Lukas 13 : 6 – 9
Adalah seorang Pemilik kebun anggur
mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, ia datang untuk mencari
buah pohon itu namun tidak mendapatinya. Lalu
berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu,”Sudah tiga tahun aku datang
mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon
ini! Untuk apakah dia hidup ditanah ini dengan percuma!” Namun sang
pengurus kebun anggur itu menjawab,”Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi,
aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin
tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”
Setiap penanam pasti mengharapkan benih
yang ditaburnya bisa bertumbuh dan menghasilkan buah. Setiap pemilik kebun
pasti berharap bahwa setiap pohon yang ditanamnya bisa tumbuh dan berbuah
sesuai harapan.
Demikian juga dengan orang-orang
percaya yang “katanya” ingin hidup tertanam di pelataran bait Allah. Tentu saja
Sang Pemilik Pelataran juga Sang Pemilik hidup kita yaitu Allah Bapa
menghendaki kita bertumbuh dan berbuah lebat. Tanpa buah maka sesungguhnya
kehidupan ini sia-sia (percuma - Untuk apakah dia hidup ditanah ini dengan
percuma!)
BUAH = HASIL, buah hidup kita adalah
hasil yang bisa dirasakan oleh orang di sekeliling kita. Buah apa sajakah yang
Tuhan kehendaki agar ada dalam hidup kita?
1.
Buah Pertobatan (Matius 3 : 8 – 10)
(8) Jadi hasilkanlah buah yang
sesuai dengan pertobatan
Ada perubahan hidup, dari kehidupan yang
penuh dengan dosa menjadi kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Perubahan
hidup yang dulunya kelam menjadi terang.
Ada
banyak orang yang senang melakukan ritual ibadah sampai-sampai menghabiskan
semua hari dari Minggu ke Minggu lagi untuk pergi ke Gereja, kerajinan semacam
ini juga tidak salah asalkan diikuti dengan perubahan karakter. Sekalipun kita
bergereja 7X seminggu dan 168 jam selalu di Gereja...namun jika kehidupan kita
tidak menunjukkan pertobatan maka nasib kita akan sama seperti pohon yang tidak
berbuah...yaitu ditebang dan dibinasakan (Berakhir
di neraka).
(10)Kapak sudah tersedia pada akar
pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang
dan dibuang ke dalam api.
Tidak usah bangga hati ketika kita masuk
menjadi anggota Jemaat sebuah Gereja yang BESAR. Tidak usah bangga hati ketika
kita menjadi anak rohani seorang Pendeta yang terkenal. Tidak usah pula bangga
hati menjadi orang Kristen. Kebanggaan yang salah hanya akan membuat kita
merasa diri paling suci, paling benar, paling berohani sehingga menutup mata
rohani kita terhadap hal-hal yang salah dari dalam diri kita.
Biarlah kita bermegah karena kita mengenal
Allah dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi kehendak-Nya.
2.
Buah Pelayanan (Yoh 15 : 16)
Ketika kita sudah menghasilkan buah
pertobatan, hendaknya kita melayani orang lain dalam hal memuridkan orang lain.
Ketika kita membawa jiwa di hadapan Tuhan ini lah buah yang tetap dimata Tuhan.
Buah yang akan terbawa sampai kekekalan. Pelayanan jiwa-jiwa setelah
Penginjilan pun tidak kalah pentingnya. Agar jiwa-jiwa yang sudah diselamatkan
tetap dalam imannya yang teguh.
Seorang pelayan harus tahu bahwa perkataannya
berkuasa menentukan hidup seseorang. Jadi hendaknya berhati-hati dalam bertutur
kata agar jangan sampai melukai melainkan menghibur dan membangun. Seorang
pelayan juga harus memahami bahwa seluruh hidupnya adalah “contoh” bagi orang
lain oleh sebab itu tetap harus berhati-hati dalam perkataan juga tingkah laku
jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Hendaklah perkataan pelayan-pelayan bukanlah
perkataan yang kosong tanpa makna, melainkan perkataan yang berdampak baik bagi
sesamanya.
Hidup Kekristenan bukan semata-mata hidup
bergereja. Hidup kekristenan bukan semata-mata berjingkrak-jingkrak saat lagu
bersemangat dan meneteskan airmata saat lagu lembut penyembahan. Kehidupan
kekristenan yang sesungguhnya adalah hidup menurut teladan Kristus, sehingga
otomatis terang Kristus itu memancar menerangi dunia yang penuh kegelapan.
Hidup kekristenan bukan lah seperti
slogan,”Sekali selamat tetap selamat” melainkan satu kehidupan yang
sungguh-sungguh memperhatikan langkah hidup kita. Mengerjakan keselamatan kita
dengan takut dan gentar.
Jika kekristenan hanyalah atribut kebesaran
jasmani, maka sia-sialah Kristus disalibkan. Kekristenan yang sesungguhnya
adalah : diselamatkan untuk menyelamatkan, diberkati untuk memberkati, ditolong
supaya kita bisa menolong.
Jika kasih Kristus memenuhi hati kita niscaya
yang keluar dari mulut dan perilaku kita adalah Kasih semata-mata. Dan jika
kita terus tinggal di dalam kasih Kristus maka kita akan menghasilkan buah yang
manis sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan. Amin. (RE)