Senin, 26 Oktober 2009

Liputan Tentang Diri Sendiri, 10 Oktober

Mestinya tulisan ini diposting ketika kalender masih mendekati angka 10 Oktober 2009 yang lalu. Namun berhubung belum menemukan “mood” saya memilih untuk menundanya, hingga akhirnya saya tersadar ketika teman saya Donny Verdian menerima ucapan selamat atas kemenangannya di Pesta Blogger, dari salah seorang pembacanya; bahwa saya punya utang kepada diri sendiri untuk mencatat peristiwa yang agak penting itu. Hehehe..narsis sedikit yaa..

Tanggal 10 Oktober 2009 yang lalu, blog yang saya kelola memenangkan perlombaan di Christian Indonesian Blogger 2009 untuk kriteria “The Most Creative Blog Based On Writing Competition” adapun tema dari tulisan yang dilombakan adalah tentang kelahiran baru. Setelah melalui revisi tiga kali, maka terbitlah tulisan yang dilombakan dengan judul “Pencarian Pintu Surga” yang atas kehendak Tuhan, dewan juri memutuskan untuk memberikan kursi pemenang kepada saya. Hadiahnya cukup membuat terpesona..hahaha..hari giniii…tahu-tahu saya mendapat rejeki nomplok sebesar Rp. 5.000.000,- apa tidak terpesona?

Besarnya hadiah mungkin bagi banyak orang memang tidak terlalu material. Tapi bagi saya, penghargaan itu memacu semangat saya untuk terus kreativ dalam dunia tulis menulis. Penghargaan yang diberikan ini memberikan motivasi baru bagi saya yang menjadikan blog ini sebagai “mimbar maya” pelayanan saya.

Jika saya diminta mengucapkan terima kasih, maka :

Pertama-tama tentunya kepada Tuhan Yesus, yang di malam terakhir sebelum saya up load tulisan itu seolah-olah duduk di dekat saya dan mendikte kata demi kata, menciptakan scenario sehingga tulisan itu layak dianggap memenangkan kontes blogger Kristen.

Yang kedua, kepada Almarhumah Ibu saya yang pada tanggal 10 Oktober yang lalu (andai beliau masih ada) tepat berulangtahun yang ke 79. Happy B;day ya Bu! Aku tahu, engkau jadi salah satu cheer leader bersama para Malaikat yang menyemangati aku yang hampir putus asa malam itu…kemenangan ini adalah kemenanganmu juga, yang sedari kecil menggembleng aku untuk menemukan talentaku sesungguhnya…masih dalam pencarian, Bu, baru ketemu sedikit.. Terima kasih, sudah menjadi guru yang sangat baik buatku dan murid-muridmu. Aku beruntung menjadi anakmu, Bu! Miss you, Bu!

Yang ketiga, kepada teman-teman Blogger yang sudi mampir, meninggalkan atau tidak meninggalkan jejak di blogku. Tanpa kehadiran kalian aku pasti merasa pelayanan “mimbar maya” ini sia-sia belaka.

Yang keempat, kepada para Voter…sekalipun blog saya tidak memenangkan The Most Favorit Blog, kesediaan kalian untuk mendukung sangatlah berarti bagiku.

Yang kelima, kepada Pak Sahala Napitupulu, yang tidak segan memberikan kritikan tegas tapi halus, sehingga membangun kedewasaan saya dalam menulis. Terima kasih Tuhan memberkati. Juga Sister Nancy yang mendorongku untuk berani bermimpi membuat buku rohani!! Keyakinanmu terhadap kemampuanku lebih besar daripada keyakinanku pada diriku sendiri, Sis, tapi aku akan berjuang untuk meraih mimpi itu. Dan aku yakin, jika ini kehendak-Nya pasti ada jalan. Amin

Yang ke enam, kepada semua pihak termasuk CBN (Cahaya Bagi Negeri) yang menaungi Jawaban(dot)Com yang sudah memberikan kesempatan untuk para bloger Kristen unjuk Kreativitas. Terima kasih pula…hadiahnya menyegarkan. Maju terus ya CBN, banyak kalangan yang butuh sentuhan “CAHAYA” dari kalian semua.

Juga kepada seluruh teman dan pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang mau ikut bergembira atas kemenangan ini. Tanpa kegembiraan kalian, kemenangan ini pasti terasa sepi, kawan!

Jika ingin melihat acara puncak CIB FEST 2009 tersebut, bisa dilihat di sini. Pada link tersebut dilengkapi dengan photo-photo liputan..(biar gak berat buka blog ku..hehehe..

Kamis, 15 Oktober 2009

IKAN ASIN

Sebelum menikah, saya bukanlah penggemar ikan. Meskipun mengetahui kandungan gizi dan manfaatnya yang begitu bagus untuk kesehatan, saya tetap saja tidak mau menyantapnya. Alasannya? Karena enggan ketulangan, maka biasanya jika ‘terpaksa’ menyantap ikan saya menggunakan tangan kosong alias nyeker, dan bagi saya ini sangat merepotkan.

Setelah menikah, ikan menjadi santapan hari-hari keluarga kami. Pasalnya suami berasal dari Manado, dan terbiasa menyajikan menu ikan dalam hariannya. Mau tidak mau saya melakukan koreksi selera, bahkan mulai belajar mengolahnya. Ikan yang saya sukai adalah ikan Tuna, selain tanpa duri, rasanya seperti daging sapi.

Untuk urusan memasak ikan – ikan itu, saya banyak belajar dari suami yang lebih piawai memasak masakan Manado. Mulai dari persiapannya untuk menghilangkan bau amis, hingga cara pengolahannya supaya tidak hancur ataupun terlalu mentah.

Ada kejadian yang cukup membuat pipi saya memerah ketika belajar memasak ikan laut. Sewaktu makanan sudah tersaji di meja dan suami menjadi jurinya, alisnya sempat mengerut, terus dia bertanya,”Gak pakai garem ya? Kok hambar?”

“Loh? Emang harus pakai garam? Bukannya semua ikan laut itu asin?” Jawab saya

“Kok bisa kamu berpendapat kalau semua ikan laut itu asin?” tanya suami

Dan saya pun menjawab dengan PeDe nya..”Lha, kan air laut itu asin, makanya semua yang dari laut pasti asin!”

Dan….meledaklah tawa suamiku waktu itu. Yah, saya baru tau kalau tidak semua ikan laut otomatis menjadi ikan asin. Hanya ikan laut yang melalui proses penggaraman sajalah yang menjadi ikan asin.

Ya .. ya.. pada akhirnya saya tahu, bahwa ternyata tidak semua telah saya ketahui..hehehe…
Seperti ikan laut yang tidak otomatis menjadi ikan asin, demikian jugalah manusia tidak bisa otomatis mengalami perubahan. Entah perubahan ke arah yang lebih baik ataupun ke arah yang lebih buruk. Semua tergantung pada pribadi masing-masing, apakah mau terpengaruh atau tidak.

Apakah kita mau menjadi pribadi yang “mati” untuk hal yang buruk atau hal yang baik. Jika kita menyadari bahwa perubahan pribadi itu tidak datang tiba-tiba, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga hati dan pikiran kita dengan penuh kewaspadaan.

Pro 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Sehingga kita bukan menjadi pribadi yang mudah hanyut dan tersesat, tetapi menjadi pribadi yang kuat dan membawa pengaruh yang baik. Bukan menjadi pribadi yang mudah diracuni, tapi pembawa penawar bagi yang keracunan. Bukan menjadi ikan mati yang diasinin, tetapi menjadi garam yang mencegah atau memperlambat proses pembusukan. Bukan orang yang mudah terseret dalam godaan malam, tapi menjadi terang bagi yang sedang tersesat.

Mat 5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Mat 5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Mat 5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Kamis, 08 Oktober 2009

Bencana Vs Murka Tuhan

“Dosa besar apa yang sudah mereka perbuat hingga membangkitkan murka Tuhan?” pertanyaan retorik itu keluar dari mulut teman saya ketika kami menyaksikan proses pencarian jenasah dan evakuasi korban gempa di Padang

Berhubung saya sedang larut dalam perasaan duka, dan sibuk dengan tissue dan airmata yang ikut jatuh, saya jadi tidak terlalu berminat berdiskusi atau menanggapi grenengan taman saya itu.

Benarkah bencana alam ini terjadi karena amuk murka-Nya? Begitu mudah marahkah DIA sehingga DIA membinasakan apa yang sudah DIA ciptakan? Hm…saya kok jadi punya analisa berdasarkan sedikiiiiiit pengetahuan saya tentang Alkitab yang berkaitan dengan hal ini.

Ketika manusia pertama jatuh dalam dosa, maka sifat kekekalannya berubah menjadi kefanaan. Begitu juga tanah atau bumi yang ditingali mereka dan anak cucu mereka (termasuk kita) mewarisi kefanaan itu. Itulah sebabnya semua manusia akan mengalami kematian, dan segala yang ada dunia ini akan mengalami kebinasaan.

Jadi bencana, penderitaan, peperangan, adalah sesuatu yang sudah tertulis beribu abad yang lalu. Sekarang ini tinggal penggenapannya. Bahwa semua itu terjadi sebagai awal dari penderitaan zaman akhir.

Mat 24:6b sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

Kalau boleh meminjam istilah bengkel, bencana alam itu seperti awal dari kerusakan mesin. Baru awal menuju kebinasaan yang sesungguhnya (baca : awal dari sekian banyak tanda kiamat)

Ketika kekekalan berubah menjadi kefanaan, maka berlakulah tanggal kedaluwarsa. Dan saya sangat meyakini bahwa segala sesuatunya sudah tercatat dalam buku-NYA. Bahwa di Padang akan terjadi gempa pada tanggal 30 Sept 2009 pukul 17.16 WIB sudah tercatat dalam buku-NYA sebagai tanggal kerusakan bumi di daerah Sumatera Barat. Dan jiwa-jiwa yang melayang bersamaan di tanggal tersebut juga sudah digariskan-NYA sebagai hari akhir perjalanan para musafir itu di bumi ini. Terbukti ada banyak cerita tentang orang-orang yang terselamatkan dari gempa tersebut melalui hal-hal kecil seperti yang tertulis di sini

Saya masih sangat meyakini bahwa kelahiran, jodoh, dan kematian seseorang adalah misteri Ilahi yang hanya diketahui oleh DIA dan para staff-Nya. Mengapa ada banyak orang di Sumatera Barat pada waktu itu di jam yang sama meninggal dunia serentak? Hanya DIA yang mengetahuinya..dan mengapa masih banyak orang yang hidup lolos dari jerat maut yang dibentangkan oleh gempa itu, tentunya Dimaksudkan-Nya untuk sesuatu hal yang baik.


Kalaupun pada akhirnya bencana itu memberikan kesempatan bagi para korban yang masih hidup untuk mengintrospeksi diri; saya menyebut hal ini adalah kebijasanaan yang diberikan TUHAN kepada manusia dalam menyikapi hal-hal buruk yang terjadi dalam hidupnya untuk kebaikan hidup selanjutnya.

Rom 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah

Saudaraku,
Lempengan bumi boleh saja meregangkan ototnya
Dan daya yang dihasilkannya boleh saja memporakporandakan segala yang hidup dan yang mati di permukaan ranah Minang
Kerentaan dunia ini boleh saja menyebabkan aus-nya poros bumi
Namun ketahuilah…semua ini sudah di gariskan sejak awalnya
Bukan karena Tuhan marah
Bukan karena Tuhan bosan dengan kita
Bukan…
Lihat lah dengan mata hatimu
Bahwa DIA tengah membentangkan tangan-Nya untuk memelukmu, menghiburmu, membebat luka dan trauma di hatimu
Lihatlah dengan keyakinanmu
Bahwa DIA pun ikut menangis bersamamu
Ikut merasakan dukamu
Ikut merasakan perih di hatimu
Atas kehilangan sanak keluarga
Atas terseraknya susunan impian-impianmu

DIA tahu ada ibu yang patah hatinya karena kehilangan anak dan suami
DIA tahu ada calon pengantin yang kehilangan mempelai lelaki atau perempuannya
DIA tahu..bahkan peduli dengan apa yang kalian rasakan
DIA tahu banyak anak yang harus menjadi yatim piatu
DIA tahu..tapi tak kan berdiam membiarkan kalian menjadi yatim piatu

Aku Cuma bisa berdoa, kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan-Nya yang maha dahsyat bagi kalian
Sehingga kalian tetap sanggup tersenyum dan tegap menyongsong masa depan cerah yang sudah dipersiapkan-Nya bagi kita.

Amin.

Jumat, 02 Oktober 2009

Jakarta Bertabur Batik

Pagi ini ketika berjalan menuju tempat pangkalan angkot tercinta, mata saya menangkap batik-batik cantik ikut berjalan. Mereka seolah adibusana yang sedang diperagakan para peragawati dan peragawan di atas catwalk. Hanya saja yang menjadi panggung peragaan busana kali ini adalah jalan raya di Jakarta.

Aneka rupa motif batik yang dikenakan dari yang sesuai pakem hingga yang sudah dimoderenisasi. Batik sesuai pakem yang saya maksud adalah batik-batik yang saya kenali, seperti : sido luhur, sido mukti, klawung, barongan, kembang jeruk, cirebonan, dan batik encim. Warna-warna yang dikenakanpun macam-macam dari yang original hingga yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain motif batik jawa, banyak juga yang melenggang dengan motif daerah yang tak kalah cantik, seperti motif ulos, songket palembang, dayak, kupang, dan lain sebagainya.

Jika dulu Batik hanya dikenakan di saat-saat resmi atau formal, kini tidak lagi. Desainnya pun sudah lebih berani dan lebih sesuai dengan tuntutan zaman.

Ternyata, batik tidak mengurangi kecantikan dan kegantengan para pemakai muda yang banyak saya temui pagi ini. Bahkan menurut saya…menambah kecantikan, kegantengan, dan lebih elegan.

Aura kebanggaan di wajah-wajah anak negeri pagi ini seperti menambahkan cahaya di wajah mereka.

Diam-diam saya bersyukur, bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman “kecurian” budaya oleh negeri tetangga. Saya bersyukur, karena ancaman itu akhirnya membawa penyadaran diri kepada seluruh anak negeri bahwa negeri ini kaya budaya. Budaya – budaya yang dulu malu diakui dan dibiarkan teronggok di sudut negeri, tiba-tiba menjadi begitu tampak berkilau dan berarti ketika ada bangsa lain yang coba-coba mencurinya dan mengakui bahwa itu miliknya.

Saya bersyukur, pada akhirnya pemuda-pemudi Indonesia pun sempat “mendidih” ketika negeri tetanga itu hendak mengklaim bahwa batik, tari pendet, bahkan musik-musik tradisional negeri ini menjadi milik mereka.

Dan hari ini ketika saya melihat banyak orang berlengggak – lenggok dengan busana batik, ada semangat persatuan yang muncul di dada saya, dan rekan-rekan saya yang mengakui perasaannya…hm…Darah saya seperti berseru-seru,”Yes, We are Indonesian..And Love Indoneisa Full !”

Mudah-mudahan, bukan hanya batik yang akhirnya kita cintai. Tapi juga tari-tarian tradisional, seperti : tari Serimpi, Tari Bondan, Tari Piring, Tari Tor-tor dsb…juga Musik-musik gamelan, angklung, kulintang, dsb..juga budaya-budaya negeri sendiri yang tak tersebutkan di dalam tulisan ini.

Yuk, kita lakukan apa yang bisa kita lakukan! Tidak perlu menunggu hingga ada yang mau ngaku-ngaku!! Mari kita mulai menginventarisir budaya kita dan mengamankannya. Dengan menginventarisir, kita akan sempat mempelajari dan mengamankannya dari tangan-tangan usil. Jadi tak perlu kita terkesiap dan merasa kecolongan lagi!

Bagaimana rekans? Apakah ada rasa bangga hari ini? Mari kita lanjutkan di aspek budaya Indonesia yang lainnya!!

Selamat Hari Batik!! Mari kita cintai negeri ini lebih dalam dari pada hari – hari yang telah lalu.

Jakarta, 2 Oktober 2009