahwa seluruh hidupnya adalah “contoh” bagi orang lain oleh sebab itu tetap harus berhati-hati dalam perkataan juga tingkah laku jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Hendaklah perkataan pelayan-pelayan bukanlah perkataan yang kosong tanpa makna, melainkan perkataan yang berdampak baik bagi sesamanya.
Hidup Kekristenan bukan semata-mata hidup bergereja. Hidup kekristenan bukan semata-mata berjingkrak-jingkrak saat lagu bersemangat dan meneteskan airmata saat lagu lembut penyembahan. Kehidupan kekristenan yang sesungguhnya adalah hidup menurut teladan Kristus, sehingga otomatis terang Kristus itu memancar menerangi dunia yang penuh kegelapan.
Hidup kekristenan bukan lah seperti slogan,”Sekali selamat tetap selamat” melainkan satu kehidupan yang sungguh-sungguh memperhatikan langkah hidup kita. Mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.
Jika kekristenan hanyalah atribut kebesaran jasmani, maka sia-sialah Kristus disalibkan. Kekristenan yang sesungguhnya adalah : diselamatkan untuk menyelamatkan, diberkati untuk memberkati, ditolong supaya kita bisa menolong.
Jika kasih Kristus memenuhi hati kita niscaya yang keluar dari mulut dan perilaku kita adalah Kasih semata-mata. Dan jika kita terus tinggal di dalam kasih Kristus maka kita akan menghasilkan buah yang manis sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan. Amin. (RE)

Kamis, 23 April 2015

Penyembah Yang Benar



Yohanes 4 : 23 – 24
(23)Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah- penyembah yang demikian.  (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , Menyembah memiliki arti kurang lebih seperti ini : menelangkupkan kedua belah tangan, kepala tertunduk dan mengucapkan puji-pujian sebagai tanda hormat. Juga memiliki arti suatu kegiatan yang menunjukkan rasa hormat.

Bapa menghendaki penyembah-penyembah-Nya adalah penyembah-penyembah yang benar, yaitu yang menyembah-Nya di dalam roh dan kebenaran. Ini memiliki arti bahwa penyembahan yang benar di mata Allah bukan hanya bicara tentang sikap tubuh saat beribadah namun juga memiliki arti sikap hati dan gaya hidup kita sehari-hari.

Allah menghendaki dalam keseharian kita senantiasa menyadari untuk menghormati DIA dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya saat melakukan ritual ibadah, bukan hanya pada saat menjalankan liturgi kebaktian, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Allah melihat apa yang di dalam hati manusia, bukan hanya melihat kulit luarnya (inilah yang dimaksud dengan menyembah di dalam roh). Ada banyak orang mengaku bahwa dia menyembah Allah namun kehidupannya tidak menghormati Allah. Bagaimanakah cara kita menghormati Allah? Yaitu dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran Firman Allah.

·         Sebagai suami, ayah, imam dalam keluarga : menghormati Allah dengan menjalankan kewajibannya menjadi pelindung yang mencintai istri dan anak-anaknya. Menjadi pengatur mezbah keluarga dalam rumah tangganya.

·         Sebagai istri dan ibu dalam keluarga : menghormati Allah dengan tunduk kepada suami seperti tunduk kepada Kristus, serta menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.

·         Sebagai karyawan dan atau pimpinan dalam suatu perusahaan : menghormati Allah dengan cara bekerja yang jujur dan lurus. Dan senantiasa tunduk pada atasannya.

·         Sebagai seorang pelayan Tuhan, menghormati Allah dengan bergerak sesuai kehendak-Nya. Ada banyak pelayan / hamba-hamba Tuhan yang kehilangan arah pelayanannya, sehingga melakukan aktivitas pelayanan hanya sebagai rutinitas, bahkan hanya sebagai ajang unjuk kemampuan. Sehingga makin lama pelayanannya makin hambar dan tidak berdampak apa-apa bagi mereka yang dilayani. 

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai sesama manusia, apakah kita sudah berlaku adil dengan memperlakukan sesama kita sebagaimana kita ingin diperlakukan? Ataukah tanpa kita sadari mulut kita menyemburkan bisa yang mematikan karakter teman kita? Ataukah tanpa sadar perkataan kita meruntuhkan dan bukan membangun?
 
Apakah kita sudah menjadi penyembah-penyembah yang benar, atau kita hanya sekumpulan orang yang gemar berada di rumah ibadah? Apakah kita benar-benar menjadi seorang Pengikut Kristus atau hanya menjadi orang yang bangga dengan Agama Kristen? Bapa mencari penyembah-penyembah yang benar. Penyembah yang benar berarti : memiliki gaya hidup yang benar baik ketika kita dilihat orang atau tidak. Tuhan memberkati. (RE)